Bab 18 - Dinikahi Pocong Tampan
Risa masih menatap lekat pemuda di hadapannya.
"Apa kau yakin? Jangan ngomong sembarangan, Mas!" sungut Risa.
"Aku mengatakan dengan serius. Pengantin wanita itu sedang hamil, kan?" tanyanya.
"I-iya, bagaimana kau tahu?" Risa mulai mengernyit menatap pria yang lebih muda darinya itu.
"Karena anak yang dikandungnya akan—"
"Bayu! Apa yang kau lakukan di sini?" Panji menghampiri Bayu dan Risa.
"Maaf, Mas Panji, saya hanya memastikan makanan yang dihidangkan cukup," jawabnya seraya menundukkan kepala tak berani menatap Panji.
"Cepat kembali ke belakang!" titah Panji.
"Baik, Mas." Pemuda bernama Bayu itu sempat melirik ke arah Risa sekilas sebelum akhirnya melangkah ke dapur.
"Apa dia mengganggu Mbak Risa?" tanya Panji.
"Tidak, Mas. Kami hanya tak sengaja bertabrakan. Permisi saya mau mengambilkan Ana buah-buahan," ucap Risa yang langsung menghindari Panji.
Entah kenapa rasanya agak merinding untuk Risa saat berada di samping Panji.
...***...
Malam itu, Ana kembali ke kamar pengantin. Untungnya jasad pocong Jaya disimpan di ruang khusus dan akan dikebumikan esok hari. Hampir saja Ana merasa akan mati berdiri jika harus tidur satu ranjang dengan pocong itu.
"Seandainya saja aku bisa tidur sama Risa, nggak sendirian begini," gumam Ana setelah membersihkan diri dan merebahkan tubuh lelahnya di atas pembaringan.
Kedua mata lentik itu lalu terpejam sampai membawanya menuju ke alam mimpi. Ana berada di sebuah pesta pernikahan yang sangat dia idamkan.
Sebuah dekorasi pernikahan luar ruangan tampak sangat cantik. Berlatarkan sebuah danau, aisle yang berujung pagar simpel dengan kain dan banyak bunga mawar merah dan putih ini benar-benar membuat Ana sangat bahagia.
Beberapa tamu undangan dari kerabat dan sahabat dekat telah duduk di kursi kayu warna putih yang menghadap ke arah aisle. Ana menggunakan gaun putih yang ekor belakangnya masih menjuntai sekitar satu meter.
Risa membawa dua anak perempuan berusia lima tahun yang mendampingi Ana menuju ke tempat pernikahan. Salah satunya memberikan kotak putih berisi cincin pernikahan.
Namun, saat mempelai pria yang menggunakan stelan jas mahal warna hitam itu menoleh, hati Ana langsung remuk. Bulir bening itu jatuh membasahi pipi. Ana memekik marah kala melihat wajah pria yang sangat ia benci itu.
"BRAM! SIALAN!"
Ana terjaga dari tidurnya. Mimpi itu bukanlah mimpi indah melainkan mimpi buruk yang kerap menyapanya. Ana segera meraih segelas air putih lalu meneguknya. Hatinya masih terasa sangat sakit ketika mengingat momen terburuk sepanjang masa hidupnya.
Tepat satu tahun yang lalu, Ana hampir menikah dengan seorang pria bernama Bram. Semuanya dekorasi pernikahan luar ruangan dan menu catering untuk seratus tamu undangan sudah siap seratus persen, termasuk undangan yang juga sudah disebar.
Namun, pada saat hari pernikahan, seorang wanita datang menemui Ana di ruang rias. Dia mengaku tengah mengandung anaknya Bram. Hati perempuan itu langsung remuk. Bagaimana bisa hubungan lima tahun itu dan membawanya menuju jenjang pernikahan telah ternoda. Bram berselingkuh dengan rekan kerjanya bahkan sampai membuat wanita yang lebih tua tiga tahun dari Bram itu hamil.
Ana yang seorang yatim piatu itu tak bisa membayangkan jika bayi itu lahir tanpa kehadiran seorang ayah. Untuk itu, Ana melangkah sendirian menuju ke ruang pernikahan dan mengumumkan kalau pernikahannya batal. Semenjak saat saat itu, Ana tak mau lagi jatuh cinta. Dia membenci laki-laki dan bertekad akan selalu mempermainkan laki-laki.
Ana merenung di tepi jendela kamarnya yang baru ia buka untuk menghirup udara segar. Nasibnya sangat buruk. Dia menyeka bulir bening di pipi setelah meratapi hidupnya yang selalu sial. Pada kenyataannya kini yang terjadi padanya juga buruk. Belum satu hari menikah, Ana sudah dipastikan akan menjadi janda.
"Kenapa nasibmu juga buruk seperti aku, Nak?" Ana mengusap perutnya saat berbicara dengan janin dalam tubuhnya yang sedang berkembang itu.
Tiba-tiba, Ana melihat sekelebat kain warna putih terbang melayang diiringi tertawa cekikikan yang khas.
"Astaga, kenapa ada kuntilanak di sini," ucap Ana seraya bergegas menutup jendela kamar.
Perempuan itu lalu merebahkan tubuh di atas ranjang dan menyelimuti seluruh tubuhnya karena ketakutan. Dia berusaha memejamkan mata sampai pagi menjelang.
...***...
Pada pagi harinya, Jaya akhirnya dimakamkan di makam kerajaan. Ana mendadak sangat merasa sedih. Dia tak menyangka kalau pernikahan yang pernah dia bayangkan akan membuatnya bahagia malah berakhir tragis.
Saat jasad Jaya dikebumikan, hati Ana merasa hancur. Padahal dia dan Jaya hanya terlibat cinta satu malam. Namun, entah kenapa dia sangat sedih. Ana menangis sesenggukan sampai Risa memuji akting Ana yang bagus.
"Keren banget akting kamu, Na," bisik Risa.
"Aku beneran sedih, Sa. Mana itu cowok cakep banget. Sayang banget dia mati muda gitu," bisik Ana.
Perempuan itu benar-benar merasa sedih bukan akting semata. Kuburan Jaya kini telah tertutup sempurna dengan gundukan tanah merah. Ana juga menaburkan bunga sama seperti yang lain. Tiba-tiba, makam tempat Jaya disemayamkan terdengar rintihan. Para pelayat saling bertatapan penuh ketakutan. Begitu juga dengan Ana dan Risa.
"Sa, kamu denger itu, kan?" tanya Ana.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
ini Bram fotografer itu y
2023-07-01
0
Miss
Bayu ini siapa yah 🤔.
oalah Ana pernah ditinggal nikah toh, jadinya dia bertindak di luar biasanya
2023-03-26
3
hadiya nur Jannah
jaya idul lagi kah?
2023-03-21
1