Bab 18

Sarapan pagi pun penuh keheningan, Tak ada percakapan ada pasangan suami istri.

Jo tak ingin memulai begitu juga dengan Zizi. Masalah semalam sepertinya membuat mereka Merajuk. Jo merasa apa yang ia lakukan sudahlah benar. Walaupun ia membenci kedua mertuanya itu, tapi ia masih berusaha menerima mereka dan tidak memutuskan hubungan. Namun di sisi lain, Zizi merasa sikap Jo berlebihan dan seperti sengaja melakukan itu untuk balas dendam.

Jo menjadi pusing sendiri, tak ingin terlalu lama berharapan dengan sikap dingin istrinya, Jo langsung bergegas pergi ke kantor untuk menyibukkan hari dan tidak lagi memikirkan masalah yang sepele.

Saat di perjalanan, Panggilan telepon dari informan yang sudah lama menghilang tiba-tiba muncul dan menghubungi Jo untuk bertemu.

"Kemana saja kamu? kenapa kamu menghilang seperti di telan bumi? Aku kira kamu sudah lenyap!" Jawab Jo dengan kesal di telepon.

" Sudah aku katakan, aku akan mencarimu saat semua informasi yang kamu butuhkan aku dapatkan. Sekarang bisakah kita bertemu?"

"Baiklah, kita akan bertemu saat makan siang. Temui aku di restoran dekat kantor." Jo pun membuat janji untuk pertemuannya dengan informan yang sudah lama dia tunggu.

Sesampainya di kantor, dan di sapa para karyawan Jo hanya menyunggingkan senyuman tanpa menyapa balik untuk mengucapkan selamat pagi.

Jo langsung menuju ke ruangannya dan segera melemparkan jas miliknya di atas sofa, lalu ia menarik dasinya yang seakan mencekik leher dan membuatnya agar lebih longgar. Jo duduk di kursi kerjanya membelakangi meja untuk melihat luar gedung yang bisa ia lihat dari dinding kaca.

Ketukan pintu dan langsung seseorang mengusik ketenangan Jo yang sedang memikirkan sesuatu dalam benaknya.

"Pak..."

"Tunda semua pertemuan untuk hari ini. Aku masih ada urusan yang lebih penting!" perintah Jo sebelum Tio selesai bicara.

"Tapi pak... hari ini ada pertemuan bapak dengan perusahaan KW. Apakah harus di tunda juga?"

Perusahaan KW merupakan perusahaan milik pamannya yaitu Paman Ran.

"Sudah aku katakan, tunda semuanya. Tidak perduli pertemuan dengan siapa saja. Urusanku kali ini lebih penting. Keluarlah! Aku sedang ingin sendiri. Jangan biarkan siapapun menggangguku.". Perintah Jo, membuat Tio tidak berdaya dan ia pun segera keluar dari ruangan Jo dan tak berani mengganggunya.

Setelah menyibukkan diri dengan memeriksa semua laporan yang masih menumpuk di atas meja, Jo melirik jam di tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul dua belas dan sudah waktunya untuk istirahat.

Sesuai janjinya, Jo segera meninggalkan kantor menuju salah satu restoran yang berada tak jauh dari kantor. Ternyata informan itu sudah menunggu dirinya sedari tadi.

"Tidak bisakah, datang tepat waktu? Setiap detik waktuku itu sangat berharga, jangan kau buang waktuku hanya untuk menunggu mu." Protesnya dengan kesal.

"Hanya terlambat sepuluh menit saja, seakan berjam-jam waktu yang kamu buang. Mana bukit yang ingin kamu tunjukkan?"

"Eeesssttt... Jangan buru-buru. Duduk dan kita makan siang bersama. Bukankah sudah lama kita tidak bertemu? Apa kamu tidak merindukan aku," ucapnya sambil terkekeh.

laki-laki yang kini sedang duduk bersama Jo dengan kecerewetan tingkat tinggi itu adalah Regal. Dia adalah sahabat Jo saat duduk di bangku sekolah. Namun saat kuliah mereka berpisah, karena jalan yang mereka pilih berbeda.

Namun akhirnya mereka bertemu lagi secara tidak sengaja saat Jo mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu. Saat itu Regal yang baru pulang dari tugasnya melewati jalan di mana saat itu Jo sudah sekarat, hal itu membuat Regal memiliki jasa besar dalam hidup Jo bahkan Jo pun berjanji akan memprioritaskan dirinya sebelum orang lain.

"Bagaimana hubungan mu dengan istrimu?"

"Kami baik."

"Benarkah? Tapi dari wajahmu terlihat jelas kalau kamu tidak baik-baik saja."

Jo menghentikan suapannya dan menatap Regal yang sedang menikmati makanannya sambil terus bicara. Menyembunyikan sesuatu dari Regal adalah hal percuma, karena Regal bisa membaca raut wajah. Regal adalah pria unik dan pernah jo temui.

"Ada masalah kecil yang terjadi. Aku sedang menghindar karena aku tidak ingin ada pertengkaran."

"Buat apa menghindar? Toh kalau kamu pasti akan bertemu lagi? Lagian para wanita tidak akan pernah mau kalah apalagi tentang argumen. Lebih baik kamu bicara dan katakan maumu. Wanita akan selalu membawa perasaan yang membuat kaum pria akan selalu merasa bersalah," ucap Regal seolah paling berpengalaman.

Jo terdiam sejenak, merenungi kata-kata Regal yang ada benarnya. Apa yang dikatakannya memang ada benarnya, jika Jo tidak mau mengalah pastinya ada ada kebisuan beberapa hari kedelapan.

Setelah berbincang-bincang sebentar, Regal menyodorkan amplop berwarna coklat kepada Jo.

"Semua yang kamu butuhkan ada didalam. Mungkin kamu akan sedikit terkejut, tapi memang begitu kenyataannya. Sekarang aku harus pergi, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, jika perlu bantuan jangan lupa hubungi aku."

"Satu lagi, bayar semua makanan ini oke." imbuh Regal sambil menepuk pundak jo lalu pergi.

Jo menatap amplop yang kini ada di depannya, jantungnya berdebar, dan tak sabar ingin tau siapa yang sudah merencanakan pembunuhan terhadap dirinya.

To be continued ☺️☺️☺️

Terpopuler

Comments

Junaidi

Junaidi

up

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!