Chapter 13

...🍁🍁🍁...

Semua orang nampak cemas menunggu kabar dari Dokter tentang kondisi Morata.

Siham nampak duduk di kursi sambil menundukkan kepalanya. Dia merasa sangat bersalah kepada ibunya. Seharusnya dia menunggu beberapa hari untuk memberitahu semua orang, nyatanya dia memberitahu keadaan perusahaan secara mendadak dan membuat ibunya syok berat dan jatuh pingsan.

Saga nampak datang dengan setengah berlari, dia menghampiri keluarganya dan langsung bertanya keadaan ibu mertuanya.

"Bagaimana keadaan mama pa?" Tanya Saga cepat setelah sampai disana.

"Belum tahu nak. Mama mu masih di rawat oleh Dokter." Jawab Pak Wandi kepada menantunya tersebut.

Pak wandi nampak cemas, Saga bisa melihat hak itu dari mata ayah mertuanya.

"Pa. Sebaiknya papa duduk saja. Lutut papa akan sakit jika berdiri terus disini" ujar Saga dengan penuh perhatian.

"Tapi..."

"Ayo Pa. Kita duduk bersama, mama akan baik-baik saja, jagan khawatir!" Sahut Saga yang sudah memotong perkataan ayah mertuanya.

Pak Wandi hanya bisa menurut, dia mengikuti langkah Saga yang menuntunnya ke kursi di dekat sana. Sementara itu, Angelia hanya memperhatikan Saga dan ayahnya yang kini sudah mulai duduk di kursi.

"Karena mengkhawatirkan mama, aku sampai lupa bahwa papa juga perlu di perhatikan. Terimakasih Saga, kamu pria yang baik. Bahkan, kamu juga mengkhawatirkan papaku" gumam Angelia di dalam hatinya seraya tersenyum tipis. Sejak hari itu, Angelia tak banyak bicara lagi. Dia tidak pernah menghina atau meremehkan Saga lagi. Yang dia lakukan, hanya diam saja. Walaupun dia masih bersikap acuh, setidaknya dia merubah sikap buruknya yang terus menghina suaminya. Kini dia lebih menghargai Saga walaupun diantara mereka masih tidak memiliki hubungan yang jelas.

Tak lama, Dokter pun keluar. Semua orang terlihat berdiri dan menghampiri Dokter itu.

"Bagaimana keadaan mama saya Dok?" Tanya Angelia cepat. Semua orang nampak menunggu jawaban dari sang Dokter.

"Jangan khawatir. Buk Morata hanya pingsan saja, dia hanya mengalami syok dan menyebabkan dia pingsan. Apa sebelumnya ada kabar buruk yang di sampaikan hingga dia jatuh pingsan?" Tanya Dokter.

Siham dan Angelia saling melemparkan tatapan dengan wajah ragu.

"Emm. Sebenarnya iya Dok. Memang ada kabar buruk yang mama saya dengar!" Jawab Siham kemudian.

"Baiklah. Seterusnya, perhatian setiap informasi yang akan disampaikan kepada ibu anda ya. Ini masih gejala awal, tapi di harapkan jangan berkelanjutan saja. Seperti yang saya katakan, beliau tidak bisa menerima kabar buruk, hal itu mempengaruhi sistem syaraf jantungnya. Diharap untuk lebih hati-hati lagi!" Jelas Dokter.

"Hari ini Buk Morata sudah boleh pulang dan tidak perlu di rawat. Ini sudah saya siapkan resep obatnya, tolong di tebus dan jangan lupa selesaikan berkas administrasinya!"

"Saya permisi dulu!" Ujar Dokter itu lagi berpamitan. Semua orang mulai bernafas lega dan pergi menemui Morata ke dalam ruangan.

Dirumah.

Semua orang nampak berkumpul dan membicarakan tentang masalah yang mereka hadapi saat ini.

Morata pun tak henti-hentinya menyalahkan Putranya atas semua ini.

"Jangan seperti kakakmu Angelia. Dia sudah tidak waras memberikan semua saham kepada orang yang tidak jelas darimana asal usulnya dan dimana usahanya." Cibir Morata menatap tajam ke arah Siham yang menunduk lesu. Sejak kemarin ibunya terus saja marah-marah dan menyalahkannya. Dia sampai tertekan menghadapi ibunya sendiri.

"Sudahlah ma. Siham sudah mengakui kesalahannya. Sekarang, kita pikirkan bagaimana cara kita mengembalikan keadaan perusahaan kita menjadi lebih baik!" Tegur Pak Wandi.

"Papa selalu saja begitu. Selalu membenarkan dan mendukung anakmu ini. Dari tadi dia hanya diam tanpa memberikan solusi atas masalah yang dia perbuat!" Jawab Morata sinis.

"Sudahlah. Sekarang pikirkanlah apa solusinya, jangan saling menyalahkan!" Sentak Pak Wandi yang sudah merasa pusing.

"Pa. Sebenarnya aku sehari yang lalu mendapatkan informasi kalau tiga hari kedepan ada seorang pengusaha besar yang akan datang ke kota kita. Katanya, mereka mencari pengusaha yang ingin di ajak kerja sama. Tapi, ini seperti sebuah kompetisi, karena mereka hanya menerima proyek kerja sama yang memiliki dedikasi tinggi. Dan tentunya harus menarik perhatian mereka. Kabarnya, pengusaha ini sangat kaya dan sangat sulit di ajak kerja sama. Tapi, Jika bekerja sama dengan mereka, dia akan memberikan berapapun yang kita mau. termasuk memberikan saham besar." Jelas Angelia.

Semua orang menatap Angelia dengan penuh harapan, "Kita harus memenangkan Tender ini sayang. Mama yakin, kamu pasti bisa memenangkan Tendernya" ujar Morata cepat yang nampak memiliki harapan besar kepada putrinya.

"Hanya kamu harapan mama satu-satunya. Pergilah dan persiapkan proposalnya. Mama yakin kamu pasti bisa!" Ujar Morata lagi mendukung anaknya.

"Ma. Tapi pemimpin perusahaan itu aku. Seharusnya aku yang pergi." Sanggah Siham tak terima.

"Diam kamu. Kamu sudah mengacaukan perusahaan. Jadi biarkan Angelia yang mengurus semuanya. Kamu hanya bisa membuat masalah saja" tudingnya dengan nada kasar.

Siham hanya bisa terdiam dengan wajah kesal. Kedua tangannya dilipat kedepan dada dengan wajah di tekuk.

"Nak! Kamu mau kan pergi demi perusahaan kita?" Angelia hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan ibunya. Morata pun tersenyum senang dan memeluk tubuh anaknya.

"Alah. Palingan juga kalah nanti!" Seloroh Siham dengan nada meremehkan.

Angelia menatap kakaknya, "Kak. Seharusnya kakak mendoakan aku agar tender kita bisa menang. Bukannya malah seperti ini!" Sahut Angelia kesal.

Disaat yang sama, Saga kembali kerumah namun sudah menemukan keributan disana. Dia melihat Angelia dan Siham bertengkar, sementara Morata dan Pak Wandi menenangkan keduanya.

"Ada apa ini?" Tanya Saga setelah sampai disana.

Keempat orang itu langsung terdiam dan menoleh ke sisi Saga. Mereka nampak menatap kesal, terkecuali Angelia dan pak Wandi.

"Ini dia pembawa sialnya. Sejak kedatangan kamu kesini. Rumah ini menjadi sial. Lihatlah, karena kesialan mu itu kami semua mendapatkan malapetaka!" Sentak Morata.

Angelia dan pak Wandi menatap Morata dengan wajah yang sulit diartikan.

"Ma. Ini bukan salah Saga. Ini salah kakak!" Bela Angelia.

"Semua ini kesialan Saga. Selama dia tidak ada, tidak ada masalah di keluarga kita!" Sahut Siham membenarkan ibunya.

Saga hanya tersenyum tipis mendengar tudingan itu. Seolah semuanya tidak bearti lagi.

.

.

.

Bersambung.

Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️

Terpopuler

Comments

Mauludin Alman pebrian

Mauludin Alman pebrian

menurut saya cerita bab nya pendek2 kaga seru

2023-07-27

0

budiman_tulungagung

budiman_tulungagung

semakin jelas alur ceritanya... verita ini 1000% plagiat... karene cerita ini udah ada di aolikasi ini... cuma beda nama2 tokoh...

2023-05-03

1

DediKarismatikCharlieWade84

DediKarismatikCharlieWade84

Anak mu yg membuat salah juga melakukan kesalahan ,Anak mu itu yg bersalah ,,bkn nya Saga ,, Dasar Nyi Rompang ..

2023-04-25

7

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!