Bab 15 - Dinikahi Pocong Tampan
"Tunggu, Paduka Raja. Saya kenal dengan perempuan ini."
Suara seorang pria terdengar memasuki aula. Tubuhnya tegap dan kekar dengan rambut panjang sebahu yang dikuncir satu. Pria berumur tiga puluh lima tahun itu bernama Panji Wiguna. Dia merupakan kaku tangan dari Pangeran Jaya.
"Apa maksudmu mengenal perempuan ini, Panji?" tanya Raja Sumardjo.
"Begini, Paduka Raja dan Ratu Melati, apa kalian ingat saat saya dan Pangeran Jaya pergi ke Kota Semanggi dalam mencari desainer Batik Garuda?" Panji menoleh pada Ana sekilas.
"Ya, aku ingat itu. Memangnya kenapa?" tanya Ratu Melati.
"Perempuan ini merupakan desainer yang membuat rancangan busana Batik Garuda itu, Ibu Ratu. Dan malam itu memang Pangeran Jaya menginap di gedung butiknya," ucap Panji menunjuk Ana.
"Nah, itu benar! Aku dan Jaya memang melakukannya di Heavenly Boutique setelah pesta," sahut Ana seraya bangkit berdiri.
"Ana!"
Namun, Risa memintanya untuk berlutut kembali. Sementara itu, Panji terlihat meyakini dengan mengatakan kalau pria dalam video itu merupakan sang pangeran. Ciri tato burung garuda di tubuh Jaya terlihat jelas kala adegan mesum itu ditayangkan.
"Coba putar lagi!" titah Raja Sumardjo ingin memastikan.
"Duh, ini mah pada demen ngeliatin aku begituan sama si Jaya. Huh, nyebelin banget sih! Mana lagi si Jaya?" gumam Ana.
"Tenang, Na, tenangkan diri kamu."
"Aku mendingan ketemu para hantu dibanding mereka, Sa," sahutnya kesal.
"Aku mah ogah ketemu hantu kayak di kereta kemarin! Amit amit!" sahut Risa.
Ratu Melati mendekati Raja Sumardjo setelah menekan tombol pause untuk mengamati tato pada tubuh Jaya.
"Kakanda, mungkin saja ini merupakan petunjuk untuk kita. Perempuan itu bisa saja menyelamatkan Jaya, anak kita," bisik Ratu Melati.
"Apa kamu yakin kalau anak yang dia kandung itu cucuku?" Raja Sumardjo mengernyit.
"Kita akan membuktikannya lewat tes DNA jika bayi itu sudah lahir. Lagipula jika perempuan itu membuka aib ini ke media, bukankah ini akan membuat malu kerajaan kita, Kakanda? Kita tidak boleh tinggal diam pada ancamannya," ucapnya.
Ratu Melati meyakinkan sang raja untuk menerima Ana. Apalagi jika benar bayi dalam kandungan Ana adalah anak Jaya, maka Kerajaan Garuda akan memiliki keturunan raja berikutnya. Pasalnya, Ratu Melati tidak bisa memberikan anak, sehingga anak dari rahim Ana merupakan kesempatan emas menurutnya.
Raja Sumarjo sempat duduk di singgasananya, berdiam sejenak, lalu bangkit lagi. Dia lalu meminta pendapat tetua kerajaan yang ternyata pria paruh baya yang menyelamatkan Ana dan Risa dari dari kereta hantu.
Mbah Karso mendekat dan meminta sang raja untuk menikahkan Ana dan Jaya. Dengan begitu, jika anak itu lahir, maka anak itu akan dapat mengendalikan Iblis Rahwana jika kebangkitan sosok mengerikan itu terjadi.
"Baiklah, kalau menurutmu ini yang terbaik, Mbah. Kita siapkan pesta pernikahannya besok agar sebelum dimakamkan, perempuan itu sudah resmi dan sah menjadi menantuku," ucap Raja Sumarjo.
"Kenapa jadi pada ngomongin iblis, sih? Terus si Jaya ke mana coba? Kok, perasaan aku jadi nggak enak ya, Sa?" bisik Ana.
"Kalau aku ngerti juga dari tadi udah aku jelasin ke kamu. Tapi, aku juga nggak ngerti." Risa meminta Ana untuk kembali menyimak.
"Baiklah kalau begitu. Kau yang bernama Ana sini mendekat!" titah sang raja.
Risa lalu mendorong Ana untuk maju mendekati sang raja.
"Aku akan merestuimu dan anakku Jaya. Aku akan menikahkah kalian," ucap Raja Sumarjo.
Ana menoleh pada Risa yang tersenyum kegirangan karena tujuan mereka akhirnya berhasil dilaksanakan. Ana akan mengeruk kekayaan Jaya demi membayar kerugiannya selama ini.
Ratu Melati tersenyum dan memeluk Ana. Akhirnya Ana diberi restu.
Tiba-tiba, datang seorang pria berkepala botak yang dipanggil Patih Gundul itu mendekat ke arah Raja Sumardjo. Dia membisikkan sesuatu ke pada kakak tirinya itu. Sang raja hanya memberi respon dengan mengangguk.
"Kalau begitu, siapkan pesta pernikahan dahulu untuk besok," titah sang raja memberi perintah.
Patih Gundul mengangguk lalu melangkah pergi. Dia akan memberi kabar pada seluruh abdi dalam agar menyiapkan pesta pernikahan. Sontak saja para abdi dalam kebingungan dengan pesta mendadak yang di luar nalar itu.
"Namamu tadi Ana, kan?" tanya Ratu Melati.
"Iya, Yang Mulia Ratu," sahut Ana.
Ratu Melati memanggil seorang wanita berusia tiga puluh tahun mendekat. Ia merupakan abdi dalam yang nantiny diberi tugas mengurus segala keperluan Ana.
"Ratu Melati, izinkan sahabat saya ini tinggal di sini bersama saya," pinta Ana.
Ratu Melati menelisik ke arah Risa lalu berkata, "Baiklah dia akan menjadi asistenmu seperti Widi melayaniku dengan baik," ujar Ratu Melati.
"Mari ikut saya!" Perempuan bernama Widi yang berkulit sawo matang yang memiliki tahi lalat di ujung hidung itu meminta Ana dan Risa untuk mengikutinya.
"Saya merupakan abdi dalem yang menjadi asisten Ratu Melati. Sekarang saya akan membantu mengurus kebutuhan kalian," ucap Widi saat perjalanan menuju kamar Ana.
"Terima kasih, Mbak Widi. Nama saya Ana, ini temen saya Risa. Tolong anggap saya sebagai teman. Sejujurnya, saya juga sudah menganggap Mbak Widi sebagai calon sahabat yang baik," tukas Ana.
Widi tersenyum menanggapi lalu berkata, "tetap saja, Mbak, ada perbedaan kasta yang kuat antara kita."
"Maksudnya, Mbak?" telisik Ana.
"Mbak itu calon istrinya Pangeran Jaya. Jadi, saya tetap saja akan menjadi abdi bukan teman Mbak Ana," tuturnya.
"Oh, itu maksudnya. Tetap saja Mbak Wid, anggap saja saya teman. Jangan sungkan, ya." Ana tersenyum dengan manisnya.
"Saya harap Mbak Ana akan ikhlas. Saya bingung mau ikut seneng apa sedih melihat Mbak Ana akan dinikahkan dengan Pangeran Jaya," ucap Widi.
"Ini maksudnya apa lagi, nih?" Ana makin tak mengerti.
"Mari, Mbak, saya pamit dulu. Silakan beristirahat dengan tenang." Widi lalu pergi meninggalkan Ana dan Risa.
"Ini apa-apaan, nih? Masa dia bilang istirahat dengan tenang, Sa. Emangnya kita mau mati?" sungut Ana.
"Udah tenang dulu. Sekarang fokus sama tujuan kita di kerajaan ini. Aku ke kamar dulu, ya. Kamu tidur dulu aja biar rileks. Besok kan mau nikah sama Jaya, uhuuy!" Risa menggoda dengan mencubit pipi Ana gemas. Lalu, dia bergegas pergi.
"Kampret!" Ana makin bersungut-sungut.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
choowie
apa jaya sudah meninggal ☹️
2023-09-09
0
Ayuk Vila Desi
kok pemakaman ..jaya dah mati ya
2023-07-01
0
a y a
jaya nya berarti udah meninggoy dong
2023-03-26
0