Sesampainya di rumah, Jo tidak langsung istirahat, dia masih harus memeriksa semua file laporan yang di minta Jo sebelumnya.
"Ini mas kopinya." Zizi meletakkan secangkir kopi yang di minta Jo dan menaruhnya di atas meja disamping laptop.
"Terimakasih sayang." Balas Jo namun tak menatap istrinya. Zizi duduk di samping Jo dan menyangga dagunya.
"Mas kapan selesainya?"
"Bentar lagi, kenapa memangnya? tumben tanya?"
"Mas, aku pengin hamil." Jawab Zizi membuat Jo langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap istrinya yang masih saja menyangga dagunya.
"Apa kamu serius? Bukankah kamu belum menginginkan seorang anak?"
"Itu kan dulu, saat mas tidak bekerja. Aku berfikir kalau aku hamil secara otomatis akan menyita banyak waktuku tapi sekarang-"
"Sekarang apa? coba jelaskan biar aku mempertimbangkan mau memberimu bibit unggul atau tidak."
"Masss..., kok masih tanya lagi. Kehidupan mas kan sekarang sudah berubah tiga ratus delapan puluh derajat dan itu artinya aku tidak perlu kuatir akan masa depan anak-anak kita nantinya, bahkan akupun siap kalau harus melahirkan banyak anak, tapi mas harus janji gak akan pernah ninggalin aku." jawab Zizi sambil bergelayut manja.
"Begitu ya, bagaimana kalau kita mulainya sekarang dan akan aku berikan bibit yang paling unggul untuk di tanam di dalam rahimmu" Goda Jo dan langsung mengangkat tubuh seksi istrinya itu dan memindahkannya di atas kasur yang empuk.
Joo pun akhirnya harus kembali bekerja, namun pekerjaannya berada di atas kasur memuaskan hasrat istrinya yang menggebu-gebu. Menyentuh tubuhnya setiap inci, mempermainkan beberapa area yang membuat istrinya menggeliat seperti cacing.
Pertempuran panas pun tak bisa di hindari, dengan semangat empat lima keduanya menyelami bahtera cinta untuk bisa saling memuaskan dan menyebar bibit-bibit unggul ke dalam rahim yang siap dibuahi.
Setelah keduanya mencapai puncak, Jo langsung tidur karena tenaganya yang sudah terkuras habis yang tersisa hanya lelah saja.
"Terimakasih kasih mas, untuk segalanya. Aku sangat beruntung mendapatkan laki-laki seperti mas Jo dan penantianku selama sepuluh bulan pun tidak sia-sia. Kamu kembali membawa kebahagiaan yang lebih," ucap Zizi yang merebahkan kepalanya di lengan Jo.
"Aku sudah katakan padamu dari pertama kali kita menikah, kalau aku akan berusaha membahagiakan kamu dengan cara apapun dan akan memenuhi semua keinginanmu"
"Aku janji mas, akan menjadi istri yang setia dan akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita nanti dan aku harap kali ini bisa segera jadi. Aku sudah tidak sabar ingin merasakan menjadi seorang ibu."
Mereka pun akhirnya tertidur setelah melakukan pertempuran yang menguras tenaga.
****
Keesokan paginya, dering ponsel Jo berulang kali berbunyi, mengusik kenyamanan. Jo segera meraba ponselnya yang berada di atas nakas dan langsung mengangkatnya tanpa melihat lebih dulu siapa yang menghubungi.
"Hallo." jawab Jo dengan malas.
"Maaf tuan mengganggu, Bisakah tuan ke kantor lebih awal! Ada masalah kecil yang harus di selesaikan bapak." Jelas Tio.
Jo melihat jam di ponselnya masih pukul lima pagi, " Sepagi ini kamu menghubungi aku hanya karena masalah kecil! tidak bisakah masalah kecil itu kamu dan bawahan yang menyelesaikannya tanpa aku harus ikut campur. Aku masih sangat lelah dan masih ingin istirahat. Oya aku akan datang siang. Jika ada berkas yang perlu di tandatangani tumpuk saja di meja dan jika ada meeting di tunda saja lebih dulu!" Titah Jo dan langsung memutuskan panggilan telepon dari Tio.
Jo pun ingin melanjutkan tidurnya, namun matanya sudah tidak bisa di pejamkan lagi, beginilah kalau sudah terbangun Jo akan sangat kesulitan untuk tidur.
Dia pun memilih untuk turun dari ranjang dan membiarkan Zizi masih terlelap dalam tidurnya. Jo memilih joging pagi sambil menunggu waktu untuk bekerja.
Setelah cukup lama joging dan mentari sudah menerangi bumi, Jo pun kembali dan mendapati Zizi sudah menunggu dirinya dan sudah wangi.
"Pagi sayang." Sapa Jo sambil menyerahkan handuk kecil bekas dia bawa ke pada istrinya.
"Mas joging kok aku gak di ajak." protes Zizi.
"Kamu kan masih tidur."
" Mas kan bisa bangunin."
" Iya maaf, lain kali kita joging bersama. Aku pergi mandi dulu." Jo pun segera pergi ke kamar untuk mandi. Sedangkan Zizi membantu menyiapkan sarapan pagi.
Saat sedang mengguyur tubuhnya di bawah shower, Jo kembali teringat dengan kakek Bimo yang sudah ia selamatkan. Jo memikirkan keadaannya dan juga keselamatannya yang kemungkinan besar masih dalam bahaya jika kata-kata kakek tersebut benar.
' Sepertinya kakek Bimo punya sebuah rahasia atau sesuatu yang membuat dirinya di incar. Tidak mungkin seorang cucu akan menyakiti kakeknya kalau tidak ada alasannya. Apakah aku harus mencari tahunya? Tapi aku tidak suka ikut campur urusan orang lain. Tapi bagaimana kalau keselamatannya terancam dan bisa saja akan menjadi penyesalan dalam hidupku.' gumam Jo di bawah guyuran air yang terus mengalir di atas kepalanya.
Jo teringat dengan apa yang pernah menimpanya hingga membuatnya koma selama tujuh bulan. Untung saat kecelakaan itu Regal lebih awal menemukan dirinya sebelum terlambat dan segera membawanya pergi tanpa jejak. Jika sedikit saja terlambat maka dirinya tentu saja sudah berada di alam lain dan saat ini Jo memikirkan hal yang sama tentang kakek Bimo.
"Mas kamu baik-baik saja kan? kenapa dari tadi belum keluar juga dari kamar mandi?" Panggil Zizi yang kuatir dengan suaminya yang tak kunjung keluar dari kamar mandi.
Setelah teguran dari zizi, Jo pun segera keluar dengan kondisi bibir pucat karena kedinginan setelah berdiri di bawah shower hampir setengah jam.
"Kamu ngapain mas di kamar mandi cukup lama? Aku sampai kuatir lho mas. Aku pikir mas kenapa-kenapa," ucap Zizi sambil membantu Jo mengenakan pakaian.
"Maaf sudah membuatmu kuatir, aku hanya sedang menikmati mandi saja." jelas Jo.
"Mas, aku sudah menghubungi orang tuaku dan mengundang mereka untuk makan malam di rumah malam ini. Mas jangan pulang terlambat ya," ucap Zizi.
"Akan aku usahakan."
" Eeemmm, hari ini aku tidak pergi ke butik. Aku akan pergi berbelanja untuk persiapan nanti."
" Lakukan apa yang kamu mau. Selama membuatmu senang. Aku tidak akan melarangnya."
Setelah selesai sarapan, Jo pun pergi ke kantor. Namun Jo kembali ingat dengan kakek Bimo, ia pun memutuskan untuk menjenguknya lebih dulu untuk memastikan kondisinya.
Tak lama Wilson sampai ke rumah sakit dan membawa sesuatu untuk kakek Bimo. Namun saat hendak masuk ke ruangan, seseorang memanggil namanya.
To Be continued ☺️☺️☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments