Ardhi sudah memikirkannya sejak lama, jika dia menjadi musuh para dewi maka dia sama sekali tidak keberatan.
Adhi berlari ke depan dengan pedang Yuki, sementara pedang lainnya melayang di sekitarnya. Masing-masing pedang akan menyerang secara otomatis yang memungkinkan bahwa bisa menebas musuhnya dari segala arah.
"Dasar keras kepala."
Siren tersebut membunyikan harfanya untuk menciptakan gelombang kejut yang mampu menyapu siapapun yang mendekat.
Melihat bagaimana dia kesulitan untuk mendekat, Ardhi mengayunkan pedangnya dari kejauhan dan es menyeruak mengincar keberadaan Siren.
Dia melompat ke samping untuk menghindarinya, di saat yang sama Ardhi telah berada di depan wajahnya. Ia tanpa ragu membalut pedangnya dengan es sebelum menebaskannya ke perut Siren, membuatnya terlempar jauh.
Alat musiknya rusak meski demikian tubuhnya tidak mengalami luka yang parah.
"Apa yang kau lakukan, kau sengaja membuat pedangmu tumpul?"
"Berbeda dari penjaga kunci lainnya sepertinya kau memiliki kesadaran, dibandingkan Dark Knight."
"Dark Knight, mungkinkah kamu berhasil mengalahkannya."
Ardhi menunjukkan kunci di lehernya.
"Begitukah, ini menarik."
Puluhan lingkaran sihir bermunculan di atas langit beberapa tertembus pedang Ardhi hingga tidak aktif dan sisanya menjatuhkan bola air yang berukuran besar.
Setiap menghantam tanah itu menciptakan semburan ke udara.
Ardhi menciptakan perisai es saat langkahnya terhenti, tepat saat perisainya hancur sosok Siren telah melompat padanya.
"Jangan pikir bahwa aku hanya bisa serangan jauh, aku juga ahli dalam serangan jarah dekat."
Tubuh Ardhi beberapa kali menerima pukulan, saat dia membalas dengan ayunan pedang dia lebih dulu ditendang. Tidak membiarkannya terlempar Siren memegangi kakinya lalu menariknya mendekat dengan sebuah tinju yang akan digunakan tangan lain.
Ardhi menangkapnya dengan baik lalu menggunakan kepalanya untuk membenturkan diri dengan kepala Siren hingga keduanya terlempar ke belakang.
Itu sebuah serangan yang kuat.
"Kau benar-benar nekat."
"Lebih baik seperti ini."
Pedang Ardhi yang lain telah memotong tentakel untuk menyelamatkan rekannya, saat Siren hendak berdiri Yuki telah menindihnya agar dia tidak bisa bergerak.
Ia memegangi kedua tangannya.
"Apa menurutmu cara seperti ini bisa menghentikanku."
"Sayang sekali kekuatan elemenmu air bukan, aku ini pengguna es itu sangat mudah untukku."
Tangan keduanya membeku.
Jika Siren masih belum kuat Risa sudah ada untuk menambahkan sihir esnya namun Siren memilih menyerah.
"Aku sudah kalah, aku mengakuinya."
"Itu baru pilihan bagus."
Es yang membekukan mereka hancur dan dengan sigap Yuki menarik kunci di dada Siren dengan cepat.
"Master aku berhasil lihat ini."
Ardhi mengelus kepalanya, dan saat dia melakukannya kelihatan sekali bahwa yang lainnya juga ingin mendapatkan hal sama.
"Aku masih bermurah hati karena menyerah, sementara penjaga yang lain tidak akan cukup baik untuk melakukannya, apapun itu tugasku sudah selesai dan aku bisa kembali ke laut."
Siren itu kembali ke wujudnya sedia kala lalu terbang bersama ikan paus di sebelahnya.
"Orang itu tidak bisa jujur, jelas sekelilingnya dia hanya ingin keluar dari tugasnya, entah seperti apa alasannya yang jelas kita berhasil."
Ardhi setuju dengan perkataan Latifa tersebut, kuncinya sudah di dapat dan sekarang mereka hanya harus kembali lagi.
Dalam perjalanan Yuki mengingat sesuatu.
"Aku ingat di dekat sini ada gunung bersalju, bagaimana kalau kita mampir?"
Latifa, Nisa maupun Mery mengingat satu hal tentang gunung salju yaitu gorila.
"Aku sudah lelah berhadapan dengan makhluk sebanyak mereka nyan."
"Hmm aku juga."
Mery mengiyakan dengan anggukan.
Bahkan mereka berdua yang selalu bersemangat bertarung memilih menghindari para gorila tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments