"Hebat, hanya sekali serang."
"Benar."
"Ada beberapa lagi di sana."
Pedang Ardhi mulai naik kembali ke udara lalu menjatuhkannya seperti sebelumnya. Sekitar 20 banteng merah telah dijatuhkan tanpa kesulitan.
"Kalau begitu serahkan pada kami, kami akan membawanya ke desa."
"Aku mengerti."
Sejujurnya Ardhi bisa memasukan mereka semua ke tas penyimpanan namun itu akan membuat penduduk tidak enak jika dia mengambil semua peran untuk dirinya sendiri, karena itulah membiarkan seperti ini adalah keputusan terbaik.
Sekembalinya ke desa para wanita mulai mengolah makanan, beberapa diberikan pada warga yang lain untuk mereka olah di rumah masing-masing, paling tidak makanan yang Ardhi dapatkan sudah cukup untuk seminggu.
Ardhi membenamkan dirinya di bak selagi menatap langit-langit di atasnya.
Tak lama suara dewi terdengar ke kepalanya.
(Aku ingin makan makanan yang barusan, mereka kelihatannya sangat enak)
(Memang benar, dewi harus datang ke sini jika mau mencobanya, tapi sayang sekali bahwa Anda tidak bisa melakukannya)
(Kamu sedang menggodaku kan, ya ampun... kamu mulai ahli melakukannya Ardhi)
(Tidak, aku cuma bercanda, jadi soal pedang pahlawan, apa itu milik dewi?)
(Lebih tepatnya pedang yang kuberikan padanya, karena sudah diberikan aku tidak bisa mengambilnya kembali kan)
(Begitu)
(Aku pikir pedang tersebut akan sangat membantu jika kamu yang mendapatkannya, dan sebenarnya pedang itu memiliki wujud sesungguhnya)
(Wujud sesungguhnya?)
(Dia adalah perubahan dari makhluk dunia lain)
(Makhluk dunia lain?)
(Benar, pedang itu tidak menyukai pahlawan jadi saat kuberikan dia tidak pernah memperlihatkan wujudnya)
(Ternyata pahlawan juga bisa dibenci)
(Seorang yang mengumpulkan Harem, apa mereka akan disenangi? Tentu, tidak seperti Ardhi Harem-mu tercipta karena keinginan mereka sendiri yang ingin mengikutimu, tapi pahlawan sengaja mengajak wanita cantik untuk bergabung dengannya, jika bukan menyelamatkan dunia aku juga tidak akan membantunya)
(Itu seperti bahwa dewi Herina tidak membantu apapun dengan keadaan dunia.)
(Pahlawan yang dipilih Herina cenderung lemah, mereka tewas dengan mudah."
Ardhi mengernyitkan alisnya.
Apa dia akan bernasib sama dengan mereka adalah tergantung bagaimana dia bisa menjadi kuat atau tidak.
Semua kelompok Ardhi mengambil tidur lebih awal dan ketika tengah malam mereka mulai memanjat gunung. Hanya di waktu seperti ini saja salju berhenti turun dan jika mereka memaksakan diri untuk pergi saat salju turun itu sangatlah berbahaya.
Di bawah cahaya bulan yang menjadi satu-satunya penerangan mereka terus menerobos salju.
"Uwah, aku tenggelam desu."
Mery menarik Risa lalu menggendongnya di depan.
"Aku sangat terbantu desu."
"Tak masalah."
"Dingin nyan, dingin nyan, dingin nyan."
"Jika kau ingin merasa baik kau harus bilang, ini panas," balas Latifa.
"Ini panas nyan, panas nyan, yah tidak bekerja."
"Aku hanya menjahilimu saja."
"Ka-kau?"
Ardhi meletakkan tangannya di pedang saat merasakan sebuah pergerakan.
"Ada yang datang."
Mereka semua bersiaga dan dari pepohonan empat gorila putih mulai berjatuhan di depan mereka, masing-masing memiliki mata merah serta tubuh yang besar terselimuti bulu warna putih.
Tanpa pikir panjang mereka menerjang maju, Ardhi dan Nisa bergerak juga, dua gorila melompat ke udara untuk mengincar Latifa di belakang tentu saja di sana ada Mery yang memblokir keduanya dengan perisai yang dibawanya.
Risa menggunakan sihir es yang merupakan sihir terkuatnya untuk membunuh keduanya dengan tombak. Di waktu yang sama Nisa menjatuhkan salah satunya dan satu lagi oleh Ardhi.
"Sepertinya kita sudah dikepung."
Puluhan gorila yang lain telah mengawasi mereka dari kejauhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments