Tamu tak diharapkan

Keina hanya diam, membiarkan Calvin terus melakukan aksinya yang sebenarnya membuat ia muak, ia masih kesal akan sikap Calvin yang selalu seenaknya pada dirinya.

Merasa ciumannya tidak ada balasan, Calvin melepaskan ciumannya dengan sangat enggan. Dia merasa kesal dan kecewa karena ciumannya tak mendapat sambutan hangat dari lawan mainnya.

Calvin menangkup wajah Keina yang masih terdapat sisa-sisa air matanya. Dengan gerakkan lembut ia mengusap pipi Keina yang basah sambil menatap dalam mata Keina yang teduh namun sayu itu. Entah lah rasanya Calvin tak bisa membayangkan apapun soal dirinya kali ini. Yang ada di dalam dirinya saat ini hanya ingin terus menyentuh wajah cantik tapi menyebalkan itu lebih lama lagi.

" Nurut sama gue, jangan bantah. Oke? " tutur Calvin lembut sambil menata anakan rambut milik Keina yang sedikit menutupi wajahnya.

Mendapat perlakuan sedemikian manis hampir saja membuat Keina terlena. Dirinya sadar ia hanyalah seorang tawanan untuk memuaskan hasrat sang cassanova demi membayar hutangnya. Setelah itu mungkin Calvin akan membuangnya dan mencampakkannya begitu saja, seperti mantan partnernya yang lain.

Namun tak bisa dipungkiri dalam hatinya muncul perasaan senang diperlakukan selembut ini oleh seseorang. Meskipun Calvin bukan orang yang ia harapkan .Namun nyatanya Keina merasakan kehangatan dan kenyamanan hanya karena perlakuan Calvin yang mungkin hanya sebuah kepalsuan demi mendapatkan keuntungan darinya.

Tak adanya sandaran membuat Keina hampir saja terlarut dalam buaian buaya seperti Calvin ini. Jauh dari Gevan membuatnya merasa sendirian, hatinya masih mencintai pria itu. Tapi untuk bersamanya pun terasa sulit bagi Keina.

Keina menyentuh tangan Calvin yang masih memegang pipinya, menarik lalu melepaskan tangan Calvin yang masih menempel pada wajahnya. " Ayo, turun! " ajak Keina berusaha tersenyum menahan kegetiran yang ada di dalam hatinya.

" Nah gitu dong, kalau nurut kan jadi keliatan manis. " goda Calvin dengan senyum sumringah di wajahnya saat gadis itu mengajaknya turun dari mobil tanpa harus mendebat nya lagi.

Membantah pun tidak akan ada gunanya . Dia tak ingin Calvin nekat melakukan hal yang membuat ia ketakutan seperti tadi saat Calvin memacu kendaraan roda empat nya seperti orang kesetanan.

Keina terus memantapkan hatinya akan pilihannya. Karena antara tawaran Livy dan Calvin semua akan membawanya pada rasa sakit dan kehancuran. Tak ada beda untuknya. Tapi untuk sang ibu, tawaran Calvin masih bisa menguntungkannya karena pria itu membiarkan Keina tetap bekerja meskipun setelah itu harus melayani Calvin di atas ranjang. Setidaknya ia bisa terus memberi uang pada sang ibu.

Dalam hati Keina sempat berpikir bahwa mungkin saja Calvin akan melakukan hal yang sama seperti kemarin terhadap tubuhnya dan kali ini dia tidak akan bisa mengelak dengan cara apapun.

Saat masuk ke dalam kamar Calvin, Keina lebih memilih duduk di meja belajar milik pria itu. Ia melihat beberapa berkas pekerjaan dan juga banyak buku-buku yang tergeletak tidak rapi di atas meja .

" Kakak kerja? " tanya Keina tanpa melihat dimana Calvin berada saat ini.

" Suka bantu papa di kantor kalau lagi ada waktu senggang, itung- itung belajar jadi kalau nanti ambil alih perusahaan papa gue udah siap . " jelas Calvin.

" Kakak suka baca buku? " entah kenapa Keina cukup penasaran tentang kehidupan Calvin, sang cassanova yang arogan, kasar, emosian tapi juga bisa bersikap manis dan lembut. Lebih tepat nya sikapnya mudah sekali berubah-ubah. Keina sendiri tak paham, tanpa ia sadari Calvin seperti itu hanya pada dirinya. Kesabaran Calvin seakan di uji saat bersama Keina. Ia gampang terbawa emosi saat gadis itu selalu membantahnya, tapi juga tak tega saat melihat Keina menangis setelah ia bentak, atau saat ia bersikap kasar pada Keina.

" Gak, gue lebih suka tidur sama loe! " celetuk Calvin asal. Hal itu bukan tanpa alasan ia hanya ingin dilihat dan diperhatikan oleh Keina saat dirinya sedang bicara. Dan benar saja, Keina menoleh ke arah belakang dimana Calvin saat ini sedang berdiri. Tepat pada saat Keina menghadap ke arahnya ia melihat Calvin sudah membuka kaos atasannya. Sehingga memperlihatkan perutnya yang terbentuk dengan sempurna dengan otot-otot yang membuat nya semakin seksi.

astaga! pekik Keina dalam hati.

Melihat pemandangan yang amat indah itu membuat tubuhnya memanas mengingat kegiatan panas yang mereka lewati bersama.

" Kenapa? bagus kan? pengen? boleh,ayo! " goda Calvin yang semakin mendekatkan tubuhnya pada Keina.

" Ih apaan sih! Biasa aja , gak usah sok ke gantengan ." Keina mendorong pelan dada Calvin hingga pria itu mundur beberapa langkah.

" Emang ganteng ! Loe aja yang matanya minus gak bisa liat mana yang ganteng mana yang enggak. " balas Calvin bangga. " Sama cowok loe gantengan mana? "

" Gantengan...... "

" Eh, gak usah dijawab! Loe pasti mau bilang gantengan cowok loe kan. Secara dia pacar loe. " entah kenapa Calvin tak ingin mendengar Keina memuji pria lain dihadapannya meski kenyataannya itu kekasih Keina sendiri dan dirinya hanyalah orang ketiga di antara mereka. Ah persetan dengan status mereka yang Calvin inginkan saat ini hanya menikmati waktu bersama Keina selama gadis itu masih menjadi tawanannya.

" Aneh, nanya sendiri tapi jawab sendiri. " cibir Keina .

" Sini! " ajak Calvin dengan nada kasar ketus khas dirinya. Ia mengajak Keina duduk di tepi ranjang bersama dengan nya.

" Mau apa ih. " kesal Keina saat Calvin menarik tangannya.

" Mau bantah lagi? Gak bisa apa nurut aja gitu tanpa ngebantah! "

Keina memanyunkan bibirnya karena kesal Calvin terus saja memerintah dirinya dan bertindak semaunya.

" Gak usah manyun gitu bisa gak ? Loe bikin gue gerah...****! "

" Dasar messum! "

Baru juga akan mencium bibir Keina yang membuatnya candu, Tiba-tiba suara bel apartemen membuatnya mengehentikan kegiatannya yang baru saja akan ia mulai.

" Shitt! " Siapa sih! ganggu banget sumpah.

" Bukan dulu pintunya, nanti orang penting gimana? " ucap Keina. Calvin yang sebenarnya malas mau tak mau bangkit dari ranjang melangkah gontai menuju pintu apartemen. Dan meminta Keina untuk menunggu di dalam kamar.

" Mama! " pekik Calvin, dirinya terkejut melihat sang ibu sambung ada di depannya saat ini.

" Mama bukan hantu ya Calvin, kamu kok di kunjungi mama bukan nya seneng malah pucat gitu mukanya kaya ayam sakit. " ujar mama Eva yang aneh melihat raut wajah sang putra.

" Emang ayam sakit keliatan pucat? "

" Namanya juga sakit ya pasti pucat, Vin. " timpal mama Eva sambil melangkah masuk ke dalam apartemen sang putra . Meski hanya ibu sambung tapi Eva dan Calvin cukup dekat dan sering bercanda absurd seperti ini. Semenjak perceraian orang tuanya. Mama Eva lah yang mengurus Calvin sejak usia pria itu 12 tahun, sementara ibu kandungnya memilih menikah lagi dan menetap di luar negeri. Sang ibu kandung tak pernah datang menemuinya hanya sesekali bertukar kabar lewat telpon atau pesan. Itu pun selalu Calvin yang lebih dulu menghubunginya.

" Ada yang kamu sembunyiin ya? lagi juga muka kamu kaya gak suka gitu mama dateng?" cecar Mama Eva yang memang mempunyai insting tajam.

" Iya mama udah ganggu aku. Kesini gak ngabarin dulu! "

" Mama kesini karena kamu tiga hari gak bisa dihubungin! Ke kantor papa juga enggak! mama khawatir kalau kamu sakit atau kenapa-napa. "

.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!