Bab 13

Perusahaan WLS adalah perusahaan besar yang berdiri cukup lama dan sudah memiliki banyak anak cabang. Perusahaan manapun yang bisa bekerja sama dengan perusahaan WLS akan memiliki keuntungan sangat besar dari berbagai aspek, seperti yang di alami perusahaan GB. Perusahaan yang berada dalam ambang kebangkrutan bisa bangkit lagi berkat WLS.

Jo yang telah mengambil alih perusahaan, kini harus memikul tanggungjawab untuk perkembangan perusahaan peninggalan orang tuanya itu.

Jo yang dulunya tak ingin menjadi seorang pemimpin dan memilih pergi demi mendapatkan hati gadis yang ia cintai Kini harus berubah haluan saat harus membantu perusahaan ayah mertuanya yang berada di ambang kebangkrutan.

"Tuan apakah tuan yakin menanam saham di perusahaan GB?"

"Untuk saat ini ada peluang besar disana. Selagi itu menguntungkan tak perduli apapun yang pernah terjadi, kita harus memanfaatkan kesempatan itu." Jelas Jo dan Tio pun langsung paham, Jika Jo tidak ingin mencampurkan urusan pribadi dan perusahaan. Tapi apa yang dilakukan Jo memanglah benar, jika ingin berkembang maka harus bisa memilahnya.

Hasil meeting yang membahas mengenai penanaman saham di beberapa perusahaan, menghasilkan beberapa keputusan dan Jo menyerahkan sisanya kepada bawahannya. Setelah selesai rapat , Jo ingin meninggalkan perusahaan untuk menemui salah satu orang yang pernah membantunya.

Jo memajukan mobilnya menuju jalan XX, yang merupakan alamat temannya itu dengan berkendara sendiri. Namun baru berkendara sejauh 1km, Jo sudah di hadang oleh kemacetan karena ada pertengkaran di depan.

Jo menghela nafas lalu keluar dari dalam mobil untuk memastikan apa yang terjadi.

Setelah bertanya pada beberapa orang dan tak ada satu orang pun yang tau, apa yang terjadi. Jo pun memutuskan mendekati untuk melihat apa yang di lihat oleh kerumunan.

Pemandangan di luar dugaan Jo melihat kakek tua yan sepertinya tunawisma sedang di hajar oleh preman pasar, namun tak ada satu orang pun yang perduli untuk menolongnya dan hanya menonton.

"Sial."

Jo yang melihat kejadian tersebut tidak bisa tinggal diam, dia pun maju mengalihkan perhatian para preman agar tidak menghajar pria tua itu lagi.

"Hai, Brengsek, kalian sudah menggangu perjalananku dengan membuat adegan yang sangat memalukan." teriak Jo kesal.

" Pria brengsek, jangan ikut campur urusan kami. Apa kamu ingin membela lelaki tua yang tidak bisa bayar hutang ini." Saut salah satu preman.

" Tidak bisakah kalian selesaikan di tempat lain saja dan tidak usah membawanya kejalan? menyusahkan orang saja. Ini jalan umum dan kalian sudah membuat kemacetan itu artinya aku harus ikut campur agar Aku bisa segera pergi dari sini." saut Jo

Para preman itu pun menyerang Jo dengan mudah Jo menangkis dan menyerang balik mereka dengan tangan kosong. Satu persatu mereka berhasil di kalahkan Jo bahkan ada yang sampai mengalami patah tangannya.

"Jangan senang dulu, aku akan laporkan kejadian ini pada bos kami dan tunggu pembalasan kami." Ancam preman itu sebelum kabur.

Setelah preman itu pergi, baru polisi lalu lintas datang saat melihat kemacetan. Polisi itupun segera mengurai kemacetan. Jo membawa kakek tersebut menepi, beberapa luka di tubuhnya membuat kakek tua itu kesakitan.

"Kek kita pergi ke rumah sakit ya, luka kakek sepertinya cukup parah." Ajak Jo yang memutuskan untuk membawanya ke dokter setelah memperhatikan luka kakek tersebut cukup parah.

Entah apa masalah para preman tersebut dengan sang kakek hingga begitu tega menganiayanya. Namun Jo tak ingin ikut campur urusan orang lain dan ia pun memilih untuk diam.

Sesampainya di rumah sakit sang kakek langsung mendapat penanganan dan harus menginap karena mengalami sesak nafas.

"Terimakasih nak, sudah menyelamatkan kakek. Kalau saja kamu tidak datang mungkin kakek sudah dianiaya sampai mati."

"Itu hanya kebetulan saja kek, Oya apakah ada keluarga atau kerabat yang bisa aku hubungi untuk menjaga kakek? karena aku tidak bisa menjaga kakek di sini." jelas Jo

"Kakek tidak punya keluarga lagi. Satu-satunya keluarga kakek malah ingin melenyapkan kakek."

"Maksud kakek?!" Jo ingin mendapatkan penjelasan namun sang kakek tiba-tiba kembali sesak nafas.

Jo segera memanggil tim medis untuk segera menangani lelaki tua yang di ketahui bernama kakek Bimo.

Jo ingin pergi meninggalkan kakek Bimo, namun dalam hati Jo tak tega. Ia ingat dengan kakek yang sudah merawatnya.

Jo tiba-tiba ingat dengan kata-kata preman itu yang ingin melaporkan pada bosnya, itu artinya kemungkinan besar bosnya adalah cucu dari kakek Bimo yang ingin melenyapkan kakeknya.

Setelah menyimpulkan tentang kakek Bimo, Jo memutuskan untuk membantu kakek tersebut dan melindunginya. Apapun kesalahan sang kakek besar ataupun kecil tidak seharusnya mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya.

"Tak lama suster dan dokter keluar ruangan setelah memeriksa kakek Bimo, Jo segera menghampiri untuk menanyakan keadaannya.

"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya JO..

"Tenang saja tuan, kakek Bimo baik-baik saja, hanya perlu istirahat yang cukup dan jangan tertekan." jawab dokter lalu pergi.

Jo pun membiarkan Kakek Bimo untuk istirahat. Jo meminta salah satu perawat untuk menjaga kakek Bimo baik-baik saat dia pergi.

"Tolong jaga kakek baik-baik. Jangan biarkan siapapun masuk untuk menjenguknya selain itu juga jangan biarkan kakek Bimo keluar sampai aku kembali. Ini tip buat kamu. Aku percayakan kakek Bimo padamu." Jo memberi beberapa lembar uang merah pada salah satu suster yang di percaya Jo. Suster itu pun mengangguk dan menerima uang tip dari Jo.

Setelah semuanya di rasa aman, Jo berencana melanjutkan perjalanan menemui seseorang, namun saat melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul empat sore Jo pun mengurungkan niatnya dan memilih untuk menjemput Zizi di butik.

Jo segera melajukan kendaraannya dan putar balik karena beda jalur. Setelah beberapa waktu akhirnya Jo sampai dan ia melihat Zizi masih sibuk di butik.

Jo segera keluar dari dalam mobil, dan segera masuk kedalam butik.

"Apa masih banyak pekerjaan?"Tanya Jo sambil memeluk istrinya dari belakang.

"Mas Jo," ucap Zizi terkejut.

"Bentar lagi selesai. Mas kok dah sampai sini saja." Zizi membalikkan tubuhnya dan mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya itu.

"Aku sudah bilang padamu kalau aku akan menjemputmu."

"Baiklah, kalau begitu aku bersiap dulu. Mas tunggu saja di sana."

Jo duduk di sofa sambil menunggu istrinya tutup butik. Saat sedang menunggu tanpa sengaja Jo melihat tagihan bulanan Zizi yang begitu banyak. Tanpa bicara Jo segera mengambil tagihan tersebut untuk mengeceknya kembali.

Jo menatap istrinya," Jadi selama ini Zizi mengalami kesulitan dana dan dia tidak cerita padaku. Atau memang dia sembunyikan dariku. Kalau aku tau dari awal tak mungkin aku membiarkan dia berfikir keras untuk mengatasi kesulitan yang dia alami." Gumam Jo dan tetap pura-pura tidak tahu apa-apa tentang apa yang di rahasiakan istrinya itu.

To be continued ☺️☺️☺️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!