Sifat Agam yang Mulai Berubah

Hari ke tujuh Agam pun mulai kembali melanjutkan aktivitasnya yang sudah hampir satu minggu laki-laki itu berduka.

Di hari ini juga dia kembali melanjutkan perjuangan sang papih, di mana papihnya sudah susah payah untuk membangun usahanya. Agam tidak ingin semua yang sudah di bangun oleh sang papih hilang begitu saja. Hanya karena dia yang terus bersedih.

Tentu semangat yang ia dapatkan tidak lah semata datang dengan sendiri. Livy yang selalu memberikan dukungan untuk suaminya, terlebih ketika Livy tahu kalau sang suami terus bersedih. Dan sangat kehilangan arah setelah kepergian sang papih mertua. Wanita itu terus memberikan dorongan motifasi untuk sang suami.

"Mas, sampai kapan kamu akan seperti ini terus, Papih juga pasti akan sangat sedih di atas sana kalau melihat mas Agam terus seperti ini. Mas Agam harus bangkit, karena hanya Mas yang kami punya. Banyak yang bergantung dengan Mas Agam. Tetaplah menjadi laki-laki yang kami harapkan, tetaplah menjadi suami yang selalu memberikan contoh yang baik, tetaplah menjadi pemimpin yang disegani oleh banyak anak buahnya, dan tetaplah menjadikan perusahaan Papih Dirga tempat untuk mecari rezeki banyak orang. Livy tahu Mas Agam pasti bisa bangkit dan menjalankan amanah Papih," ucap Livy entah  berapa kali Livy memberikan dukungan untuk sang suami. Entah berapa kali juga Livy membisikan motifasi untuk sang suami agar bangkit, dari rasa kehilangan ini.

"Aku takut Livy, takut kalau aku hanya akan mengecewakan Papih dan aku tidak bisa membawa perusahaan seperti saat Papih masih hidup, selama ini Papih adalah orang yang baik dalam mengambil keputusan," balas Agam, selalu laki-laki itu akan mengatakan seperti itu. Rasa takut yang berlebihan, padahal apa yang ditakutkan belum tentu terjadi.

"Yah Livy tahu, andai Livy di posisi Mas Agam juga pasti akan sama merasakan takut kalau tidak bisa melakukan yang terbaik untuk perusahaan yang sudah susah payah di bangun oleh Papi Dirga, tetapi lebih takut lagi kalau kita tidak berusaha sudah jelas perusahaan Papih Dirga malah akan hancur, apalagi tidak ada pemimpinya. Kalau masih ada yang memimpin masih ada harapan untuk tetap berdiri asalkan Mas mau berusaha. Livy yakin Mas mampu. Mas saat ini hanya terlalu ketakutan yang sebenarnya ketakutan itu belum tentu terjadi," ucap Livy tidak ada kata lelah untuk memberikan dukungan pada sang suami.

Agam pun hanya membalas dengan senyuman, yah perlahan, tetapi pasti berkat dukungan dari sang istri kini Agam pun mulai berani untuk bangkit dan meninggalkan ketakutannya itu meskipun tidak sepenuhnya hilang rasa takutnya, tetapi Livy tahu kalau Agam sudah mau berusaha. Wanita itu yakin lambat laun Agam pasti akan terbiasa dengan posisi barunya, dan juga terbiasa dengan tidak ada Papih Dirga yang selama ini sebagai mata tombak di perusahaan sang suami.

Tidak gampang memang memulai kebiasaan baru yang sangat berbeda jauh untuk Agam lalui seorang diri. Rasa semangat pun pasang surut, bahkan mentalnya jauh berubah. Fokus Agam pun mulai tidak menentu, dia benar-benar merasakan kesulitan untuk menjalani kebiasaan barunya. Di mana biasanya sang papih selalu menjadi tombak dari perusahaannya kali ini justru kebalikannya. Kini Agam lah mata tombaknya, semua bergantung pada dirinya.

Beban kian bertambah dan hal itu  membuat Agam sering emosi tiba-tiba, baik di kantor maupun di rumahnya.

Sifat sang suami sangat sensitif, bahkan tidak jarang Agam marah apabila di kantor ia terlalu cape dan di rumah ada tekanan sedikit atau Oliv yang terus merengek, laki-laki itu dengan mudah tersulut emosinya. Sering juga Agam mengeluh, sangat jauh dengan Agam yang dulu.

Livy pun menyadari perubahan dari suaminya. Diam-diam wanita itu mulai mempelajari apa itu laporan perusahaan, diam-diam juga Livy menjalin hubungan baik dengan orang kepercayaan almarhum papih mertuanya. Seolah gayung bersambut ternyata Om Jex laki-laki yang berusia hampir sama dengan papih mertuanya juga tidak menyukai Tari. Apalagi semenjak suaminya meninggal dunia, Tari semakin menunjukkan sifat aslinya. Sehingga bisa di bilang orang kepercayaan sang papih mertua sangat mendukung rencana Livy.

Bahkan Om Jex dengan suka relakan mempercayakan segala urusan perusahaan Agam untuk Livy ketahui. Livy pun memanfaatkan Tari yang sering keluar rumah untuk menjalin hubungan dengan Om Jex. Belajar melalui sambung telpon dan apabila Livy terpaksa harus ke luar rumah, maka Livy akan memanfaatkan kepergian Tari.

Selama ini juga Tari tidak pernah curiga ketika Livy di rumah wanita paruh baya itu percaya kalau semua pekerjaan yang diberikan pada menantunya dijalankan dengan sangat baik. Tentu itu semua berkata bantuan dan kekompakan sang asisten rumah tangga yang berada di pihak Livy.

Siang berlalu, dan malam pun menyabut, hari terus berjalan hingga semakin hari semakin banyak perubahan untuk Agam. Laki-laki itu semakin bisa diandalkan dalam mengurus perusahaanya.

Meskipun waktu untuk keluarga kecilnya tersita banyak karena pekerjaan, Livy mencoba mengerti karena memang menyesuaikan kebiasaan butuh pengorbanan. Dan ini semua Livy anggap pengorbanannya.

Di kantor Agam....

“Cala...” gumam Agam ketika kedua matanya menangkap wanita yang hingga detik ini masih ada dalam baktinya. Meskipun tidak sepenuhnya dia menginginkan wanita yang bernama Cala itu, wanita yang telah meninggalkannya demi sebuah karir.

Wanita yang merasa kalau namanya di panggil pun menolehkan kepalanya mecari sumber suara. “Agam, kamu ada di sini?” tanya wanita itu dengan wajah yang memerah. Hal itu langsung membuat Agam teringat kenangan masa lalu dengan mantan ke kasihnya itu, wajah merah merona yang membuat Agam sangat terpesona dengan kecantikannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!