Menantu Super Kaya
...🌲🌲🌲...
Datang sebagai menantu pria di keluarga istri, Pasti itu tidak akan mudah. Apalagi, ketika kita hanya seorang menantu yang hanya di pandang sebelah mata.
Ketika harta, tahta dan kekayaan yang menjadi penentu layak atau tidak layaknya seorang pria, maka, derajat seorang pria akan jatuh ditangan semua orang yang memuja sebuah kekayaan.
Ya, dialah Menantu yang ketika ada acara keluarga, kehadirannya tidak terlalu dipedulikan. Dia Menantu yang usaha dan kerja kerasnya tidak pernah di hargai oleh keluarganya. Dia menantu yang dikucilkan sebab dia miskin dan tidak memiliki kekayaan.
Begitulah yang terjadi kepada pria malang ini.
Saga Amripradiga. Seorang pemuda sederhana dan miskin yang selalu mendapatkan ketidakadilan di dalam hidupnya.
Ya, dialah menantu yang datang menikahi seorang wanita dari keluarga yang kaya raya, yang setiap harinya selalu diperlakukan seperti sampah yang tidak berguna.
**
**
"Ini salahmu Angelia. Jika saja kamu tidak menerima perjodohan kakek mu itu, pria tidak berguna seperti Saga tidak akan ada di dalam hidup kita" Tuding Morata, ibu mertua Saga yang sedang berbicara bersama Angelia, Anaknya.
"Aku harus bagaimana Mam. Mama tahu sendiri, aku tidak bisa menentang keputusan kakek. Bahkan kakek tidak memberikan pilihan apapun kepadaku." Jawab Angelia.
"Dia pengangguran Angelia. Kamu harus pikirkan itu. Bagaimana dengan masa depan mu? Dia hanya menjadi beban di keluarga kita sayang. Kamu tidak bisa selamanya terjebak oleh pernikahan ini. Pokoknya mama tidak mau tahu. Kamu harus bercerai dengan Saga! Titik." Ucap Morata lagi.
"Jika saja aku bisa, aku juga tidak akan mau menikahi pria tidak berguna itu ma." Jawab Angelia dengan nada kesal.
"Apa yang kakek mu pikirkan? Bagaimana bisa dia menikahkan anakku bersama pria miskin itu? Jangankan untuk memberi nafkah, untuk melepaskan makan dia sendiri pun, dia tidak bisa. Kakek macam apa dia? Hah, rasanya aku ingin sekali meneriakinya. Selama dua tahun ini, menantu tidak tau diri itu hanya berdiam diri dirumah." Ujar Morata yang juga merasa kesal.
"Ceraikan saja dia Angelia. Mama sudah tidak tahan memiliki menantu seperti dia." Lanjut Morata.
"Jika aku bisa, sudah lama aku melakukannya Ma. Kakek akan marah besar kepada kita jika tau aku melakukan itu. Aku juga menyesal menerima pernikahan ini. Aku tidak akan sanggup melihat wajahnya setiap hari!" Jawab Angelia.
Sementara itu. Saga mendengarkan dari balik pintu dengan perasaan hancur. Apalagi, ketika istrinya juga ikut menghinanya dan menyesal menerima pernikahan yang di atur oleh kakeknya itu. Matanya nampak berkaca-kaca. Dia tidak apa jika dihina oleh mertua dan kakak iparnya, namun Saga tidak akan tahan jika dihina oleh istri sendiri.
"Sudahlah ma. Aku harus pergi, ada pekerjaan di kantor" pamit Angelia. Lalu mengambil berkas-berkas di atas meja kerjanya.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Angelia dengan sorot mata tajam. Ketika melihat Saga di ambang pintu.
Saga nampak terkesiap, wajahnya cemas, "Angelia. A-ku... Aku ingin memberikan air teh ini!" Jawab Saga dengan memberikan nampan berisikan segelas air di atasnya.
Angelia menatap dingin ke arah Saga, "Buang saja! Aku tidak ingin air dari mu!" Jawab Angelia sinis, lalu pergi meninggalkan suaminya yang masih mematung di depan pintu.
Sementara itu, Morata keluar dari ruangan dan ketika melihat wajah Saga, wajahnya berubah masam dan sangat kesal.
"Heh menantu tidak tau diri. Apa pekerjaan mu hanya menyiapkan air minum saja? Cepat siapkan makan malam. Oh ya, jangan menunggu anakku. Dia sedang ada pekerjaan di luar kota. Jadi dia tidak pulang malam ini." Ujar Morata.
"Heh! Kamu tuli ya? Cepat sana pergi!" Bentak Morata kesal, ketika Saga hanya terlihat mematung ditempatnya.
"Ba-Ba-Baik ma!" Saga sampai terlonjak kaget, dan segera pergi meninggalkan ibu mertuanya.
Di jalan menuju dapur, Saga berjalan dengan tatapan kosong. Dia terlihat cemas dan memikirkan sesuatu.
"Menyesal? Dia menyesal menikahi aku. Seharusnya aku tahu diri. Kenapa aku begitu naif? Aku pikir cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Tapi, semakin hari, Angelia semakin membenciku!" Gumam Saga dengan hati yang hancur.
Sudah dua tahun mereka menikah, namun tidak sekalipun Angelia menganggap Saga sebagai suaminya. Sialnya, Saga malah terjebak oleh cintanya kepada Angelia. Sejak pertamakali bertemu, Saga langsung jatuh cinta, dan karena cintanya itulah Saga masih bertahan sampai detik ini. Berharap, cintanya akan mendapatkan balasan dari Angelia, istrinya.
Bugh!
Saga terkejut. Wajahnya seketika panik ketika dia tidak sengaja menabrak seseorang. Teh panas yang dia bawa pun tidak sengaja menumpahi baju Siham, kakak iparnya.
"SAGA!" Teriak Siham yang terdengar menggema di seluruh ruangan.
"Berani sekali kau menumpahkan teh itu ke bajuku?" Bentaknya sekali lagi.
"Maafkan aku kak. Aku tidak sengaja. Aku benar-benar minta maaf!" Mohon Saga panik seraya mengelap baju Siham menggunakan tisu.
"Menjauh dariku pria sialan!" Siham mendorong tubuh Saga dengan kasar. Saga sampai terduduk kelantai dengan wajah bersalah yang masih terlihat diwajahnya.
"Oh astaga. Kenapa pria ini selalu saja membuat ulah dirumah ini. Apa kamu tidak punya mata? Bajuku ini sangat mahal. Bahkan, jika aku menjual harga dirimu itu, tidak akan bisa membayar baju mahal ku ini." Siham sampai mendecah kesal.
"Maafkan aku kak. Aku tidak sengaja. Maafkan aku!" Mohon Saga kembali, berharap kakak iparnya tersebut mau mengindahkan permintaannya.
"Ada apa ini?" Morata tiba-tiba datang dan langsung bertanya. Keningnya seketika mengkerut ketika melihat Saga yang terduduk ke lantai.
"Lihat apa yang dilakukan pria ini ma! Bajuku basah dan rusak karena dia." Jawab Siham dengan nada kesal.
"Aku tidak sengaja ma. Aku benar-benar tidak sengaja!" Sambung Saga membela diri.
"Diam kamu Saga!" Bentak Morata marah.
"Sejak kamu datang kerumah ini, kesialan selalu saja datang. Cepat pergi dari sini!" Ucap Morata yang masih dengan nada tinggi.
Saga hanya bisa diam tak bersuara. Dengan membawa kesedihannya, Dia beranjak dari tempatnya dan hendak pergi.
"Jangan lupa bersihkan serpihan kaca gelas ini sebelum kamu pergi dari sini!" Terdengar Morata kembali memerintah.
Saga berbalik, "Baik Ma!" Jawabnya. Lalu kembali berjongkok mengambil serpihan kaca di lantai.
Sementara itu. Morata membawa anaknya untuk pergi dari sana meninggalkan Saga.
Malam itu. Usai menyiapkan makan malam. Dimeja makan, semua orang terlihat sedang menyantap makanan dan menikmati makan malam bersama.
Sementara, Saga dibiarkan berdiri di tepi meja makan. Menyaksikan semua orang yang sedang duduk manis sambil menyantap hidangan yang tersaji.
Kriukkkkkkk!
"ah lapar sekali!" lirih Saga di dalam hatinya.
Entah, Sudah berapa kali perut Saga berdentum hebat, namun suara itu seakan tidak mau berhenti begitu saja. Sebab, cacing-cacing diperutnya sudah meronta meminta jatah makannya.
Saga hanya bisa memperhatikan semua orang sambil mengusap perutnya yang lapar. Lalu meneguk salivanya melihat makanan di atas meja yang terlihat mengiurkan.
"Ma! Biarkan dia makan! Kasihan Saga. Dia tidak makan sejak siang!" Ujar Wandi, ayah mertua Saga dan suami Morata.
"Biarkan saja Pa. Menantu mu ini sudah bodoh tapi juga tidak tahu diri. Sudah menumpang disini, tapi masih saja membuat kesalahan." Ketus Morata.
"Ini hukuman untuk mu Saga, karena telah berani memecahkan gelas ku. Aku tahu kamu tidak akan bisa menggantinya, jadi akan aku ambil jatah makan mu malam ini." Ujar Morata dengan tampang tak berdosa.
Harap-harap ingin makan malam bersama, Saga harus menahan laparnya malam ini karena kesalahannya yang sudah memecahkan gelas tadi siang. Ya, begitulah dirinya. Setiap kali dia melakukan kesalahan. Mertuanya selalu saja menghukumnya dengan tidak memberikan makanan untuknya.
"Nyonya. Tuan Alsen datang!" Ucap seorang pengawal yang datang melapor.
Morata terkejut oleh kedatangan ayah mertuanya tersebut.
"Saga. Cepat duduk! Bersikaplah biasa. Jika saja kamu berani mengadu kepada ayah mertuaku, kamu tahu sendiri akibatnya!" Ancam Morata. Sementara itu, Pak Wandi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap istrinya.
Tidak lama. Kakek pun masuk. Semua orang terlihat tersenyum ke arah kakek Alsen.
"Pa! Tumben kerumah malam-malam begini?" Tanya Morata dengan tampang manisnya.
"Dimana Saga?" Tanpa menjawab pertanyaan menantunya tersebut, kakek Alsen malah balik bertanya.
"Saga sedang makan malam pa. Ayo duduk dulu! Pelayan! Buatkan teh manisnya ya!"
Kakek Alsen duduk di kursi, tidak lama Saga pun keluar menemui kakek.
Pelayan pun ikut keluar dari dapur dan memberikan teh kepada kakek dan Morata diruang keluarga.
"Kakek!" Saga menunduk seraya mencium punggung tangan kakek dengan hormat.
"Bagaimana kabarmu nak? Apa kamu bahagia disini? Bagaimana keadaan Angelia? Apa dia belum hamil-hamil juga?" Tanya kakek beruntun.
Uhuk uhuk.
Morata terkejut. Dia sampai terbatuk-batuk mendengar perkataan ayah mertuanya barusan.
"Kenapa kau terkejut?" Tanya kakek kepada Morata dengan nada kesal.
"Ayah. Aku tidak terkejut. Aku hanya tidak sengaja meminum airnya terlalu banyak." Jawab Morata berbohong. Didalam hatinya dia mengumpat kakek dengan sangat kesal.
"Dasar kakek tua. Sudah peyot masih saja mengurusi hidup orang lain. Bagaimana pun, aku tidak sudi memiliki cucu dari menantu sampah itu!" Batin Morata kesal.
"Saga. Apa semua orang menyulitkan mu disini?" Tanya kakek kepada Saga.
"Bagaimana mungkin. Saga adalah menantu kesayangan kami. Iya kan Saga?" Tanya Morata cepat dengan suara yang manis.
"Iya kek. Kami menerima Saga di rumah ini. Saga juga senang berada disini!" Sanggah Siham yang baru datang. Dia duduk didekat kakeknya sambil memeluk tubuh kakeknya. Sementara Pak Wandi, dia lebih memilih untuk pergi ke kamarnya, sebab dia tidak bisa berbohong kepada ayahnya.
"Benar begitu Saga?" Tanya Kakek, menunggu jawaban dengan penuh tuntutan.
Saga tersenyum kikuk, "Iya kek. Mama, Papa dan semuanya menerima Saga dengan baik. Kakek jangan khawatir!" Jawab Saga berbohong.
"Baiklah. Kakek percaya jika kamu yang berbicara" jawab kakek percaya.
Sikap Morata dan Siham begitu berbeda ketika kakek Alsen datang. Mereka berubah sangat baik dan tidak seorang pun akan mengira bagaimana perlakuan mereka yang sebenarnya kepada Saga dirumah tersebut.
Usai mengobrol, Kakek Alsen pun pulang. Morata terlihat menghela nafas panjang.
Tatapan tajamnya seketika beralih kepada Saga, "Minggir!" Morata mendorong tubuh Saga hingga Saga mundur beberapa langkah kebelakang. Saga hanya bisa memperhatikan kepergian Mertua dan kakak iparnya dengan tatapan sayu.
"Kapan kalian akan menerima ku disini?" Batin Saga sedih.
.
.
.
Bersambung.
Hai. kembali lagi bersama karya terbaru aku. Jangan lupa Subscribe sebelum membaca ya!
Dukungan kalian adalah semangat untuk Aku. Jadi jangan lupa untuk memberikan Like dan komen disetiap bab ya. Terimakasih semuanya LoveyouAll ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Aldi Suwarta
saga bodoh gak punya harga diri
2023-10-16
2
Hendra Saputra
lanjut toooor
2023-07-17
0
AsSekop
semangat Thor. mampir juga di karyaku "Menantu Benalu Ini Ternyata Hacker Jenius". Terimakasih🙏
2023-03-31
4