Bukan Menantu Sampah
Cieeettt...
Brakkk!
"Arghhh..."
Beberapa saat kemudian, kerumunan terjadi di sekitar lokasi kecelakaan. Mobil ambulans dan polisi segera datang, setelah mendapatkan laporan dari warga sekitar yang menyaksikan kecelakaan tersebut.
Giung giung giung
Ninu ninu ninu
Keramaian dan kemacetan terjadi di sekitar jalan tersebut, karena mereka harus segera melakukan evakuasi untuk korban kecelakaan.
"Apa korbannya parah?"
"Tidak tahu, tapi supir truk langsung meninggal di tempat."
"Wah... kasihan sekali."
"Tapi pengendara sepeda motor juga sepertinya parah, karena darah menetes dari kepalanya."
"Hihhh, mengerikan."
Kecelakaan siang itu terjadi antara sepeda motor yang ditumpangi seorang pelajar, Abiyasa, dengan truk pengangkut barang. Sayangnya pengemudi truk tidak bisa diselamatkan karena terjepit, sehingga meninggal di tempat.
Di rumah sakit, Abiyasa, pelajar yang mengalami kecelakaan tadi langsung ditangani di ruang IGD. Pihak keluarga juga sudah dihubungi setelah ponselnya ditemukan, sehingga bisa digunakan untuk penelusuran.
Setelah beberapa saat kemudian, Abiyasa sadar. Tapi dia tidak bisa bergerak karena rasa sakit yang luar biasa pada tubuhnya, sehingga dia hanya bisa memejamkan matanya, mencoba untuk kembali tidur.
Clek
Tuk tuk tuk
Tapi sebelum Abiyasa benar-benar tidur, dia mendengar suara pintu terbuka dan ketukan suara sepatu pantofel. Dia ingin segera membuka matanya untuk mengetahui siapa yang datang, karena dia sendiri belum sadar di mana sekarang ini berada.
Drettt drettt drettt
'Suara telepon. Tapi di mana ya?' tanya Abiyasa dalam hati.
Sayangnya, apa yang dia dengar setelah itu membuatnya sangat terkejut. Dia tidak bisa mempercayai apa yang menjadi topik percakapan antara kakaknya dengan orang yang tidak diketahui siapa orang yang ada di seberang sana.
..."Bos, apa yang Bos minta sudah selesai. Pengemudi truk juga sudah aman di akhirat sana. Jadi tidak akan ada yang bisa berkoar-koar."...
..."Bagus. Tapi saya ingin Anda melakukan sesuatu untuk saya."...
...“Apa itu, Bos?”...
..."Saya ingin menguasai seluruh perusahaan sendirian, di kemudian hari. Dan saya butuh bantuan Anda untuk membuat adik saya itu tidak bisa menerima bagiannya."...
..."Maksud Anda, kita harus melakukan sesuatu pada adik Anda? bukankah dia sudah mengalami koma?"...
..."Ya, tepat sekali. Saya ingin Anda mengintimidasi adik saya, sehingga saat sadar nanti dia akan tidak mengingat apapun tentang dirinya."...
..."Tapi bos, apakah itu benar-benar perlu dilakukan? Bagaimana jika Anda berbicara dengan adik Anda dan mencoba menyelesaikan masalah ini dengan cara yang damai?"...
..."Tidak bisa. Kita sudah mencoba untuk kecelakaan itu, tapi nyatanya dia tidak mati, kan? Ini justru menyusahkan jika dia sadar dan di kemudian hari meminta bagiannya."...
..."Baiklah, Bos. Tapi apa yang harus saya lakukan?"...
..."Saya ingin Anda dan rekan-rekan Anda mengancam adikku. Teror saja terus, karena setelah kecelakaan dan keadaannya belum stabil, itu akan membuatnya tertekan dan menjadi orang gila. Bisa juga dia akan bunuh diri karena merasa bersalah supir truknya mati, akibat menabrak dirinya."...
..."Baiklah, saya mengerti. Tapi bagaimana jika adik Anda tetap baik-baik saja, tidak terpengaruh dengan intimidasi kami?"...
..."Saya akan mengurusnya sendiri jika itu terjadi."...
..."Baiklah, Bos. Saya dan rekan-rekan saya akan menyelesaikan masalah ini untukmu."...
..."Baiklah. Saya akan memberikan uang lebih jika Anda berhasil menyelesaikan tugas ini dengan baik."...
..."Terima kasih, Bos. Kami akan bekerja keras untukmu."...
Klik
Abiyasa masih pura-pura menutup matanya, supaya kakaknya tidak menyadari bahwa dia mendengar semua percakapan yang dilakukan oleh kakaknya.
Dia tidak pernah menyangka jika kakaknya, Aji adalah seorang yang licik dan tidak menghormati hak-haknya sebagai seorang adik. Dia menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk menguasai seluruh perusahaan keluarga, bahkan jika itu berarti melukai saudara kandungnya sendiri.
Tindakan ini tidak hanya ilegal dan tidak etis, tetapi juga merusak hubungan keluarga dan dapat merugikan banyak orang yang terlibat dalam perusahaan keluarga mereka.
Namun sayang, Abiyasa diberikan kesempatan untuk mengetahui semua kelicikan Aji. Membuat Abiyasa harus berpikir ulang, jika dia masih ingin hidup lebih lama.
Kehidupan Abiyasa setelah kecelakaan tragis itu benar-benar berubah. Dokter memberikan vonis bahwa dia menderita kerusakan saraf otak yang sangat parah, sehingga dianggap tidak normal. Tapi itu atas permintaan dari Abiyasa sendiri, agar dokter memberitahu vonis tersebut pada kakaknya.
Awalnya dokter keberatan, tapi setelah Abiyasa mengutarakan maksudnya, dokter terpaksa mengikuti kemauan Abiyasa demi keselamatan pasiennya juga.
Bagi Abiyasa, hal ini menjadi awal dari kehidupan baru yang sangat sulit. Abiyasa harus bisa menyesuaikan diri dengan tidak dapat berbicara dengan jelas dan bahkan tidak dapat mengungkapkan perasaannya dengan baik. Ia juga berpura-pura mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas yang biasa dilakukan oleh orang normal. Bagi keluarganya, Abiyasa seolah-olah telah kehilangan kecerdasannya dan mereka menganggapnya seperti orang yang tidak normal.
***
Beberapa tahun kemudian, Abiyasa menikah dengan Ajeng melalui perjodohan. Meskipun pada awalnya keluarga Ajeng ragu untuk menerima Abiyasa menikahi putrinya karena kondisinya, mereka akhirnya memberikan izin juga, demi keuntungan keluarga mereka.
"Dasar tidak waras. Apa yang bisa Kamu berikan untuk putriku?" bentak ibu Endang, mertuanya Abiyasa.
"Abiyasa, kamu ini memang suami yang tidak berguna! Kamu tidak waras dan tidak bisa bekerja seperti layaknya seorang suami yang baik!" imbuh ibu Endang memaki-maki.
"Saya, Bu. Saya sudah kerja kok," kata Abiyasa membela diri, dengan tampang yang bodoh.
"Kerja apa? Cuma makan dan tidur saja di rumah! Coba kerja semampu kamu sana! Kamu tidak bisa membantu apa-apa! Kamu bahkan tidak bisa memperbaiki pintu kamar mandi yang rusak!"
Ibu mertuanya, Endang, sangat jengkel melihat kelakuan dan tingkah laku menantunya.
"Saya... Saya bisa belajar, Bu. Saya bisa mencoba memperbaiki kok," sahut Abiyasa seperti anak kecil.
"Belajar? Kamu sudah terlalu tua untuk belajar! Apa gunanya kamu kalau tidak bisa melakukan apapun untuk keluarga ini? Kamu hanya membebani saya!"
Abiyasa justru memiringkan kepalanya, mendengar dan memperhatikan bagaimana raut wajah ibu mertuanya yang sangat kesal.
"Kan, Ibu sendiri yang ajak aku ke sini."
Apa yang dikatakan oleh Abiyasa, justru membuat ibu Endang semakin murka. Dia kesal jika sedang berbicara dengan menantunya itu, yang menurutnya percuma saja.
"Ah, bicara saja kamu pintar! Kamu ini tidak berguna! Kalau begini terus, keluarga ini akan hancur karena kamu!"
"Lebih baik kamu kembali ke rumah kamu sana sajalah!"
Sepertinya ibu Endang benar-benar merasa frustasi, karena tidak bisa memberikan nasehat ataupun masukan pada menantunya yang memang tidak normal.
Tapi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa, karena Abiyasa menjadi menantunya karena sebuah persyaratan. Dia terpaksa menikahkan anaknya, Ajeng, yang bekerja menjadi dosen pembantu, karena dirinya memiliki banyak hutang dengan keluarga Abiyasa.
Dan di saat Aji, kakaknya Abiyasa, memberikan Abiyasa sebagai syarat lunasnya hutan-hutan tersebut, ibu Endang terpaksa menerima persyaratan yang sebenarnya tidak masuk akal.
"Aku harus membuat rencana supaya ajeng bisa bercerai dari suaminya yang tidak berguna ini." Ibu Endang bergumam.
"Kenapa kamu tampak kesal?" tanya seorang pria muda, yang ada di teras.
"Itu, suaminya Ajeng. Aku sudah stress menghadapinya!"
Tapi pria muda itu justru tersenyum dengan misterius, kemudian meminta pada Endang lebih mendekat padanya. "Sini, aku kasih tahu caranya." Pria itu berbisik di dekat telinga Endang, memberitahu rencananya.
"Wah... sepertinya itu ide sangat bagus!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Rini Musrini
mampir thor
2023-06-23
1
Muhammad zalriwan
mantap
2023-06-22
1
Julia Amanda🌿Kwee Shiang🔱🎻
authornya pintar nulis kisah sekeren ini
2023-06-21
0