Bab 20

Malam itu, Tini merasakan seluruh tubuhnya nyeri dan pegal. Ia kemudian menghubungi seorang tukang pijat langganannya untuk memijatnya.

Seorang wanita tuna netra datang menghampiri Tini yang sudah tengkurap di ranjangnya.

"Tolong pijat aku mak, badanku pegal-pegal hari ini. Sepertinya aku terlalu lelah mengurus pemakaman almarhum calon suamiku,"

Wanita itu menempelkan telapak tangannya di betis Tini.

"Mbaknya pasti sangat kelelahan hingga kakimu begitu keras," ucap wanita itu kemudian membaluri betis Tini dengan minyak urut.

Wanita itu memijatnya cukup lama hingga membuat Tini tertidur.

Ia segera membereskan peralatannya dan meninggalkan kamar Tini setelah selesai memijat.

Saat ia hendak menutup pintu kamar tiba-tiba wanita itu mengendus bau busuk dari kamar itu.

*Tak, tak, tak!

Wanita itu membalikkan badannya saat mendengar seseorang mendekatinya.

"Sepertinya Mbak Tini sudah Tidur, kalau anda ada keperluan mendesak datang lagi besok,"

Wanita itu tak menjawab dan tetap membuka pintu kamar Tini. Ia mencium harum melati saat wanita itu melintas di depannya.

"Wangi sekali," ucap wanita itu kemudian segera menuju pintu keluar

Tini segera bangun saat seseorang mengusap kepalanya.

"Apa Mak belum pulang?" tanya Tini segera bangun dan menoleh kearahnya

Seketika matanya membulat sempurna melihat sosok di sampingnya.

"Kenapa kau datang ke sini, kau sudah mati Faaz, jadi tolong jangan ganggu aku lagi?" ucap Tini menjauh darinya

Lelaki itu kemudian meraih lengan Tini membuat wanita itu tampak ketakutan.

"Tolong jangan ganggu aku, aku janji akan meminta orang-orang untuk mendoakan mu sampai 40 hari jadi tolong pergilah,"

Faaz membalikan telapak tangan Tini dan meletakkan bunga kantil di atasnya.

"Aaarrghhh!!"

Seketika Tini langsung berteriak saat melihat benda itu tergeletak di tangannya. Ia buru-buru menarik tangan dan membuang bunga itu.

Ia berlari menjauh dari Faaz dengan wajah memucat seperti sprei.

Keringat dingin tampak membasahi wajahnya hingga membuatnya.

Nafasnya tersengal-sengal saat melihat raut kemarahan di wajah Faaz.

Ia berjalan mundur saat melihat pria itu beranjak dari duduknya dan mendekat kearahnya.

"Tolong bawa kembali bunga itu dan jangan berikan kepadaku, aku mohon Faaz. Tolong jangan ganggu aku Faaz!!" serunya

Ia segera berlari keluar dari kamarnya saat Faaz kembali akan memberikan bunga itu padanya.

Namun ketakutannya semakin menjadi saat ia melihat sosok wanita berpakaian serba hijau berdiri didepan pintu rumahnya.

Ia segera duduk bersimpuh di lantai.

"Ampuni hamba Nyi Ratu!" seru Tini kemudian bersujud di hadapannya.

*Tes, tes, tes!!

Tini terkejut saat melihat darah bercucuran di lantai. Ia mendongakkan wajahnya dan menyentuh sesuatu dari hidungnya.

Seketika ia berteriak histeris saat tahu hidungnya berdarah.

"Apa yang terjadi padaku, kenapa aku jadi mimisan, dan lagi kenapa juga telinga ku menjadi gatal!" Tini kemudian membersihkan telinga.

Ia seketika membeku saat mendapati telinganya juga berdarah. Bukan hanya hidung dan telinganya yang berdarah namun juga matanya.

Tentu saja hal itu membuat ia semakin shock hingga pingsan.

Suara kicau burung membangunkan Tini dari tidurnya.

"Bagaimana aku bisa ada di sini, bukankah harusnya aku tertidur di lantai?"

Belum hilang rasa penasaran Tini, tiba-tiba Zain memasuki kamarnya.

"Kau sudah bangun rupanya, Sebaiknya kau segera mandi dan turun ke bawah untuk sarapan,"

"Bagaimana kau bisa datang ke, rumahku?" Tanya Tini

"Semalam kau yang meminta ku datang ke sini, apa kau lupa?" jawab Zain

"Benarkah, ya sudah aku akan segera kebawah setelah mandi,"

Tini segera menyingkap selimutnya dan turun dari ranjangnya. Meskipun ia masih enggan untuk mandi, namun rasa penasaran terhadap Zain membuatnya segera menuju kamar masi,"

Tini segera menuruni tangga dan menuju meja makan. Ia tersenyum saat mencium aroma wangi makanan.

"Baru kali ini aku tahu seorang pria pandai memasak," puji Tini kemudian segera duduk di kursinya

"Bukankah banyak chef laki-laki yang ahli dalam dunia memasak. Jadi jangan terlalu terkejut," jawab Zain

"Baiklah," Tini kemudian menuangkan nasi ke piringnya.

"Hmm, rasanya enak juga,"

"Aku heran bagaimana kau masih bisa makan dengan lahap setelah apa yang terjadi dengan calon suami mu," ucap Candra memasuki kediaman Tini

Tini mendengus kesal melihat kedatangan Candra.

"Sial, gara-gara dia selera makan ku jadi hilang," Tini melemparkan sendoknya

"Aku tidak pernah meminta mu untuk datang ke sini jadi sebaiknya pergi sebelum aku mengusir mu!" hardik Tini

"Aku juga tidak sudi datang ke sini jika bukan Zain yang memintanya," jawab Candra sini

"Aku tidak tahu apa yang kalian inginkan dariku, tapi sepertinya aku sedang tidak mood berurusan dengan siapapun terutama dia!" ucap Tini menunjuk kearah Candra

"Dasar wanita sialan, sebaiknya kita tidak usah selamatkan dia percuma saja!" Candra yang kesal dengan sikap arogan Tini segera meninggalkan ruangan itu

"Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu,"

"Katakan saja," jawab Tini

"Aku hanya akan mengatakannya jika kau mau berbaikan dengan Candra. Karena hanya dia yang memegang kuncinya. Jadi sebaiknya mulai hari ini kau baik-baik dia," jawab Zain

"Sebenarnya ada apa, tolong katakan poinnya saja jangan berbelit-belit!' cibir Tini

Zain kemudian menghampiri Candra, dan duduk bersamanya.

Tiba-tiba saat Zain hendak menceritakan sesuatu, ia melihat Tini tiba-tiba muntah darah.

Zain dan Candra semakin terkejut saat mengetahui muntahan Tini adalah ular dan binatang buas lainnya.

Tentu saja hal itu membuat Tini ketakutan. Melihat hal itu Zain berusaha membunuh hewan-hewan yang keluar dari mulut Tini.

Namun siapa sangka jika binatang itu bis menghilang saat hendak di tangkap.

"Apa yang terjadi padaku?" ucap Tini ketakutan

Wanita itu menjerit ketakutan saat melihat Gaun , pengantin yang hilang muncul kembali.

Gaun itu berlumuran darah dan terus mengejarnya membuat Tini segera berlari menyelamatkan diri.

"Aarrgghhh!!" Wanita itu menjerit histeris saat melihat sosok Nyi Ratu menggunakan gaun. Wanita itu terus mengejarnya hingg membuat Tini berusaha melarikan diri darinya.

Sementara itu Zain terus menepuk-nepuk pipi Tini untuk menyadarkannya.

"Sadarlah Tini, cepat sadar!" seru Zain

Candra kemudian melemparkan bunga tujuh rupa ke tubuh gadis hingga Tini menoleh kearahnya.

Tini menyeringai dan berusaha menerkamnya.

Tiba-tiba terdengar suara merdu Zain membacakan ayat kursi hingga membuat Tini tak lama jatuh pingsan.

Zain seger menggendong wanita itu dan membawanya pergi dari rumah itu.

Candra segera menyalakan mobilnya dan membawa mereka pergi meninggalkan kediaman Tini.

"Apa tidak berbahaya kita membawanya pergi??" tanya Candra

"Lebih bahaya lagi jika kita membiarkan ia tetap mencari tumbal baru," jawab Zain

*Ciit!!

Candra menghentikan mobilnya mendadak saat melihat seorang wanita berdiri menghalangi jalan mereka.

"Tabrak saja!" seru Zain

Candra begitu ketakutan hingga tampak gemetar saat menginjak gas mobilnya.

"La hawla wala qu wata illah billah,"

Terpopuler

Comments

Lacean

Lacean

ngeliat zain jadi keinget gilang sama duo sahabat nya

2024-12-25

0

Siska Ary

Siska Ary

semangkin ke sini semangkin seru aja ni cerita..🌷🌷🌷🌹🌹🌹

2023-04-07

0

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

berununglah si tini karna ada yg menolong sebelum benar2 terlambat.
smg tulisan kk ini bisa di ambil pelajran
smgt trus kk thor dtgu klnjtanya

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!