Rahasia Kebaikan Ibu Mertua

Rahasia Kebaikan Ibu Mertua

Penuh Sandiwara

“Livy, ingat yah Nak, minggu besok adalah acara besar yang akan diadakan di panti ini. Kamu harus mempersiapkan semuanya karena di hari itu kamu akan sah menjadi istri dari anak Mami Tari.”

Itu adalah perkataan Bunda Asih tadi pagi, yang masih Livy ingat hingga detik ini. Ia tidak menyangka sama sekali kalau wanita yang biasa di sebuah mami Tari diam-diam memperhatikan dirinya, dan meminta Livy pada Bunda Asih untuk dijadikan menantu untuk anak sulung dari sang donatur tetap panti asuhan tempatnya tinggal selamat ini. Bunda Asih juga sempat mengenalkan pada Livy bahwa laki-laki itu bernama Agam.

Satu bulan lalu Livy memang secara resmi dilamar oleh keluarga kaya raya itu, tapi calon suaminya tidak ikut dengan alasan sibuk bekerja. Wanita itu pun memakluminya karena memang menurut Bunda Asih calon suaminya adalah pewaris utama dari perusahaan keluarga yang bergerak dibidang penyediaan jasa konstruksi. Sedangkan yang Bunda Asih katakan sang papah sudah sakit-sakitan sehingga bekerja tidak boleh terlalu cape. Hal itulah yang membuat calon suami Livy selalu sibuk, bahkan tidak bisa hadir diacara lamaran mereka.

Livy sendiri bahkan belum begitu tahu seperti apa sebenarnya Agam itu, memang wanita itu juga tadi sempat diberi foto calon suaminya itu, di mana kalau dilihat dari fisiknya pada pandangan pertama hati Livy sudah bergetar, wajah yang tampan dan juga tubuh yang perfeksionis dan atletis membuat kedua indra penglihatan Livy langsung ternodai.

Dari mata turun ke hati sepertinya itu perumpamaan yang pas untuk menggambarkan apa yang Livy rasakan ketika melihat foto calon suaminya, kini Livy merasakan kalau ia sudah menaruh hati pada calon suaminya itu. Ah, wanita itu memang selalu seperti itu, mudah sekali tergoda dengan yang bening-bening.

Wanita yang dalam waktu satu minggu lagi akan melepaskan masa lanjangnya kini tengah termangu di balik jendela panti asuhan yang sebagian kayu jendela itu sudah keropos. Pandangan Livy lurus ke depan menatap indahnya cakrawala yang terbentang luas berwarna biru muda dengan awan-awan putih menggantung menambah keindahan siang hari yang cerah ini.

Bahkan Livy masih tidak percaya bahwa nasibnya bisa dengan cepat akan berubah seperti ini. Betapa beruntungnya ia, mendapatkan calon mertua dan keluarga yang baik, serta calon suami yang tampan, idaman setiap wanita. Meskipun Livy sendiri belum begitu mengenal calon suaminya itu, tetapi bisa ia lihat kalau Agam adalah laki-laki yang baik, dan ramah. Bisa Livy ambil garis kesimpulan dari keluarganya, yang menjadi donatur tetap panti asuhan ini hingga puluhan tahun. Bukanya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, itulah yang jadi pertimbangan Livy juga, ia yakin kalau calon suaminya menuruni sifat baik keluarganya.

Panti asuhan yang sudah menjadi tempat berteduh dan tempat ternyaman selama ini, dalam waktu satu minggu lagi Livy akan meninggalkannya. Menurut perkataan pemilik panti untuk anak panti yang sudah menikah maka akan mengikuti keluarga calon suaminya, dan tentunya tanpa terkecuali Livy. Ia juga akan mengikuti suaminya kemanapun Agam akan mengajak Livy pergi.

Waktu terus bergulir hingga hari yang di tunggu pun tiba, di mana hari ini adalah hari bahagia Livy dan juga seharusnya hari bahagia untuk Agam. Di hari ini Livy merasa seperti menjalani kehidupan yang sempurna menyerupai kisah Negri dongeng, dan kali ini Livy lah lakon utamanya.

Bahkan entah berapa kali wanita bersolek cantik itu mencubit lengannya hanya untuk memastikan bahwa apa yang ia alami sa’at ini adalah sebuah kenyataan. Ini bukan cerita Cinderella yang tertinggal sebelah sepatu kaca dan berakhir dinikahi oleh seorang pangeran. Ia adalah Livy, gadis yang sejak bayi dibesarkan di panti asuhan dan tidak mengetahui siapa orang tuanya, tiba-tiba diangkat derajatnya dengan cara dinikahi oleh Agam, putra dari salah satu donatur tetap di panti tempatnya selama dua puluh empat tahun ia jadikan rumah ternyaman.

Siapa yang menyangka kalau nasibnya akan berubah sangat drastis hanya karena dinikahi oleh anak orang kaya raya. Kehidupannya seperti upik abu yang tiba-tiba akan segera bersanding dengan seorang pangeran kaya raya dan rupawan.

Hilir mudik, dan lalu lalang dari pada tetangga yang ikut serta membantu acara pernikahan Livy dan Agam membuat gadis itu semakin tegang. Yah, atas permintaan bunda Asih pernikahan Livy dan Agam memang dilakukan di panti. Meskipun awalnya calon mertuanya ingin mengadakan pernikahan di gedung mewah, tetapi pada akhirnya mereka mengikuti usulan bunda Asih. Lagi, hal ini membuat Livy salut karena mereka mau menerima usulan dari pemilik panti sekaligus orang tua pengganti untuk Livy.

“Livy apa kamu sudah siap, Nak?” tanya Bunda Asih, yang mungkin beliau tahu kalau Livy saat ini sedang gugup, dan tegang.

Wanita yang sudah siap dengan kebaya pernikahan dan make up yang menambah kecantikannya, menatap bunda Asih, wanita paruh baya yang sudah merawatnya selama umurnya saat ini sudah dua puluh empat tahun. Beliau sudah Livy anggap seperti orang tua kandungnya sendiri. Apalagi hingga usianya sebesar ini ia belum juga pernah bertemu dengan orang tua kandungnya. Ah, jangankan bertemu, untuk sekedar tahu siapa orang tua kandungnya saja, seolah ia tidak diizinkan tahu oleh Semesta.

Livy menarik bibi tipisnya yang berwarna Fres salmon memberikan segurat senyum yang teduh. “Iya Bun, Livy deg-degan dan juga takut karena setelah menikah pasti Livy akan menjalani kehidupan yang sangat berbeda dengan di panti,” adunya, mungkin dengan ia bercerita pada bunda Asih, beban ketegangan dan ketakutannya berkurang.

Benar setelah menghabiskan hampir setengah jam obrolan, seolah wanita cantik itu telah menemukan kekuatan baru. Memang nasihat bunda Asih sangat bermanfaat untuk Livy yang butuh banyak dukungan. Berkat nasihat pemilik panti asuhan ‘Mutiara Kasih’ Livy kembali merasakan yakin untuk melangkah ke pernikahan beda kasta ini.

Namun, ada harapan yang ia langit kan sebelum acara dimulai yaitu semoga dirinya bisa meraih nikmat bahagia dengan pernikahan ini, dan tidak lupa Livy juga meminta agar Agam adalah jodoh terakhirnya dan juga beliau adalah pemimpin keluarga yang terbaik.

“Sah?”

“Sah!!” ucap para saksi pernikahan, setelah satu bulan dari pertunangan Livy dan juga Agam, dan satu minggu persiapan pernikahan dan dalam waktu satu bulan ini juga hubungan Livy dan keluarga calon suaminya semakin baik dan semakin dekat, terutama dengan mami Tari yang sangat baik dengannya. Hingga wanita itu pun kembali merasakan kasih sayang dengan dipertemukan arti orang tua dari papi Dirga dan juga mami Tari. Memang Livy selama ini meskipun tidak tahu orang tua kandungnya, tetapi bunda Asih mampu menjadi orang tua pengganti yang terbaik.

“Livy selamat datang, kamu sudah sah menjadi istri Agam dan itu tandanya kamu juga sudah sah menjadi anggota keluarga kita. Mami senang banget sampai nangis,” ucap Tari sembari tangan kanan yang memegang tisu mengusap air mata yang hampir terjatuh, dan membersit hidungnya. Livy pun yang tidak kuasa menahan kesedihannya langsung menghambur ke dalam pelukan wanita yang saat ini sudah resmi menjadi ibu mertuanya.

“Sama-sama Mami, Livy yang lebih bahagia karena bisa kenal dengan kalian,” jawabnya tidak kalah Livy pun jadi terbawa sedih dan menangis, dengan tersedu pilu.

Mungkin hanya Agam yang terlihat datar-datar saja ketika merayakan pernikahan mereka. Livy sih tidak masalah karena memang menurut ibu mertuanya sikap Agam memang seperti itu, dingin, dan datar. Sulit mengekspresikan perasaannya mau senang, sedih dia ekspresinya datar sekali. Satu bulan Livy sudah menjalani komunikasi lebih dekat dengan mertuanya membuat ia lebih banyak tahu sifat laki-laki yang saat ini sedang duduk di samping Livy dengan wajah datar.

Bukan hanya sifatnya yang Livy tahu, tetapi ia juga banyak tahu akan kebiasaan dan makanan kesukaan suami barunya. Ibu mertuanya yang memberitahukan semuanya.

Katanya biar Livy nggak kaget, terbukti seperti sekarang ini dirinya tidak kaget dengan sifat Agam yang menyerupai kulkas empat pintu.

Perlakuan keluarga Agam juga sangat baik dan tidak pernah membedakan Livy, meskipun jelas wanita itu dan mereka adalah dua nasib yang berbeda, bagai langit dan bumi. Mami Tari, ibu mertuanya adalah mertua dambaan setiap wanita, termasuk juga tentunya Livy. Meskipun perlakuan suaminya yang dingin seperti kulkas empat pintu, ia bisa memakluminya toh menurut ibu mertuanya memang sifat Agam seperti itu. Yang penting Agam masih menerima dirinya dengan baik, meskipun jarang terlibat obrolan, dan juga Livy sejujurnya sering merasa kecewa karena mendapatkan perlakuan dingin dari suami, tapi setidaknya masih bisa tertolong dengan kebaikan mertuanya. Setidaknya Livy masih bisa haha hihi dengan mami mertuanya hanya karena membahas hal simpel tentang drakor yang mereka gemari.

Namun, kebaikan ibu mertuanya ternyata tidaklah tulus. Satu minggu setelah pernikahan Livy dan Agam, ia merasakan ibu mertuanya berubah. Livy pun masih mencoba memperbaiki sikapnya, mungkin berubah ibu mertuanya karena ia yang terlalu ngelunjak terlalu enak hidup dilayani. Nyatanya meskipun Livy memperbaiki sikapnya dan wanita itu melakukan apa pun yang mertuanya minta, tetapi tidak juga merubah kembali sifat baiknya. Livy tetap seolah menjadi orang yang dibenci di rumah suaminya dan pelaku pembenci itu adalah ibu mertuanya.

Tari tetap berbicara ketus, ketika Livy tanya, dan seolah tidak suka ketika ia duduk dan bersantai sedangkan yang Livy lakukan adalah bagian dari istirahat karena seharian telah bekerja membantu pekerjaan bibi. Bayangannya kalau dirinya adalah orang yang paling beruntung ternyata itu salah, di dunia ini nyatanya tidak ada yang benar-benar baik kalau kita bukan dari golongan orang yang Rich.

Namun, setidaknya siksaan itu tidak berlangsung lama, hanya saat suaminya dan papi mertuanya kerja, dan di saat suami dan papi mertua sudah pulang, nyatanya Livy masih bisa bersantai bersama mereka, kembali menjadi wanita yang paling beruntung, karena telah menikah dengan orang kaya.

Livy bisa melihat dari kedua ekor mata, ibu mertuanya tidak suka kalau sang suami memperhatikan Livy. Entah cemburuan atau apalah, yang jelas nenek sihir itu seolah tengah mengumpat Livy, itu bisa Livy ketahui dari gerakan bibirnya yang seolah tengah mengumpat dirinya.

Livy pun hanya terkekeh dapat batinnya. "Kita tunggu saja mertuaku tercinta aku juga sebentar lagi akan mendapatkan kepercayaan papih Dirga, dan apabila waktu itu tiba maka akan aku katakan siapa kamu sebenernya."

...****************...

Selamat datang calon pembaca setia ini adalah novel event 'Ibu Mertua Kejam' Isi novel ini murni halusinasi, tidak diambil dari kisah siap pun dan tidak ada maksud membuat para ibu mertua di luar sana tersakiti, jadi bacanya bawa santai saja yah.

Mohon dukungannya Mudah-mudahan novel ini biasanya diterima baik oleh kalian semu. Kritik dan saran silahkan di tinggal kan di kolom komentar.

Terima kasih yang sudah mampir semoga novel ini bisa menghibur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!