Bab 14

Setelah selesai, Jo segera mengajak Zizi untuk pulang. Di tengah perjalanan, Zizi mengajak suaminya untuk mampir ke restoran barat. Jo menyetujuinya dan langsung mampir ke restoran Barry.

Setelah memilih tepat kosong untuk duduk mereka pun segera memesan beberapa menu makanan dan sambil menunggu Mereka pun berbincang.

"Mas, kenapa mas cuma pakai baju kaos? Bukankah tadi pagi mas pakai pakaian Kemeja dan jas?" tanya Zizi yang melihat penampilan suaminya masih sama persis seperti dulu. Padahal statusnya sekarang sebagai konglomerat seharusnya gengsi hanya mengenakan pakaian sehari-hari.

"Kenapa? Apa kamu tidak suka dengan penampilanku sekarang? Tanya balik Jo

"Tidak. Bukan begitu maksudku, hanya saja saat posisimu berada di atas, bukankah itu akan mempengaruhi penilaian orang tentang dirimu? Aku sebagai istri hanya bisa mendukung tapi aku juga berhak menasehati kan," jawab Zizi dan Jo membalasnya dengan senyuman.

"Aku lebih nyaman begini. Biar orang berkata apa tentang diriku. Inilah aku dan jati diriku, kekayaan dan lainnya itu hanyalah bonus, yang terpenting saat ini kamu tetap bersamaku dan selalu mendukungku." Jo menggegam tangan Zizi dan meyakinkannya

untuk tetap percaya padanya.

"Aku akan selalu ada di sebelahmu dalam keadaan apapun, Kamu sudah mengatakan banyak hal padaku dan kamu sudah berjuang demi diriku, tidak mungkin semuanya aku lupakan begitu saja." Zizi pun berbalik meyakinkan suaminya.

Di tengah perbincangan, tiba-tiba muncul seorang pria mendekati Zizi dan menyapanya tanpa perduli ada Jo di sampingnya.

"Hallo Zizi, Bagaimana kabarmu? Sudah lama aku ingin ngobrol denganmu. Ikutlah denganku pindah ke ruang VIP biar kita leluasa ngobrolnya," ucap pria yang bernama Andi. Dia adalah teman kampus Zizi saat kuliah dan tergila-gila dengan Zizi, namun sayangnya Zizi tidak tertarik padanya dan memilih Jo setelah lulus kuliah.

"Andi. Ngapain kamu kemari? Dan maaf aku tidak bisa menerima tawaranmu. Kamu lihat kan di sampingku ada suamiku. Tidak seharusnya kamu bersikap lancang seperti itu." Bentak Zizi.

Andi memiringkan kepalanya dan melihat Jo ada disamping wanita yang disukai.

"Ternyata kamu masih bertahan dengannya? Aku dengar-dengar dia hanyalah pria miskin yang menumpang hidup dari keluarga istrinya. Kenapa masih kamu pertahankan? Lebih baik ceraikan saja dia dan menikah denganku. Aku memiliki segalanya dan aku bisa memberikan apapun yang mau dengan uangku,"ucap Andi dengan sombongnya.

Plakkkk....

Tamparan itu mendarat di pipi Andi. Membuat Andi terkejut bahkan ingin membalas perlakuan Zizi.

Saat Andi mangkat tangan untuk menampar Zizi, dengan sigap Jo menahan tangan Andi bahkan mencengkeramnya dengan kuat.

"Kamu menghinaku ataupun merendahkan, aku tidak peduli tapi sedikit saja kamu berani menyentuh kulit istriku, aku tidak akan tinggal diam." Jo memutar tangan Andi kebelakang hingga membuat Andi mengerang kesakitan.

"Lepaskan aku brengsek." Bentak Andi.

"Kamu tidak tau berhadapan dengan siapa. Aku pastikan kamu akan menyesal setelah ini." Imbuh Andi sambil menahan rasa sakit.

"Mas sudah, jangan patahkan tangannya." Tegur Zizi yang tak tega melihat Andi kesakitan, namun Jo enggan melepaskannya, sebelum mematahkan pergelangan tangannya.

"Aaarrgggghhhh..." Andi mengerang kesakitan saat pergelangan tangannya patah dan jatuh tersungkur.

Jo berjongkok dan meraih kerah Andi. "Jangan pernah berani menggoda istriku lagi, atau kalau tidak. Aku bisa membuatmu menjadi gelandangan." Ancam Jo dan segera melepaskannya. Andi langsung kabur dengan ketakutan, namun dimatanya ada dendam yang membara.

"Terimakasih mas, sudah melindungi ku." Zizi memeluk Jo dari belakang dengan erat.

"Itu sudah tanggung jawabku sebagai suami," jawab Jo sambil menepuk pelan pipi istrinya yang terstandar di pundaknya.

Makanan yang di pesan pun datang, Zizi dan Jo pun menyantap makanan tersebut dengan nikmat, melupakan kejadian yang barusan terjadi.

Namun secara tidak langsung musuh Jo berlahan terus bertambah dan setiap saat nyawanya mungkin di intai.

Sesekali Jo memperhatikan istrinya yang begitu lahap memakan- makanan favoritnya sedangkan dirinya hanya berusaha menikmatinya walaupun sangat sulit untuk menelannya karena banyak pikiran yang menari-nari di kepalanya.

"Mas, apa aku boleh bilang sesuatu?"

"Katakan, aku tidak pernah melarang mu untuk bicara."

"Mas, aku serius bukan bercanda. Tadi mama datang ke butik dan dia bilang sama aku kalau mama menyesal. Mama ingin minta maaf sama mas Jo, tentunya keluarga besar yang ingin minta maaf. Kerena sudah memperlakukan mas dengan buruk. Mama berharap Mas mau memaafkannya. Walau bagaimanapun mama itu ibu mertuamu dan mama kandungku. Jadi kalau boleh aku minta, tolong maafkan mereka. Aku tau mas pasti sakit hati dengan perbuatan mereka, tapi mereka melakukan itu semata-mata karena sayang denganku, mereka tidak ingin putrinya menderita. Mas sadar kan saat itu mas tidak pernah bekerja. Tapi aku gak memaksa mas untuk memaafkannya sekarang, aku tau mas pasti butuh waktu untuk membuka kembali pintu maaf mas." Jelas Zizi panjang lebar, Jo hanya menghela nafas jika harus membahas tentang mertuanya itu, tapi Jo juga tidak bisa lari karena dirinya sudah mengambil putrinya.

"Undang mereka untuk makan malam di rumah besok malam." Jawab singkat Jo lalu berdiri untuk pergi ke toilet.

"Maksud mas?" tanya Zizi namun tak di jawab karena Jo langsung berlalu.

"Apa mas Jo sudah memaafkan orang tuaku?" tanya Zizi dalam hati.

Di toilet Jo membasuh wajahnya yang nampak tegang di wastafel, Jo tidak ingin membuat istrinya sedih kalau sebenarnya dalam hatinya masih ada kebencian. Untuk melihat wajah mereka saja rasanya tidak sudi, tapi apa boleh buat. Jo tidak ingin jadi lalaki yang angkuh dan sekarang dia hanya bisa membalas mereka dengan cara yang halus.

"Api tidak boleh dilawan dengan api, tapi harus menggunakan Air agar kesombongan mereka benar-benar lenyap. Aku tidak yakin mereka tulus minta maaf. Aku rasa ada sesuatu di belakangnya. Kita lihat saja nanti apa yang aku lakukan bahkan jika menantu harus berperang dengan mertua itu tidak akan jadi masalah selama itu demi kebenaran." Gumam Jo di depan cermin.

Setelah tenang dan menyapu wajahnya agar kering, Jo segera keluar dan menghampiri istrinya yang sudah menunggu.

"Apa sudah selesai makannya?"

"Sudah, aku sudah bayar billnya juga." jawab Zizi.

Jo pun mengeluarkan black Card dan menyerahkannya pada Zizi.

"Itu untukmu, gunakan sebaik mungkin dan jangan foya-foya, aku tidak suka. Oya gunakan itu juga untuk melunasi semua tagihan yang kamu miliki dan lain kali jika butuh uang ataupun apa itu katakan padaku. Aku suamimu aku bertanggungjawab atas kebutuhanmu." Jelas Jo.

"Mas tau dari mana, aku punya tagihan?"

"Kalau ingin menyembunyikannya dariku, jangan sembarangan meletakkan sesuatu. Ayo pulang hari sudah petang." Ajak Jo dan Zizi pun mengikuti.

To Be continued ☺️☺️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!