...☘️☘️☘️...
Setelah melihat Angelia di kantor bersama laki-laki lain, Saga merasa hatinya begitu sakit. Rasanya, ini sangat menyakitkan hingga dia tidak bisa menahan air matanya.
Selama ini, dia tidak apa di perlakukan tidak adil oleh keluarga istrinya, tapi melihat Istrinya disentuh laki-laki lain, rasanya seperti pisau tajam yang menusuk jantungnya dan siap membunuh tubuhnya.
Disudut taman. Saga duduk di kursi. Tatapannya begitu sayu, Dia melihat anak-anak kecil bermain bersama orang tuanya. Mereka tertawa dan sangat bahagia, bahkan tidak terlihat sedikitpun beban di dalam pikiran mereka.
Mereka bahkan tidak mengerti kenapa mereka selalu tertawa tanpa henti, baginya, hal sesederhana apapun akan membuat mereka bahagia. Setelah dewasa, banyak orang tidak mengenali diri sendiri. Berpura-pura tertawa walaupun hati sedang sedih. Berpura-pura kuat, walaupun sebenarnya sedang rapuh. Banyak hal yang sengaja di sembunyikan dari semua orang, agar semuanya berjalan dengan normal. Ya. Begitulah yang Saga rasakan saat ini. Tidak ada tempat untuknya mengadu.
Dia anak laki-laki yang dibesarkan dari keluarga yang sederhana. Apa yang akan dia harapkan dari kedua orang tuanya? Bahkan, harta yang tak seberapa itu, tidak akan membuat ibu mertua serta keluarga Istrinya akan merasa cukup.
Sebagai menantu pria, harta dan martabatnya selalu di pertanyakan di khalayak ramai. Seolah cinta yang dia rasakan menjadi sebuah kesalahan. Ketika seorang menantu pria datang dengan membawa cinta dan raganya, mertua bersikap seolah putrinya akan menderita jika hanya mengharapkan cinta darinya. Menerima menantu miskin, seolah itu sebuah petaka yang harus di hindari, maka banyak orang yang memutuskan cinta hanya karena kekurangan harta.
"Apa yang aku pikirkan? Seharusnya aku tidak seperti ini." Saga mengusap kedua pipinya dan berusaha untuk menguatkan dirinya.
"Sebaiknya aku menemui ibu dan ayah. Sudah seminggu aku tidak berkunjung kerumahnya. Hatiku akan merasa tenang setelah melihat wajah mereka."
Setelah mengatakan itu, Saga pun beranjak dari duduknya dan melangkah pergi dari tempatnya.
Memikirkan masalah yang terjadi di rumah dan di kantor istrinya, membuat Saga merasa sesak. Dan dia membutuhkan sandaran untuk menenangkan diri dan pikirannya. Ya. Dialah ibu dan ayahnya.
Sebelum pergi, Dia membelikan dua porsi bakso kesukaan Ayah dan ibunya. Tidak lupa juga dia membeli martabak telur untuk ibunya. Martabak telur adalah makanan kesukaan ibunya, setiap datang berkunjung, Saga selalu menyempatkan diri untuk membeli makanan untuk kedua orang tuanya sebagai bingkisan disaat dia berkunjung kerumahnya.
Saga terlihat berjalan dengan penuh semangat seraya menenteng kantong kresek hitam yang berisikan bakso dan juga Martabak kesukaannya kedua orang tuanya.
"Ibu pasti sangat menyukai bakso ini. Kali ini aku membawakan bakso yang paling besar untuknya!" Ujar Saga senang, sambil berjalan menuju rumah ayahnya.
"Ibu! Ayah! Aku datang!" Teriak Saga setelah sampai di ambang pintu dengan senyuman yang belum lepas dari wajahnya.
Sesaat Saga mematung ditempatnya. Kedua matanya melebar tanda terkejut. Tangannya seketika melemas dan tanpa dia sadari, plastik makanan yang ia bawa terlepas begitu saja bersamaan dengan suara teriakannya yang menggema disana.
"Ayah..... "
"Ibu......"
Suara tangisnya pun terdengar mengiringi, bersamaan dengan langkahnya yang kini sudah berlari menuju Ibu dan Ayahnya yang sudah tergeletak di Lantai dengan bersimbah darah.
Jangan tanya bagaimana kondisi rumahnya? Rumah kedua orang tuanya sangat berantakan dan barang-barang sudah berhamburan dimana-mana seperti baru terjadi sebuah perkelahian.
"Ayah! Ibu ada apa ini? Siapa yang telah melukai kalian? Ayah. Ibu. Tolong jangan tinggalkan aku sendirian disini. Jangan pergi ayah. Jangan pergi ibu. Dengarkan aku. Kalian tidak boleh meninggalkan aku seperti ini. Jangan!" Teriak Saga frustasi dan diiringi suara tangisnya yang sudah tak tertahan.
Dia sangat bersemangat mengunjungi kedua orang tuanya, namun apa yang dia lihat sekarang? Seolah dunianya terasa terhenti dan juga hancur begitu saja melihat kondisi kedua orang tuanya.
"Ayah. Ibu. Aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku mohon! Aku mohon ibu. Jangan tinggalkan aku. Hik" Saga terus menangis memegangi kedua tangan kedua orang tuanya sambil bersimpuh disana. Bahkan raga dan jiwanya sudah tak berdaya melihat kedua orang tuanya seperti ini.
Saga sudah tak berdaya lagi. Hidupnya sudah begitu menderita, bahkan orang yang menjadi penyemangat hidupnya pun sudah di ambil dengan paksa darinya. Dia menangis sensegukan meratapi nasib hidupnya. Tangisnya pun terdengar begitu memilukan dan penuh duka.
"Ibu. Ayah. Hik!" Suara tangis Saga yang terdengar lirih dan juga menyedihkan.
Beberapa saat kemudian, Dia termenung, kedua matanya nampak kosong dan wajahnya sangat pucat. Kejadian ini begitu mengguncang jiwanya. Tak bisa dia berpikir dengan waras, rasanya dia ingin mati saja.
"Akhhhhhhhhhhh!" Teriak Saga frustasi dan hendak meraih pisau dan siap menancapkan pisau itu ke tubuhnya.
Namun. Tiba-tiba pandangannya berubah. Kedua matanya tertuju kepada satu arah dengan tangan yang masih bertahan pada tempatnya yang hendak dia tusuk ke dalam raganya.
(Y.A)
Sebuah kertas yang entah punya siapa, tapi itu seperti sebuah petunjuk untuknya. Sebab, kertas itu ada di tangan ayahnya dan ditulis dengan tulisan milik ayahnya. Saga sangat mengenal tulisan ayahnya, karena itu dia langsung mengenali tulisan itu.
"Y.A?" Gumamnya penuh tanya.
"Ayah. Siapa Y.A ayah? Tolong katakan kepadaku ayah!" Lirih Saga histeris yang kini sudah kembali menghampiri tubuh ayahnya yang sudah tak bernyawa. Rasanya sangat sakit melihat kedua orang tua seperti ini. Saga tidak bisa menerima semua ini. Tatapannya, sudut matanya, rahangnya, kini sudah berubah menyeramkan.
"Mungkinkah ini petunjuk dari ayah?" Gumamnya menduga.
Melihat semua ini. Dia yakin, bahwa ini bukanlah kasus pencurian atau apapun, tapi ini kasus pembunuhan berantai. Keadaan kedua orang tuanya sudah tak tergambarkan lagi, karena ini terlihat sangat mengerikan dari bayangan semua orang.
"Siapa pun kamu, aku akan datang menjemput maut mu!" Ujar Saga dengan suara tertahan dan tubuhnya bergetar menahan amarah.
\\
\\
Di pemakaman. Semua orang nampak sedang menengadah tangan disaat seorang ustadz membacakan doa.
"Amin" Ucap semua orang serempak, menyudahi doa yang diucapkan oleh ustad tersebut.
Setelah sesaat berlalu, semua orang nampak sudah meninggalkan pemakaman, terkecuali Saga. Dia sendirian di makam ayah dan ibunya, sambil menahan tangis yang tak tertahankan. Kedua matanya memerah dan tatapan begitu sayu serta suaranya serak karena menangis sepanjang hari.
"Maafkan aku ibu. Maafkan aku ayah. Semoga kalian berdua bahagia di alam sana. Maafkan anakmu ini yang telah banyak menyusahkan kalian semasa hidup." Lirih Saga sedih. Dia memegang kedua lututnya yang bergetar dan hendak berdiri. Sekuat tenaga dia menguatkan diri, walaupun tangisnya terasa tak mampu berhenti.
"Saga!"
Saga berbalik badan ketika namanya di panggil seseorang, wajahnya seketika mengkerut bebas dan heran.
"Kamu siapa?" Tanya Saga bingung yang memang tidak mengenali pemuda yang terlihat jauh lebih tua lima tahun darinya itu.
"Saga Amripradiga. Itu nama tuan bukan?" Tanya pemuda itu lagi.
"Iya. Itu nama saya. Anda siapa? Bagaimana bisa ada mengetahui nama saya? Apa kita pernah bertemu?" Tanya Saga yang masih menatapnya bingung.
"Tidak tuan. Saya sekertaris Arya. Saya adalah orang kepercayaan ayahmu, yang nantinya akan menjaga tuan dan mendampingi tuan." Jawab Sekertaris Arya tegas sembari menjabat tangan Saga untuk berkenalan.
Saga nampak diam, "Menjaga saya?" Tanya Saga mengulangi. wajahnya memindai penampilan Sekertaris Arya yang terlihat sangat keren. Kemeja putih yang di padu dengan jas hitam mahal yang terlihat halus dan tanpa noda. Penampilan sekeren ini, tentu saja Saga sedikit bingung, antara percaya dan juga tidak percaya. Sebab, kedua orang tuanya tidak pernah mengatakan bahwa mereka memiliki seseorang yang akan menjaga dirinya dikemudian hari.
Seketika, wajahnya nampak mengkerut memikirkan semua itu.
"Tuan. Maaf jika kedatangan saya membuat tuan terkejut. Sebagai perintah tuan Bima, saya ingin memberikan ini!" Jelas sekertaris Arya kembali.
"Ini adalah Black Card milik tuan Bima. Beliau berpesan untuk memberikannya kepada anda tuan. Sebelum meninggal, tuan Bima sempat menghubungi saya. Saya juga tidak menduga bahwa itu adalah obrolan terakhir kami. Ini Black Card milik tuan."
"Tuan bebas menggunakannya. Di dalam Black Card ini, ada banyak uang yang tidak akan habis. Ini Kartu Hitam Unlimited yang bisa tuan gunakan sesuka hati tuan. Satu lagi, jangan sampai hilang, kartu ini adalah milik seorang pewaris kerajaan Bisnis di keluarga Wellson. Jadi jangan sampai hilang atau jatuh ke tangan orang lain. Sebagai pewaris, tuan berhak mengunakannya. Tuan lah pewaris dari semua kekayaan ini" Lanjut Arya.
Saga nampak terkejut, "Apa? Pewaris? Jadi maksudnya saya adalah orang kaya?" Tanya Saga syok sekaligus terkejut.
Orang terkaya di dunia? Pewaris tunggal? Rasanya ini seperti mimpi. Bagaimana mungkin, dia yang miskin dan terhina bisa memiliki semua itu dalam waktu sekejap?. Dia masih diam, mencoba mencerna apa yang diucapkan oleh Arya, namun kepalanya sudah buntu dan tidak bisa berpikir dengan waras. Namun, mengetahui Arya juga mengetahui nama kedua orang tuanya, membuat Saga semakin penasaran tentang jati diri kedua orang tuanya. Mengenai pembunuhan itu, dia juga merasa curiga. Apa benar, ayahnya adalah seorang pewaris kerajaan Bisnis terkaya di dunia? Lalu kenapa selama ini ayahnya hidup di gubuk tua dan penuh kekurangan?
"Benar tuan. Tuan adalah pewaris kerajaan Bisnis ini." Jawab Arya.
"Untuk itu, saya ingin mengajak tuan untuk kembali dan memegang kendali perusahaan!" Lanjutnya lagi.
"Tunggu dulu. Jadi sebenarnya, ayah saya adalah pemilik kerajaan Bisnis terbesar di dunia. Dan kartu ini adalah tanda pengenal bahwa saya adalah pewarisnya? Begitu?" Tanya Saga memastikan.
"Benar tuan. Jika tuan tidak keberatan, saya akan memperkenalkan perusahaan kepada tuan. Ini kartu nama saya, tuan bisa menelpon kapan saja. Saya akan datang segera menemui tuan!" Jawab Arya.
Saga masih tak percaya ini. Dia menampar pipinya dua kali dan mencubit tangannya.
"Awwwwwwww" ringisnya kesakitan.
"Ini bukan mimpi?" Gumamnya terkejut.
"Bukan tuan. Ini adalah kenyataan. Apakah tuan akan bergabung untuk mengelola perusahaan milik tuan Bima?" Tanya Arya.
Saga masih diam tak menjawab, dia menatap Arya dan beralih ke kartu Black Card tersebut. Sesaat dia kembali menoleh ke makam kedua orang tuanya.
Saga merasa bingung. Kematian yang tak diharapkan, dan kekayaan yang begitu mendadak dia dapatkan, sangat membuat dia bingung.
Saga tiba-tiba Mendadak Kaya oleh warisan keluarga yang tidak ia ketahui sebelumnya.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
saka
semakin menarik saja.
saga pasti akan menjadi orang kaya setelah ini. semngat saga jangan menyerah dan temukan pembunuh kedua orang tua mu
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
semngat thor
2023-05-07
3
budiman_tulungagung
wkwkwk... kayaknya udah banyak novel yg ceritanya sama... cuma beda nama orangnya.... malah yg duluan udah hampir 500 lebih episode.... ini malah masih bersambung... trus arah ceritanya sama juga... wkwkwk...
2023-05-03
1
Devinta ApriL
heem siapa Saga ini sebenarnya.. dan Y.A?? siapa dia??
apakah Y.A ada hubungannya dengan berubahnya Saga kelak nanti..
2023-03-20
7