...🍂🍂🍂...
Bukannya meringankan suasana menjadi lebih damai, ibu mertuanya selalu saja memperburuk keadaan dan mencari-cari kesalahan Saga.
Sesaat yang lalu, Saga terlihat tidak fokus setelah mendengar perkataan ibu mertuanya yang mengatakan bahwa mereka sudah menyiapkan calon menantu baru dan suami yang cocok untuk Angelia. Perkataan itu benar-benar mengganggunya, hingga dia tidak sengaja memecahkan piring di dapur.
Suara benturan antara piring dan lantai, sontak mengangetkan semua orang.
Morata adalah orang pertama yang datang setelah mendengar sesuatu yang jatuh di lantai. Lalu di susul oleh ayah mertuanya dibelakang.
Lalu kemudian, terdengar suara teriakan ibu mertuanya karena marah, "Saga! Apa kamu tidak bisa bekerja dengan benar? Apa kamu bisanya hanya memecahkan piring dan menghancurkan barang? Ahhhhh, kamu benar-benar membuat aku naik darah"
Saga mendekat mencoba menjelaskan, "Ma. Aku tidak sengaja...."
"Cukup!" Bentak Morata yang memotong perkataan Saga.
"Kamu selalu beralasan tidak sengaja melakukan kesalahan. Lihat! Untuk membayar piring ini saja tidak akan cukup jika hanya bekerja tujuh hari. Kamu mau kelaparan dan tidak dikasih makan selama itu? Dasar menantu bodoh dan tidak tau diri. Enyah saja kamu dari sini dari pada membuat masalah!" Ucap Morata lagi murka.
"Ma....." Pak Wandi hendak mendekat, tapi Morata segera mengangkat sebelah tangannya sebagai tanda berhenti.
Pak Wandi menatap istrinya dengan wajah yang terkejut.
"Jangan kamu bela dia lagi Pa! Semenjak papa membela dia, dia menjadi besar kepala. Dia pikir siapa dia yang berani memecahkan barang-barang ku?" Sanggah Morata dengan nada tinggi.
"Ma. Saga sudah bilang dia tidak sengaja. Mama jangan marah, kita bisa membeli piring yang lebih bagus dari ini!" Jawab Pak Wandi.
Morata seketika menoleh kepada suaminya dengan sorot mata tajamnya, "Kita bisa membelinya, tapi dia tidak akan pernah bisa membeli atau mengganti apapun dirumah ini. Jadi, dia harus sadar diri apa posisi dia dirumah ini!" Kecam Morata dengan nada menekan.
"Ma. Saga akan mengganti piring ini. Saga berjanji!" Jawab Saga kemudian.
"Cih. Kamu pikir aku percaya?" Ujar Morata meremehkan.
"Satu piring ini harganya lima ratus ribu. Karena kamu ingin menggantinya, jadi aku minta kamu ganti lima kali lipat dari ini. Bisa?" Lanjutnya bertanya.
Saga sempat diam sesaat, membuat Morata semakin tertawa mengejek, "Aku yakin kamu tidak akan mampu Saga!" Tuduh Morata menyeringai.
"Saga akan menggantinya Ma. Sesuai dengan permintaan Mama, mama tenang saja!" Jawab Saga.
"Ma. Kamu...."Pak Wandi nampak tak setuju, namun Morata kembali mengangkat sebelah tangannya, dan dia langsung menyeringai licik kearah Saga.
"Baik. Jika kamu tidak bisa membawanya sore ini, maka kamu harus pergi dan tinggalkan anak saya!" Perintah Morata lagi. Dia berpikir, Saga akan gagal kali ini, dengan begitu dia bisa menyingkirkan Saga dari rumahnya. Memikirkan itu, membuat Morata tersenyum miring.
"Baik. Saga akan membawanya nanti sore!" Jawabnya menyetujui.
"Cih. Sok belagu punya duit. Awas saja jika kamu tidak membawa piring yang saya minta. Siap-siap kamu saya tendang dari rumah ini!" Kecam Morata memperingati.
"Jangan lupa, sebelum kamu pergi, bersihkan sisa kaca piring itu!" Lanjut Morata memerintah, lalu dia pun pergi dengan membawa rasa senangnya.
Saga pun beranjak dari sana untuk membersihkan sisa kaca yang pecah. Sementara, pak Wandi nampak mematung dengan tatapan kasihan.
"Saga. Jika kamu tidak bisa membelinya, sebaiknya jangan. Papa tau kamu tidak sengaja memecahkannya!" Ujar Pak Wandi setelah berada di dekat Saga.
Saga tersenyum tipis, "Tidak Pa. Saga akan berusaha untuk membuat mama senang. Papa tenang saja. Saga bisa mengatasi ini" Jawab Saga tersenyum.
Pak Wandi hanya bisa menghela nafas panjang, "Baiklah. Jika itu mau mu, papa tidak akan mencegahnya." Jawab Pak Wandi. Lalu kemudian dia pun melangkah pergi setelah mendapatkan senyuman dari menantunya tersebut.
Setelah kepergian papa mertuanya, Saga menatap kepergian mereka dengan raut wajah dingin. Rasanya dia sudah tidak tahan lagi menerima hinaan ini. Ingin sekali rasanya dia membungkam mulut semua orang yang ada disini. Yang ada di dalam pikiran semua orang, hanya tentang harta, tahta dan martabat seseorang.
"Aku harus menelpon Arya!" Gumamnya, setelah sesaat dia terdiam di tempatnya.
Siang itu. Usai menelpon Arya, Saga pun pergi dari rumah untuk menemui Arya.
Saga belum mengatakan niatnya menemui Arya, tapi kedatangannya kali ini adalah untuk menerima tawaran dan pergi ke kantor yang katanya adalah miliknya. Sebelum menerima tawaran itu, Saga memang meminta untuk mengenal lebih dulu perusahaan ayahnya. Dia berpikir, dia harus memahami bisnis ini lebih dulu sebelum akhirnya dia menjalankan perusahaan itu. Sebab, dia tidak akan menerimanya jika dia tidak mampu mengelola semuanya.
Disisi lain. Saga juga ingin mencari kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Dia ingin tahu, kenapa seseorang ingin membunuh kedua orang tuanya dengan sangat sadis, sebab dia tidak pernah mendengar bahwa ada seseorang yang tidak menyukai ayahnya. Karena ayahnya selalu bersikap santun dan tidak pernah menjelekkan siapapun selama ini. Jadi wajar-wajar saja jika Saga merasakan bahwa pembunuhan ini tidak wajar. Dia pun merasakan bahwa kematian kedua orang tuanya berkaitan dengan perusahaan milik ayahnya.
Sebelum terjadi pembunuhan pun, Arya mengatakan bahwa Ayahnya sempat menelepon untuk memberikan Black Card milik ayah kepadanya, dan mengalihkan ahli waris menjadi nama Saga. Hal itu pun memicu kecurigaan Saga semakin bertambah. Ayahnya bersikap seolah sudah mengetahui bahwa kematiannya memang sudah semakin dekat. Sebab itulah, ayahnya lebih dulu bertindak sebelum semuanya terlambat.
Saga pun mengira bahwa pembunuhan ini memang sudah di rencanakan sejak awal oleh seseorang, karena polisi yang memeriksa tempat kejadian pun tidak menemukan petunjuk apapun disana. Seolah semuanya terlihat bersih dan hanya terlihat seperti sebuah perampokan saja.
Beruntung, sebelum terjadi pembunuhan ini, ayah Saga sudah menyadari itu, dan dia segera mengalihkan nama ahli waris kepada anaknya. Walaupun pada akhirnya mereka terbunuh, namun dia bisa menyelamatkan ahli warisan perusahaannya, hingga tidak akan didapatkan oleh siapapun Selain anaknya sendiri.
"Aku bisa mengubah takdirku setelah ini. Dengan kartu ini, semua masalah ku akan aku atasi. Tidak akan ada lagi yang akan berani menghinaku, apalagi menjatuhkan harga diriku lagi. Akan aku buktikan kepada mertua dan juga istriku, bahwa aku bukanlah Saga yang bisa mereka hina lagi semua hatinya!" Lirih Saga senang. Setelah memikirkan keputusannya, Saga pun bergegas pergi.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️ Dukungan kalian sangat bearti untuk aku. Happy Reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
fransiskus hutabarat
walah masih lanjut jg bertele2
2023-09-22
0
Sak. Lim
iya uba takdir nya,tpi jgn di sembunyiin indentitas nya.
2023-05-20
0
budiman_tulungagung
wkwkwk jangan2 setelah episode ini sitokoh membantu perusahaan istrinya secara diam2... kayak yg sudah2... bikin cerita karya sendiri napa bos... ga usah ikutin cerita orang laen...
2023-05-03
1