Menguping

Hari-hari terus berganti, setiap hari juga kesabaran Livy yang setipis tisu ini harus diuji dengan kelakuan Tari, alis ibu mertuanya yang memiliki dua kepribadian. Entah makhluk apa yang menempel di tumbuh Tari. Sehingga ada saja kelakuannya yang mendzolimi Livy terus menerus.

“Neng, Nyonya Tari minta Neng Livy buatkan minum untuk anaknya,” ucap Bi Minah, asisten rumah tangga di rumah mewah ini.

Livy nampak kaget mendengar ucapan sang asisten rumah tangga. “Anak, bukan Mas Agam sedang kerja?” jawab Livy dengan sedikit bingung pasalnya dia juga tidak lihat suaminya sudah pulang kerja.

“Itu anak tiri, yang sekarang datang anak kandungnya, namanya Mas Gavi,” jelasnya dengan lebih detail.

Deg!!! Livy tersentak kaget satu info ia baru tahu. Wanita itu menarik bibirnya sebelah hingga membentuk segurat senyum sinis, dan dalam hatinya mengutuknya. “Lantas saja kelakuannya kayak emak-emak di Negri dongeng, ternyata emak tiri toh.” Livy pun tidak heran kalau kelakuan Tari seperti itu, ibu tiri memang terkenal jahat, meskipun tidak semua yah, tapi rata-rata ada udang di balik bakwan. Ngeunah...

Livy pun terpaksa bin penasaran mengikuti perintah Bi Minah, membuatkan minum untuk mertua dan adik ipar Livy. Tepatnya adik ipar tiri.

Tidak lama dua minuman segar sudah berada ditangan Livy, ia tidak langsung masuk, tetapi berdiam sejenak, jiwa penasarannya yang tinggi berbisik agar Livy menguping barang sejenak, mungkin saja dirinya tahu sesuatu. Wanita itu mematung tidak percaya dengan apa yang barusan indra pendengarannya tangkap. Tubuhnya gemetar hebat ketika mengetahui tujuan mertuanya memilih dirinya sebagai menantunya.

“Kamu tenang saja Gavi kita tinggal menunggu saja tanggal permainan harus kita mulai pokoknya kalian tidak akan hidup susah lagi semua harta-harta milik Dirga yang jatuh ke tangan Agam akan jadi milik kita.” Suara ibu mertuanya berbisik pada putra kandungnya yang bernama Gavi.

Bahkan Livy sendiri baru tahu kalau Mas Agam hannyalah anak tiri dari mertuanya. Sungguh ia sudah tertipu dengan kebaikan ibu mertuanya selama ini.

“Tapi apa Agam akan percaya begitu saja sedangkan dia kan orang yang cukup kolot cara berpikirnya.” Anak dari Tari kembali menimpali ucapan ibunya. Livy yang awalnya akan mengantarkan air minum pun terpaksa ia urungkan dan memilih tetap bersembunyi di balik pintu dengan menajamkan lagi indra pendengarannya agar wanita itu tahu sebenarnya mereka itu siapa.

“Gavi, kamu tidak usah bingung dan ragu karena urusan itu mami sudah serahkan pada orang yang tepat. Livy, dia adalah orang yang mami sengaja pilih sebagai menantu untuk memuluskan rencana kita. Mami yakin livy yang polos dan tidak memiliki kemampuan apa-apa tidak akan mungkin bisa melawan mami, dan dia juga tidak bisa melawan apa-apa pada suaminya soal harta. Nanti ketika Dirga sudah tidak ada maka Agam pasti akan sangat kehilangan dan rapuh disitu kerja kita akan kita mulai, Gavi.”

Livy bergeming, tubuhnya bergetar hebat ketikan mertuanya sendiri malah secara tidak langsung mengharapkan kematian papi mertuanya. Di mana papi Dirga,.saat ini sedang menjalani pengobatan rutin kangker paru-paru dan Agam juga pernah mengatakan bahwa papah mertua bisa saja pergi dalam waktu dekat.

Livy pun memutuskan membawa kembali minuman yang awalnya akan Ia suguhkan untuk adik ipar dan mertuanya itu. Tubuh Livy masih saja gemetar.

Dada Livy bergemuruh, dan batinnya menjerit-jerit, “Ternyata ucapan Mami Tari dulu saat melamarku dan dihari pernikahan yang sangat manis serta kebersamaan mempersiapkan pernikahan adalah kebohongan belaka. Mamih Tari nyatanya bukanlah ibu mertua dambaan yang pernah aku puja-puja, dia tak lebih dari seorang perampok yang mencoba bermain cantik.”

Dengan gerakan buru-buru, Livy menelan air dengan tegukan kasar berharap dengan satu gelas air dingin otaknya juga dingin dan bisa berpikir dengan jernih.

Ini bukan soal ia cape bekerja seperti pembantu di rumah suaminya sendiri, ini bukan perkara ia sakit hati yang selalu dianggap menumpang dan lain sebagainya oleh mertuanya. Namun, ini soal harta milik papi mertuanya yang perlahan akan Tari pindahkan menjadi hak miliknya.

Livy akui ibu mertuanya memang bekerja dengan sangat apik, tersusun dengan begitu baik, sampai dirinya sendiri tertipu dengan kebaikannya dan bujuk manis wanita cantik itu. Apalagi suami dan papah mertuanya. Jelas mereka lebih tertipu.

Namun bagaimana cara Livy untuk memberitahu keburukan ibu mertuanya pada suaminya sendiri dan papi mertua, setidaknya mereka sadar kalau di rumah ini ada ular berbisa yang siap mematok kapan saja. Karena ketika manusia lebih dikuasai sifat serakah maka kebaikan pun tidak ada gunanya, tapi bukanya apapun yang ke luar dari mulut Tari sangat dipercaya oleh suami dan papah mertuanya. Livy sendiri belum mendapatkan kepercayaan penuh, baik dari suami maupun dari papi mertuanya.

Livy berjalan mondar mandir dan berharap kalau wangsit datang, tidak lama ia pun memiliki ide. “Bagaimana kalau aku perlahan mendekat dan berusaha berpura-pura akan membantu rencana ibu mertuaku hingga aku tahu rencana yang mereka susun, dan setidaknya aku akan memikirkan cara untuk menggagalkannya. Ok baiklah Mih, Anda jual aku beli, rasanya aku sangat menyukai cara Anda untuk mengajaku bermain-main. Aku sudah terlanjur basah maka biar lebih menarik, aku akan mandi bersama ibu mertuaku yang sangat pandai itu,” gumam Livy dalam batinnya.

“Livy... Livy....” Suara Tari menggelegar memanggil nama menantunya. Livy sih sudah tahu dia pasti akan marah padanya karena dirinya yang tidak membawakan minum untuk anak dan dia sendiri.

“Iya Mih, maaf Mih, aku tidak bisa membuatkan minum karena perutku sakit sekali.” Livy berpura-pura meremas perutnya dan merintih kesakitan di atas sofa, tidak lupa juga wanita itu lebih dulu mengusap wajahnya dengan air agar terlihat seperti keringat yang membanjiri tubuh. Kalau berakting harus meyakinkan sehingga mertuanya bisa percaya. Seperti itu kira-kira pikiran Livy.

“Jangan manja, baru bekerja begitu saja sudah manja!” Kembali lidahnya yang setajam samurai mengeluarkan jurusnya.

“Ya Tuhan, Mih ini memang sakit benaran. Aku pernah menjalani rawat inap karena memang lambung aku yang terluka, dan sekarang sepertinya sakit aku kambuh Uhhh....” Livy kembali memainkan perannya yang semakin menyakini.

“Kalau gitu istirahat kamu, biar kamu cepat sembuh dan aku tidak rugi memiliki menantu seperti kamu, tidak bekerja dan hanya numpang makan dan tidur,” ucapnya dengan bibir mencebik sempurna, membuat dada Livy semakin sakit mendengarnya.

Ok, setidaknya mertuanya masih punya belas kasih, sehingga bisa ia memanfaatkan celah yang kecil ini untuk tetap mempertahankan harta papi mertuanya. Papi mertu serta suaminya yang capek bekerja enak saja Tari yang mengambil madunya, Livy tidak akan rela.

Yah, Livy tidak akan pernah rela sama sekali kalau harta keluarga suaminya jatuh ke tangan Tari, apalagi Agam selama ini kerja dengan keras bahwa suaminya pulang malam dan istirahatnya kurang semua demi kemakmuran bersama, tapi mertuanya yang licik ingin dengan gampang mengambil alih harta-hartanya siapa yang ikhlas.

“Enak saja wanita licik itu mau ambil semuanya, dia kira kita tidak butuh makan!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!