Bab 5

Pagi itu seperti biasa Tini melakukan lari pagi untuk menjaga kebugaran tubuhnya.

Wanita itu terkesiap saat melihat Herman dan keluarganya sudah kembali lagi ke rumahnya.

"Cih, jadi ia sengaja kembali ke rumahnya setelah hutangnya lunas. Dasar licik!" pekik Tini

Melihat Tini yang terus memperhatikannya membuat Herman menggandeng istrinya dan menghampiri wanita itu.

"Apa kabar Tin, sebelumnya aku minta maaf karena aku lupa mengundang mu di acara pernikahan ku," ucap Pria itu tanpa rasa bersalah

"Untungnya aku baik-baik saja dan sepertinya aku memang lebih baik tidak datang ke pernikahan kamu. Karena bisa saja aku datang bersama seorang debt kolektor hari itu dan untuk menagih hutangmu yang dipakai untuk biaya pernikahan kalian," jawab Tini menatapnya tajam, seolah menunjukkan jika mata itu hendak menusuk Herman yang sudah mengkhianatinya.

Herman hanya terdiam mendengar ucapannya, bibirnya terkatup rapat seolah membenarkan ucapan Tini.

Pria itu tak menduga Tini akan berani mengatakan hal itu di depan istrinya.

Tini tampak bahagia saat melihat wajah ceria Herman tiba-tiba berubah pucat, kini ia mengacungkan jari telunjuknya kepada pria itu, "Kau berhutang padaku, dan aku akan menagihnya suatu saat!" ujarnya membuat tubuh Herman semakin memucat,

Pria itu merasa seolah ada kekuatan yang menghantam tubuhnya hingga ia merasa lemas dan gemetar.

"Apa dia wanita yang mengambil semua uang pernikahan kalian lalu meninggalkan mu?" tanya istri Herman membuat Tini menyunggingkan senyum kearahnya.

"Sebaiknya mulai sekarang kau harus menjaga suamimu, jangan sampai kau mengalami hal yang sama denganku, yaitu di tinggal pas lagi sayang-sayange," bisik Tini sontak membuat wanita itu langsung membelakakan matanya.

Tatapan sinis Tini bak sembilu yang menyayat tubuhnya hingga membuat wanita itu begitu marah.

"Apa kau mengancamku?" tanya Wanita itu dengan tatapan penuh kebencian

"Aku bukan tipe orang yang suka mengintimidasi orang lain apalagi mengancamnya, jadi jangan salah sangka. Aku hanya memberikan nasihat padamu agar kau tidak tertipu dengan sikap manisnya," jawab Tini

"Kalau kau memang sudah mengikhlaskan Mas Herman harusnya kau memberi kami selamat bukan malah mengatakan hal-hal seperti itu kepada ku,"

"Baiklah kalau itu yang kamu inginkan. Ingat aku melakukannya karena kamu yang meminta jadi jangan pernah menyalahkan aku," ucap Tini

Ia kemudian menjabat tangan wanita itu dan memberinya selamat atas pernikahannya. Tak lupa ia juga menjabat tangan Herman dan memberinya selamat.

"Selamat ya, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah," ujar Tiwi menggenggam erat jemari tangan Herman

Pria itu seakan merasakan ada gelenyar aneh yang menjalar di tubuhnya saat menjabat tangan Tini.

Aku pastikan kali ini kau akan bertekuk lutut mengejar ku,

Tini berlalu setelah menjabat tangan pria itu. Entah kenapa saat melihat kepergian Tini, Herman merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.

Tatapannya kosong dan wajah cantik Tini selalu terlintas dalam pikirannya.

Melihat sikap Herman yang tiba-tiba menjadi pendiam dan lebih banyak melamun membuat Maudy istrinya curiga.

"Kamu kenapa, jangan bilang kamu masih ada rasa sama mantan kamu itu hingga terus terbayang-bayang wajahnya!" sindir Maudy

"Jangan suka fitnah, nanti kalau beneran kamu sendiri yang nyesel!" jawan Herman tampak kesal mendengar sindiran istrinya

Malam harinya Herman begitu terkejut saat melihat Tini mendatangi kamarnya.

Ia segera menarik wanita itu dan menutup pintu kamarnya agar istrinya tidak melihatnya.

"Bagaimana kamu bisa masuk ke sini, memangnya Maudy tak melihat mu?" tanya Herman tampak khawatir

Sesekali bola matanya menoleh kearah pintu kamarnya khawatir jika Maudy tiba-tiba nyelonong masuk.

Tini hanya menggelengkan kepalanya. Gadis itu kemudian merebahkan tubuhnya keatas ranjang dan menarik Herman hingga jatuh menimpanya.

"Jangan gila Tin, kalau Maudy tahu bisa habis kamu," tutur Herman

Lagi-lagi Tini tak menjawab ucapannya. Wanita itu justru semakin sibuk membuka kancing baju Herman.

Jujur paras ayu Tini sudah membuat Herman tergoda dan menginginkan sesuatu yang lebih dari gadis itu sehingga ia pasrah saja dengan apa yang dilakukan oleh Tini.

*Krieet!!

Herman begitu terkejut saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka dan segera menyembunyikan Tini dibalik selimut.

"Kenapa kamu gak ketuk pintu dulu sih," gerutu Herman dengan nada kesal

"Memangnya kenapa, toh kamu juga lagi gak ngapa-ngapain kan, jadi ya gak masalah kalau aku masuk,"

"Tetap saja harus ada unggah-ungguhnya sama suami," Herman segera memakai kembali pakaiannya.

"Mama nyuruh kita ke rumah main ke rumah Bude," ucap Maudy

"Ok, tunggu bentar aku mau ke kamar mandi dulu,"

"Yaudah aku tunggu di depan aja ya," sahut Maudy

"Sip," jawab Herman segera menuju kamar mandi

Melihat istrinya sudah keluar dari kamarnya, Herman buru-buru membuka selimutnya untuk memastikan keadaan Tini.

Namun pria itu terkejut saat tak mendapati wanita itu di sana.

"Dimana Tini, kenapa dia tiba-tiba menghilang??"

"Apa ini halusinasi ku saja, tapi semuanya terasa nyata. Bahkan aroma wangi parfumnya masih menempel di tubuhku. Aneh," ucap Herman kemudian segera pergi menyusul istrinya

Setibanya di kediaman Kerabat mereka, keduanya di sambut dengan ramah oleh pemilik rumah.

Herman kembali terkejut saat melihat Tini di rumah Budenya itu. Ia bahkan berkali-kali mengucek-ucek matanya untuk memastikan jika dirinya tidak salah lihat.

"Kamu kenapa Mas?" tanya Maudy

"Gak papa, aku hanya kaget saat melihat ada Tini di sini," jawab Herman

"Tini, sepertinya kamu sudah kena pelet Si Tini ya, makanya ngeliat Tini ada di sini!" gerutu Maudy

"Tidak ada Tini di sini Man, memangnya kamu lihat dimana?" tanya Bude Aminah

"Tadi saya lihat dia duduk di ruang tamu Bude," jawab Herman

Wanita itu kemudian mengusap wajah keponakannya itu.

"Sekarang masih ada gak Tini nya?" tanya wanita itu

"Sudah gak ada Bude,"

Wanita itu tersenyum kemudian mengajaknya masuk.

"Sepertinya kamu harus rajin-rajin sholat Man, jangan lupa baca Qur'an tiap habis sholat," ucap wanita itu

"Memangnya ada apa Bude?" tanya maudy penasaran

"Gak ada apa-apa Nduk, bukankah kewajiban seorang muslim itu sholat sama ngaji jadi Bude hanya ngingetin aja," jawab wanita itu

"Kirain Mas Herman kena guna-guna si Tini. Soalnya setelah ketemu sama dia kok bawaannya bengong mulu Bude kan aku jadi curiga," terang Maudy

"Curiga boleh tapi jangan berlebihan, lebih baik kamu juga doain suami kamu agar dijauhkan dari hal-hal seperti itu,"

"Tentu saja Bude,"

******"

Malam itu Herman tak bisa tidur karena terus terbayang-bayang wajah Tini. Seperti seorang yang sedang jatuh cinta Herman sampai meninggalkan istrinya di tengah malam demi bertemu dengan Tini.

Hari itu Herman nekat mendatangi kediaman Tini. Meskipun wanita itu sudah mengusirnya tetap saja ia bersikeras dan tak mau pergi dari rumah Tini.

"Maaf Mas Herman, saya tidak mau di cap sebagai pelakor jadi tolong jangan temui aku lagi," ucap Tini mencoba mengusirnya dengan halus

"Tapi aku ke sini kan cuma mau minta maaf saja Tin, aku merasa bersalah karena sudah mengecewakan kamu," jawab Herman

Sementara itu mengetahui suaminya pergi ke rumah Tini membuat Maudy murka. Wanita itu mendatangi Tini dan menyiramnya dengan air comberan.

"Dasar wanita gatel, udah diputusin masih aja ngejar-ngejar suami orang dasar tak tahu malu!" cibir Maudy membuat Tini seketika mengepalkan tangannya

Terpopuler

Comments

Al Fatih

Al Fatih

calon tumbal berikutnya

2023-10-29

0

✪⃟𝔄ʀ Mubarok🦈

✪⃟𝔄ʀ Mubarok🦈

saatnya Tini balas dendam atas perlakuan mu Herman

2023-03-24

1

Sumawita

Sumawita

karena sering sakit hati membuat tini gelap hati,, kasian yg jd tumbal nya

2023-03-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!