Bersama mereka mengalahkan para gorila yang tersisa sebelum akhirnya sampai di puncak gunung.
Seperti yang dikatakan pak tua dari desa, di sana menancap sebuah pedang yang tertutup balok es.
"Kita hanya harus melelehkan esnya kemudian ambil pedang maka desa ini terbebas dari salju desu, kalau begitu kurasa ini bagianku desu "
Risa menciptakan bola api lalu menempelkannya di balok es tersebut, dengan kekuatan seperti itu harusnya bisa melelehkannya, sayangnya tidak demikian.
"Eh, bagaimana bisa desu, apiku gagal."
Risa hendak mengeluarkan sihir peledaknya dan semua orang segera menghentikannya.
Alih-alih balok yang mencair jelas sekali bahwa salju ini akan meledak dan akhirnya menimbun rumah penduduk yang tidak bersalah.
Ardhi memilih untuk melakukannya sendiri, dia memutari balok es tersebut sebelum menyentuhnya. Sihir petirnya akan lebih mudah untuk menghancurkannya dari dalam, karena itulah dia menutup matanya kemudian mengalirkan sihir dari telapak tangannya.
Petir menembus balok es dan saat menimpa pedang tersebut balok es meledak dahsyat.
"Ardhi, kau tidak apa-apa?" tanya Latifa.
"Tidak masalah."
Ardhi berdiri setelah mencabut pedang tersebut, pedangnya sendiri berwarna putih sesuai sarungnya sendiri.
Ardhi menarik pedang tersebut kemudian mengayunkannya, satu ayunan menciptakan jalan es mengerucut.
"Pedang ini kuat, kurasa ini memang terasa milik pahlawan."
Ardhi memutuskan untuk meletakannya di punggungnya.
Ia memiliki enam pedang di pinggang dan satu lagi dipunggung.
"Kurasa hanya Ardhi yang memiliki banyak pedang seperti itu desu."
"Yang penting ia terlihat keren."
"Benar sekali," tambah Mery.
Saat mereka kembali ke desa matahari telah terbit, hanya dengan berhentinya salju semua penduduk bisa tahu bahwa kelompok Ardhi telah menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik.
"Entah kenapa aku sangat lelah, aku ingin berisitirahat."
"Tentu, ketika kalian bangun mari buat perayaan."
Ardhi mengangguk mengiyakan, ia meletakkan keseluruhan pedangnya sebelum melompat ke atas ranjang yang disediakan.
Dia merasa aneh bahwa hari ini begitu melelahkan tapi itu mungkin sesuatu yang wajar mengingat bahwa semalaman harus melawan gorila dengan jumlah sangat besar.
"Empuk, apa ini?"
"Kyaa."
Sesuatu membangun Ardhi dari tempat tidurnya, dia merasakan berat di atas tubuhnya khususnya dalam selimutnya.
"Latifa, sudah kukatakan jangan menyelinap ke kamar orang..."
Dia hendak mengatakan itu sayangnya ketika dia membuka selimut adalah wajah yang tidak dikenalnya.
"Siapa?"
Dia seorang wanita dengan rambut panjang hitam serta mengenakan anting kristal di telinganya, tidak seperti pakaian yang sering dikenakan di dunia ini, dia mengenakan pakaian kimono putih untuk membungkus tubuhnya yang langsing dengan warna kulit seputih salju.
Ia memiliki mata hitam yang menggemaskan.
Ketika Ardhi bertanya-tanya ia melirik di mana pedangnya berada dan melihat bahwa salah satunya telah hilang.
"Jangan bilang pedang esnya."
"Akhirnya kamu sadar, benar aku adalah pedang es tersebut.. ngomong-ngomong namaku Yuki Onna."
"Bukannya itu berarti kau siluman."
"Eh, kamu mengenalku?"
Dewi memotong.
(Dia berasal dari dunia lain sama sepertimu loh, di dunianya dia adalah wanita salju yang selalu menjebak para pria lalu menghabisinya)
"Kalau begitu aku harus melenyapkan."
"Kenapa begitu? Aku tidak melakukan hal salah."
Seluruh pedang Ardhi telah mengelilinginya, hanya dengan sedikit perintah itu bisa membunuhnya dengan mudah.
Yuki Onna menangis.
"Tunggu."
Tangisannya menjatuhkan butiran es.
(Aku cuma bercanda, walau legenda mengatakan seperti itu yang sebenarnya terjadi dia makhluk yang baik, beberapa kali ia membantu para pendaki untuk menemukan jalan pulang)
(Kalau begitu itu bagus)
Pedang Ardhi kembali ke tempatnya dan Yuki Onna tampak menarik nafasnya lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments