Bab 4

Di Bantaran sungai terpanjang di Pulau Jawa Tini dan Jaka Kelana mulai meletakkan semua keperluan ritual.

Meskipun terasa janggal saat hendak memanggil Sang Ratu Kidul yang kita tahu sebagai penguasa laut Selatan di tempat ini, namun begitulah kenyataannya. Jaka mengatakan jika Nyi Ratu yang seorang Jin bisa muncul dimana saja, bahkan ia lebih sering menemuinya di pertempuran air yang ada di sungai ini.

Dengan menggunakan pakaian serba putih Tini mulai memantapkan hatinya saat duduk di depan sesaji menunggu kedatangan Sang Ratu.

Meskipun tak bisa menemaninya namun Jaka tetap memantau gadis itu dari kejauhan.

Desiran angin malam dan suara serangga malam membuat suasana terasa makin hening.

Keringat dingin mulai membasahi wajah cantik Tini meskipun ia tak memakai riasan sedikitpun.

Jaka memang melarangnya memakai riasan ataupun wewangian.

"Jika kalian berjodoh maka dia akan datang, tapi kalau dia tidak datang itu berarti Nyi Ratu menolak pinangan mu," tutur Ki Jaka sebelum meninggalkan gadis itu

"Jadi tidak semua pelamar akan diterima?" tanya Tini merasa cemas

Jaka menghentikan langkahnya, "Sama seperti manusia Nyi Ratu juga memilih para pelamarnya. Ia hanya akan menampakkan dirinya pada orang-orang yang dipilihnya," jawab pria itu berlalu pergi

Kini rasa takut mulai mendera Tini, apalagi saat melihat ke sekelilingnya yang begitu gelap dan sepi.

Andai saja ia tak memikirkan hutangnya mungkin ia sudah lari dari tempat itu.

Tidak lama suara gemericik air tiba-tiba berhenti tak ada bunyi apapun disana kecuali desiran angin yang membelai wajah gadis itu. Ia merasa seolah-olah ada yang datang, saat mendengar derap langkah kuda mendekatinya.

Suaranya semakin dekat, namun semakin jelas suara derap langkah itu membuat sungai yang tenang tiba-tiba mulai berubah menjadi pusaran. Seolah ada sesuatu kali ini Jaka mulai beraksi, lelaki itu mulai membakar dupa dan membaca mantera. Ia mulai menggerakkan tangannya dan sesekali memukul-mukul tanah seperti memanggil seseorang.

Tidak lama air yang tenang berubah menjadi pusaran yang deras, angin berhembus kencang seolah menyambut kedatangan seseorang. Suara gamelan dan gemerincing suara delman mulai terdengar.

Saat sesosok wanita cantik muncul dari dasar sungai Jaka Kelana kemudian meninggalkan Tini bersama wanita itu.

Setelah semuanya selesai Jaka kembali menghampirinya dan segera menyembelih ayam cemani yang dibawanya.

Ia kemudian memberikannya kepada Tini dan memintanya untuk menaruhnya di dalam gentong.

Setibanya di rumah, Tini meletakkan gentong itu di sebuah kamar kosong yang sudah ia siapkan. Tidak lupa ia memasukan mahar yang dipersiapkan kedalam gentong tersebut kemudian menutupnya rapat.

"Jangan pernah membuka gentong itu sebelum empat puluh hari," ucap Ki Jaka masih terngiang-ngiang dalam ingatan Tini.

Gadis itu kemudian memajang gaun pengantin yang diterima dari Ki Jaka di ruang jahitnya.

Tak lupa ia menanam banyak bunga melati di depan rumahnya.

Keesokan harinya ia mulai memasang plang menerima jahitan baju pengantin.

Karena ia baru memulai usaha butiknya, Tini. memutuskan untuk membeli barang-barang kebutuhan butik di pasar tradisional.

Saat menuju ke pasar gadis itu nyaris tertabrak oleh sebuah mobil saat hendak menyebrang jalan.

Sang sopir segera keluar dan menghampirinya.

"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya seorang pria menghampiri Tini

"Aku baik-baik saja kok," jawab Tini

"Tapi tangan kamu berdarah,"

"Gak papa hanya lecet dikit nanti dikasih obat merah juga sembuh," jawabnya singkat

"Gak bisa, tetap saja aku harus membawa mu ke klinik agar aku bisa tenang," ucap pria itu

Tini tak bisa menolak saat pria itu mengajaknya masuk kedalam mobilnya. Pria itu membawanya ke sebuah klinik.

"Maaf karena sudah membuat mu terluka," ucap pria itu merasa bersalah

"Iya tidak apa-apa,"

"Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang,"

"Tidak perlu, karena aku harus ke pasar untuk membeli barang-barang kebutuhan butik," jawab Tini

"Kamu seorang penjahit?" tanya Pria itu

"Iya saya seorang penjahit khusus gaun pengantin,"

"Oh kebetulan sekali, aku juga sedang mencari seorang penjahit kebaya, apa kau bisa?" tanyanya lagi

"Bisa,"

"Ok, kalau begitu berikan kartu namamu agar aku bisa datang ke butik mu,"

"Maaf aku tidak punya kartu nama karena baru merintis, kalau kamu tidak keberatan aku bisa menunjukkan padamu dimana butikku," jawab Tini

Pria itu setuju dan mengantar Tini ke rumahnya.

"Ini butikku, memang masih belum terkenal karena baru mulai," Tini kemudian memberikan contoh-contoh baju kebaya kepada pria itu.

"Pilih saja mana model yang anda suka,"

"Apa boleh aku mengambil gambar untuk dikirim ke adikku?"

"Silakan," jawab Tini

Selesai melihat-lihat pria itu kemudian berpamitan pulang. Pria itu memberikan uang kompensasi untuk Tini, namun gadis itu menolaknya dengan halus. Karena merasa bersalah pria itu kemudian memberikan sebuah aksesoris yang terbuat dari Mutiara.

Pagi harinya Lelaki itu datang bersama adiknya untuk melakukan fitting baju kebaya.

Pertemuan kedua mereka rupanya membuat sang pria jatuh hati pada Tini. Setelah hari itu keduanya mulai dekat. Merasa cocok dengan Ardi keduanya sepakat untuk menjalin kasih.

Tepat di hari ke empat puluh Tini mengajak pria itu menginap di rumahnya. Karena menganggap Ardi akan menikahinya Tini tak canggung mengajak pria itu tidur di kamarnya layaknya suami istri. Namun seperti pesan Ki Jaka Tini diwajibkan menggunakan kamar kosong yang sudah dipersiapkan.

Sebelum digunakan Tini sebelumnya sudah menyiapkan beberapa sesaji untuk ritualnya tersebut. Bagi orang lain kamar ini adalah kamar angker yang berbau busuk, namun tidak bagi Ardi.

Baginya kamar itu terlihat begitu Indah dan megah, selain itu baunya yang sangat harum membuatnya begitu nyaman berbaring di sana.

Tini sengaja menyuruh pria itu menunggunya di sana, ia berdalih akan berdandan lebih dulu untuk malam spesial mereka.

Ardi yang tidak tahu apa-apa tidak curiga dan dengan setia menunggunya sembari menikmati camilan yang di sediakan Tini di kamar tersebut.

Tidak lama pintu kamar terbuka, Ardi begitu takjub saat melihat Tini yang terlihat begitu cantik malam itu. Wanita itu hanya menutupi tubuhnya dengan selendang yang diselempangkan menutupi alat vitalnya saja.

Aroma wangi melati membuat pria itu semakin bergairah saat Tini mulai mendekatinya.

Malam itu keduanya bergumul layaknya pasangan suami istri.

Sejak hari itu hubungan keduanya semakin dekat. Bukan hanya Ardi yang bertambah romantis Pria itu juga semakin Royal kepada Tini. Selain sering mengajak Tini jalan-jalan ke luar kota dan memberinya banyak perhiasan. Pria itu rutin mengirimnya uang Meskipun Ardi akhirnya kembali dipindah tugaskan ke luar kota.

Meskipun hubungan mereka tiba-tiba menjadi LDR tapi tak mengurangi rasa cinta Ardi kepada Tini. Pria itu bahkan melamar Tini untuk menunjukkan keseriusannya dengan wanita itu. Ia bahkan membelikan tanah dan rumah untuk Tini. Bukan hanya itu saja, Ardi juga membelikan Tini mobil dan satu hektar sawah.

Uang dari Ardi mengalir begitu deras hingga Tini mampu mendirikan sebuah Restoran.

Namun sayangnya tepat di hari ke empat puluh dan saat Tini selesai menjahit pakaian pernikahannya, hubungan keduanya seketika putus. Ardi menghilang tanpa jejak.

Banyak yang bilang jika pria itu bangkrut dan kembali ke kampung halamannya, namun Tini tahu betul jika Ardi sebenarnya sudah mati karena menjadi tumbal pesugihan gaun pengantin.

Terpopuler

Comments

FiaNasa

FiaNasa

kenapa jalan ini yg kau tempuh Tini,,kau memang banyak harta tp kau menghilangkan nyawa orang lain

2023-11-28

1

Al Fatih

Al Fatih

Tini....,,kau mulai menumbalkan orang2 yang katanya kau sayangi.....,,miris memang,, secara harta kau bahagia,, secara hati kau merana....

2023-10-29

1

🦈Mom Panji

🦈Mom Panji

Tini kau benar" jadi pengganti budhe Arsih

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!