satu meja dengan dia?

Hari demi hari, bulan demi bulan telah terlewati, sejak pertama kali Haris mendatangi Rania ke kelas, ia menjadi lebih sering keluar masuk kelas kami.

bahkan teman teman ku yang lainnya menjadi jengah sebab Haris sesuka hati keluar masuk kelas kami.

pernah suatu ketika, mereka di tanya apakah mereka berpacaran, mereka menggeleng, dan menjawab bahwa mereka hanya berteman, namun di lihat dari tingkah laku nya, mereka seperti sepasang kekasih yang tengah kasmaran.

***

Tak terasa waktu terus berlalu begitu cepat, aku tetap masih menyimpan nama Haris di hati ku hingga saat ini meskipun rasa itu tak akan terbalaskan.

Hari ini adalah hari pertama ujian kenaikan kelas, Aku bangun lebih pagi dari biasanya sebab harus menyiapkan sarapan juga keperluan lainnya.

sedangkan untuk ibu, aku meminta beliau untuk fokus dengan menjahitnya saja sejak ibu sembuh dari sakitnya. sementara untuk rumah, aku akan mengerjakan semuanya tanpa terkecuali.

pagi ini setelah berbelanja di tukang sayur, aku langsung memasaknya.

sayur sop, tahu goreng dan sambal orek telah tersaji di atas meja, setelah semuanya siap aku bergegas mandi sedangkan ibu yang sedari tadi hanya ku minta untuk duduk menunggu ku memasak pun beranjak untuk membantu adik ku berganti pakaian.

segera ku sambar handuk yang tergantung di jemuran kemudian bergegas masuk ke dalam mandi.

tak membutuhkan waktu lama, aku telah selesai mandi dan sudah berpakaian rapi.

"gimana yah, bu, enak nggak masakan Jasmin? " tanya ku pada ibu yang tengah sarapan bersama Ayah dan Jefri.

"enak dong, masakan anak ibu pasti enak, apalagi masaknya dengan hati, iya nggak yah? " ibu memuji masakan ku, entah itu benar atau hanya sekedar pujian, namun hati ku menghangat, kedua orang tua ku tak pernah meremehkan usaha anak anaknya.

"iyalah, anak ayah jago masak, beruntung nanti suami mu bisa merasakan masakan mu setiap hari kak" puji ayah yang membuat ku tersipu mslu.

tak ingin bertambah ke geer an, akupun lantas ikut bergabung untuk sarapan bersama.

selesai sarapan, ayah langsung menuju teras untuk memanasi sepeda motornya sementara aku mengambil tas sekolah ku yang masih berada di dalam kamar, tak lupa aku berpamitan pada ibu yang ternyata sudah berada di ruang jahitnya

"nanti di jemput jam berapa kak? " tanya Ayah kala kami sudah di jalan hendak mengantarkan aku ke sekolah.

"di jadwal jam 11 udah pulang yah"

"ya sudah, berarti nanti ayah jemput jam sebelas ya"

"nggak usah yah, aku jalan kaki aja. ayah kan juga harus kerja, sudah lama sekali Jasmin nggak pulang jalan kaki"

"beneran kak? " ayah seolah ragu, sebab selama ini beliaulah yang selalu mengantar jemput aku jika tak sibuk.

"iya ayah ku sayang... " ucap ku sembari mengeratkan pegangan ku.

Tiba di sekolah, aku segera turun dan mencium tangan ayah "semangat kak, semoga kamu berhasil" pesan ayah

"InsyaAllah yah, doakan Jasmin ya yah, semoga nanti soal soalnya mudah di jawab"

"aamiin, ayah selalu mendoakan yang terbaik untuk anak anak ayah kak"

"sana masuk, nanti kamu telat" setelah mengatakan itu, ayah langsung memutar motornya meninggalkan sekolah.

aku bergegas masuk karena ketiga sahabat ku pasti sudah lebih dulu masuk kelas.

kebiasaan mereka memang jika ujian, mereka akan langsung masuk ke kelas untuk kembali belajar setelah sampai di sekolah tanpa harus saling tunggu.

rupanya kelas kami di acak, kebetulan kelas 8 ada 4 ruangan yang terdiri dari kelas A sampai D. aku dan ketiga sahabat ku masuk ke kelas 8B.

untuk ujian kali ini, kelas kami di acak bersama kelas sebelah, yaitu kelas A. kelas dimana disana ada Haris di dalamnya.

Aku mencari kertas bertuliskan nama serta kelas ku yang tertempel pada meja. ketemu, aku segera duduk disana.

"Nai" panggil ku pada Naila. ia duduk satu bangku dengan Dewi dari kelas A.

aku bersyukur bisa sekelas dengan Naila, setidaknya ada salah satu sahabat ku di kelas yang kini sedang ku tempati. sedangkan untuk Rania dan Vidya mereka berada di kelas lain.

"eh Jas, kapan dateng, kok aku nggak tahu? " tanya Naila, ia langsung menutup bukunya setelah tahu aku menghampirinya

"barusan aja. aku nggak nyangka kelasnya bakalan di acak begini loh"

"sama, aku juga. lagian ini salah kita juga, kemarin sabtu kan kita ngiranya kita sekelas, mana udah pede kali kalau bakalan sekelas, eh nggak tahunya di acak begini" curhat Naila

"udah jangan di ratapi, lagian cuma seminggu ini"

"iya juga sih, eh ngomong ngomong, kamu satu bangku sama siapa? " tanya Naila, aku pun juga tak tahu akan satu bangku dengan siapa, karena memang fokus ku tadi hanya mencari bangku ku saja.

"sebentar" aku segera melongok nama yang tertera pada kertas yang tertempel di meja.

"loh... " aku melotot kaget setelah membaca nama yang tertera disana.

"kenapa? siapa yang sebangku sama kamu Jas? " tanya Naila

"Haris" jawab ku lirih

"wah enak dong nanti pas pelajaran Olahraga, bisa tanya tanya dia, secara dia kan cowok, pasti paham pelajaran itu. Eh tapi si Rania cemburu nggak ya, lihat cemcemannya sebangku sama sahabatnya"

ucapan Naila membuatku langsung menoleh ke arahnya, bahkan ia sangat menyadari jika Rania tengah dekat dengan Haris. apakah ini pertanda untuk ku agar aku menghentikan perasaan yang menggebu terhadap Haris?

"masak sama sahabat sendiri cemburu sih, semoga aja enggak lah" ucap ku kemudian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!