Bab 18

Tini menarik sudut bibirnya dan memasang wajah bengisnya. Wanita itu beranjak dari duduknya dan mencondongkan tubuhnya ke sisi Candra.

"Hanya kau yang tahu makna gaun pengantin itu, aku yakin kau sengaja mencurinya karena ingin menyelamatkan temanmu. Tapi sayangnya apapun yang kau lakukan semuanya sia-sia saja, karena Faaz tetap akan mati," bisik Tini

Candra menggerakkan bola matanya kearah Tini hingga kedua matanya kini beradu pandang dengannya.

"Dasar wanita Iblis, sampai kapan kau akan mengorbankan nyawa orang-orang yang tak berdosa demi ambisi mu untuk menjadi kaya,

"Itu bukan urusanmu," jawab Tini kemudian mengambil tas kecilnya dan meninggalkan Candra.

Malam itu Tini mempersiapkan segala keperluan ritual rutinnya.

Ia melangkah masuk kedalam bak air yang sudah dipenuhi dengan bunga setaman.

Tini berendam cukup lama setelah itu ia membersihkan tubuhnya dengan aneka bunga yang terdapat di bak mandi itu.

Sementara itu, di kediaman Faaz. Pria itu tampak gelisah dan seketika membuka matanya saat merasakan kehadiran seseorang.

Seorang wanita cantik terlihat memasuki kamarnya dengan hanya menggunakan selendang menutupi bagian intim tubuhnya.

"Tini??"

Faaz melihat wanita itu sebagai Tini kekasihnya dan membiarkannya masuk.

Aroma wangi bunga melati mulai memenuhi ruangan itu. Malam itu Tini tak banyak bicara.

Ia duduk di tepi ranjang dan mengusap wajah sayu Faaz yang terlihat masih mengantuk.

Lelaki itu segera bangun dan duduk di sampingnya setelah Tini menyentuh wajahnya.

"Kenapa kau datang selarut ini?" tanya Faaz

Lagi-lagi Tini tak menjawab. Wanita itu langsung membuka kancing baju Faaz dan mendorong tubuh pria itu.

Zain masih terjaga, dan segera keluar karena merasakan gerah di kamarnya.

Ia menghentikan langkahnya saat mencium bau bangkai yang begitu menyengat.

"Bau apa ini?" Zain mencari sesuatu di ruangan itu namun tak menemukan apapun.

Ia kemudian menyalakan rokoknya dan duduk di samping rumah.

Samar-samar ia melihat sosok wanita berjalan keluar dari dalam rumah. Karena penasaran Zain berusaha menghampirinya, namun bau busuk yang begitu menyengat membuatnya menghentikan langkahnya.

Zain kehilangan wanita itu, namun ia menemukan sebuah bunga kantil tergeletak di depan pintu.

Keesokan harinya Faaz menjerit-jerit karena ia mulai merasakan kakinya tak bisa digerakkan.

Zain segera menghampirinya, dan membantunya bangun.

"Aku mau ke kamar mandi," ucap Faaz

Zain memapahnya dan mengantar pria itu ke kamar mandi.

Tidak lama Faaz memanggilnya dan Zain kembali memapahnya ke ranjangnya.

Zain menatap Faaz yang tampak pucat dan area kelopak matanya mulai menghitam seperti orang yang kurang tidur.

"Apa Tini sudah pulang, kenapa aku tidak melihatnya?" tanya Faaz

"Tini tidak ada di sini,"

"Tapi semalam ia datang dan kami sempat melepaskan rasa rindu. Tapi karena aku kelelahan aku tak melihatnya saat ia pulang," jawab Faaz

"Jadi yang semalam itu adalah Tini??"

Zain menatap ke sekeliling kamar, dan menemukan bunga kantil yang tergelatak di lantai.

Ia memungutnya dan memasukannya kedalam saku bajunya.

"Apa kamu mau turun?"

Faaz mengangguk, Zain kemudian memapahnya menuju ke bawah.

Faaz meminta Zain membawanya ke ruang makan. Zain menarik sebuah kursi dan membantu Faaz duduk.

Faaz tersenyum melihat asisten rumah tangganya memasakan makanan favoritnya. Ia kemudian mengajak Zain sarapan pagi.

Zain melihat Faaz seperti orang yang kelaparan, ia bahkan menghabiskan tiga piring nasi dan beberapa potong roti bakar.

Melihat nafsu makan Faaz membuat Zain kemudian mengambil air putih dan membacakan sesuatu sebelum memberikan kepadanya.

Benar saja setelah meminum air pemberiannya, Faaz langsung muntah darah seperti saat di restoran.

Lelaki itu jatuh terkulai ke lantai, hingga Zain harus menggendongnya ke kamarnya.

Entah kenapa tubuh Faaz terasa ringan, padahal ia adalah pria yang tinggi dan juga memiliki tubuh yang atletis.

Zain membaringkan Faaz di ranjangnya. Ia meminta Assisten rumah tangganya untuk membawakan air hangat untuknya.

Ia kemudian menyeka tubuh Faaz dengan air hangat. Zain terus beristighfar saat melihat tubuh pria itu dipenuhi memar-memar.

"Sebenarnya...." Faaz ingin menyampaikan sesuatu kepada Zain. Namun ia mengurungkan niatnya saat melihat Tini mengunjunginya.

"Gimana keadaan kamu, apa sudah membaik?" tanya Tini menyapanya

"Entahlah Tin, hari ini aku malah gak bisa jalan, padahal hari pernikahan kita tinggal 4 hari lagi," jawab Faaz tampak gusar

"Sabar aja ya sayang, aku yakin kamu sebentar lagi sembuh. Anggap saja ini ujian menuju hari bahagia kita," jawab Tini

Ia kemudian meminta Zain memberikan waslap kepadanya dan menggantinya membersihkan tubuh calon suaminya itu.

Saat Zain akan meninggalkan mereka Faaz melarangnya.

"Tetaplah di sini, nanti siapa yang akan memapah ku jika aku mau ke toilet," ucap Faaz

"Kan ada aku sayang," jawab Tini

"Kamu gak akan kuat menggendong aku," jawab Faaz

Zain kemudian memilih duduk dan memainkan ponselnya.

"Bisa bantu aku mengganti pakaian Faaz?" ucap Tini mem

Zain beranjak dari duduknya dan membantu wanita itu mengganti pakaian Faaz.

Selesai berganti pakaian Faaz meminta Tini untuk menemaninya jalan-jalan pagi.

Namun wanita itu menolak karena Faaz tidak bisa berjalan.

"Setidaknya kita harus punya kursi roda agar bisa berjalan-jalan berdua. Sebaiknya aku pergi membelinya dulu, nanti sore baru kita jalan-jalan,"

"Tapi aku maunya sekarang," jawab Faaz

"Tapi aku tidak bisa memapah mu!" seru Tini

"Kalau begitu biar aku yang akan menggendongnya," tandas Zain menengahi mereka

Lelaki itu segera membungkuk dan membawa Faaz di punggungnya.

"Aku senang sekali masih bisa melihat pemandangan pagi yang indah," ucap Faaz saat keluar dari rumah

Ia meminta Zain membawanya ke samping rumah dimana aneka macam bunga bermekaran di sana.

"Ini adalah taman bunga yang di buat ibu sebelum meninggal. Dia selalu mengajak aku melihat bunga-bunga indah ini sangat sedang sedih atau banyak masalah. Kata Ibu, bunga-bunga itu selalu menghiburnya dan membuat hatinya bahagia saat melihatnya,"

*Deg!

Zain menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Faaz.

Ia kemudian menurunkan pria itu dan membantunya duduk di kursi batu yang ada di sana.

Zain bisa merasakan jika Faaz tengah bersedih. Ia kemudian memetik beberapa bunga mawar yang sudah mekar dan memberikan kepadanya.

"Sekarang aku tahu kenapa wanita begitu suka bunga, dan bukan hanya wanita aku juga menyukai bunga,"

Faaz tampak mencium aroma wangi mawar di tangannya

"Kita baru saling mengenal tapi aku sudah merasa jika sudah mengenal mu lama. Kau begitu memahami aku, dan aku sangat senang bisa mengenalmu meski hanya dalam waktu singkat," ucap Faaz

"Kamu ngomong apa si sayang, dari tadi ngelantur mulu deh," jawab Tini

"Entahlah aku merasa sangat lelah hari ini dan aku ingin beristirahat. Sepertinya aku sudah terlalu sibuk bekerja hingga tak pernah memikirkan untuk beristirahat,"

"Istirahatlah, kau boleh tidur di punggung ku," jawab Zain kemudian membungkukkan badannya

Faaz segera naik di gendongan pemuda itu.

"Aku ngantuk sekali, apa aku boleh tidur di punggung mu?"

"Tentu saja," jawab Zain tampak berkaca-kaca

Terpopuler

Comments

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

Zain kecolongan sampai ngk tau klu Tini masuk...semoga Faaz tidak kenapa napa

2023-04-05

1

⸙ᵍᵏ𝐙⃝🦜Titian Mentari 🦈

⸙ᵍᵏ𝐙⃝🦜Titian Mentari 🦈

faaz kayanya mau meninggal nih. tambah lagi korbannya Tini,

2023-04-04

1

Siska Ary

Siska Ary

y Allah aq kok jadi sedih y..

lanjut thor🌷🌷🌷semangat

2023-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!