Street
Saat Ajeng membantu Abiyasa memakai kaos, Abiyasa tidak sengaja menyentuh tangan istrinya. Mendadak Abiyasa mendapat sebuah penglihatan atau gambaran tentang keadaan Ajeng yang tidak sadarkan diri di sebuah kamar hotel, dan ada seorang cowok yang tidak di kenal di sana.
Abiyasa bingung dengan penglihatannya ini. Karena biasanya forecast yang dia miliki tidak bisa melihat masa depan makhluk hidup.
Abiyasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya. Bagaimana mungkin ia bisa melihat gambaran masa depan Ajeng dengan begitu jelas? Apa yang sebenarnya terjadi pada Ajeng di kamar hotel itu? Semua pertanyaan itu menghantui pikirannya, membuatnya tak bisa tidur semalaman.
'Apa ya? Kenapa tiba-tiba saja aku bisa melihat bagaimana keadaan di waktu depan?'
'Tapi, kenapa Ajeng dengan cowok lain?'
Berbagai macam pertanyaan yang berhubungan dengan penglihatannya, tiba-tiba membuatnya penasaran. Bahkan malam sudah larut, dan matanya belum juga terpejam.
Dipandanginya wajah Ajeng. Istri yang belum pernah disentuhnya sama sekali, sebagai seorang suami pada istrinya. Bukannya tidak mau atau tidak ada nafsu, tapi Abiyasa berpikir jika Ajeng akan keberatan dengan keinginannya sebagai seorang suami.
Abiyasa belum siap dengan terbongkarnya rahasia dirinya yang pura-pura idiot, dan dia juga belum yakin jika Ajeng memang mau menerimanya dengan tulus.
Tangan Abiyasa ingin menyentuh wajah Ajeng, tapi dia ingat lagi dengan penglihatannya tadi saat menyentuh tangan istrinya sehingga mengurungkan niatnya. Abiyasa takut jika apa yang melintas dipikirannya kembali hadir.
"Hmmm..."
Akhirnya Abiyasa hanya bisa menghela nafas panjang kemudian membuangnya perlahan-lahan, setelahnya berusaha keras untuk memejamkan mata agar bisa segera tidur. Mencoba untuk abai dengan segala sesuatu yang sedari tadi dipikirkannya.
***
"Mas Abi. Mas Abi di rumah baik-baik ya. Ajeng mau di ajak mama sebentar," pamit Ajeng dengan menyisir rambutnya di depan cermin.
Abiyasa hanya diam saja mendengar dan melihat ke arah Ajeng yang sedang meneliti penampilannya sekali lagi.
'Dia mau ke mana?' tanya Abiyasa dalam hati.
'Jangan-jangan..."
"Pergi? ikuuutt... aku ikuuutt..."
Abiyasa mencoba untuk merengek-rengek agar diajak. Dia merasa tidak tenang saat mendengar perkataan Ajeng, di saat pergi karena ajakan mamanya.
Karena Ajeng tidak tega membiarkan Abiyasa sendirian di rumah, akhirnya dia menganggukkan kepalanya. "Ajeng bicara sama mama dulu ya, mas Abi ganti baju dulu." Ajeng pamit supaya Abiyasa tidak merengek-rengek lagi.
Meskipun keberatan, tapi Endang terpaksa menyetujui permintaan anaknya saat mengatakan akan mengajak Abiyasa.
"Dasar tidak berguna! tapi tak apa-apa, biar di atasi Bram saja nanti." Endang bergumam merencanakan sesuatu agar Abiyasa tidak mengatakan acara.
Ternyata Endang mengajak Ajeng pergi ke sebuah pesta yang diadakan oleh temannya Bram, yaitu Alex. Cowok yang direncanakan akan dijodohkan dengan Ajeng.
Di pesta pertemuan itu, ternyata Alex mengajak teman-temannya yang lain dalam pertemuan itu, termasuk Bram.
"Hai, selamat malam."
Alex menyapa dengan ramah dengan gaya elegan khas eksekutif muda yang sukses. Pakaiannya juga tapi dan menunjukkan bahwa dia seorang pekerja kantoran, karena masih memakai pakaian formal.
"Hai, sayang!"
Endang memeluk kekasihnya terlebih dahulu sebelum menyalami tangan Alex, kemudian memperkenalkan Ajeng.
Bram dan Endang, memperkenalkan Ajeng pada Alex. Sedang Abiyasa hanya mengekor di belakang, dengan memperhatikan keadaan.
"Ini putriku, Ajeng."
"Hai, saya Alex."
Alex langsung menyebutkan namanya begitu dikenalkan, dan Ajeng hanya tersenyum tipis dengan menganggukkan kepalanya tanpa menyambut uluran tangan Alex.
Melihat hal tersebut, Abiyasa tersenyum dalam hati. Dia merasa senang dengan sikap istrinya yang tidak mudah terpesona dengan ketampanan pria di depannya saat ini.
"Dia siapa?" tanya Alex dengan menuding ke arah Abiyasa.
"Dia...
"Dia hanya saudara. Tapi karena tidak ada yang menjaga di rumah, jadi kami terpaksa mengajaknya!" Endang memotong perkataan ada yang belum selesai.
Ajeng mengerutkan keningnya heran mendengar perkataan mamanya, karena berbohong tentang hubungannya dengan Abiyasa yang sebenarnya adalah suaminya.
Abiyasa juga mulai mengerti dengan situasi ini, tapi pura-pura memiringkan kepalanya, khas orang-orang idiot saat tidak mengerti.
"Sudah-sudah! Kamu berbincang saja dengan Alex, biar mama yang jaga Abiyasa!"
Endang mendorong pelan tubuh Ajeng supaya lebih dekat dengan Alex, kemudian menarik tangan Abiyasa supaya ikut bersama dengannya dan tidak mengganggu Ajeng yang sedang bersama Alex.
"Eh..."
"Hai, tenang saja. Ini hanya pertemuan kecil kok, jadi gak mungkin saudara kamu tadi kesasar. Apalagi ada Bram dan mama kamu yang jagain." Alex mencoba untuk menenangkan pikiran Ajeng soal Abiyasa.
'Wow, gue nggak nyangka kalo Ajeng secantik dan semenarik ini. Gue pikir penampilan seorang dosen ngebosenin.' Alex membatin.
Hati Alex bersorak gembira, begitu melihat kemolekan tubuh Ajeng, Alex memiliki rencana yang sebenarnya tidak dia rencanakan sebelumnya. Dia akan meminta pada waitress resto untuk menaruh obat tidur plus obat perangsang di dalam minuman Ajeng. Karena kedua obat tersebut memang selalu tersedia di dalam dompetnya.
"Maaf, bisa minta tolong? Bisa bawa satu gelas jus jeruk dan satu gelas air mineral?" tanya Alex mendekat pada waitress.
"Tentu. Mau disajikan di sini atau dibawa ke meja?" tanya waitress.
"Sajikan saja di sini. Oh ya, satu lagi. Bisakah kamu menambahkan sedikit gula pada jus jeruknya?" Alex bertanya lagi.
"Baik, Pak. Akan saya catatkan pesanannya. Apakah ada pesanan lain?"
"Hmm, ada. Tapi ini agak rahasia, kamu harus menambahkan obat tidur dan obat perangsang pada jus jeruk yang saya pesan tadi?" Alex bertanya dengan suara yang sangat pelan, dengan memberikan botol obat yang berukuran kecil yang dia bawa.
Waitress tentu saja kaget saat mendengar permintaan "Maaf, Pak. Saya tidak bisa melakukan itu."
"Tolong jangan khawatir, ini hanya sekedar permainan dan bercanda saja. Semua sudah tahu, dan... ya kamu tahulah perkembangan game gaul gimana?"
Waitress mengangguk mengiyakan, meskipun masih agak ragu. Tapi karena Alex menyelipkan beberapa lembar uang merah ke tangannya, waitress tampak tersenyum. "Baik. Jika tidak ada pesanan lain, saya akan segera mengirim pesanan Anda ke dapur."
"Baik, terima kasih." Alex menganggukan kepalanya mengerti.
Sayangnya, Abiyasa yang sedang pergi ke kamar kecil nyenggol si waitress, dia dapat penglihatan gelas mana yang ada obatnya.
Kletek
"Ehhh," Abiyasa tertegun melihat bayangan Alex dan waitress saat berbincang-bincang.
Abiyasa segera menyadari bahwa gambaran yang ia lihat sebelumnya benar adanya. Ia merasa kesal dan marah pada saat yang sama. Bagaimana seseorang bisa melakukan sesuatu yang begitu jahat pada Ajeng? Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Dengan cepat Abiyasa menggeser gelas-gelas yang berisi minuman jus jeruk, sehingga gelas yang berisi obat tadi tertukar.
"Maaf, hehehe..."
Abiyasa mengucapkan permintaan maafnya kepada waitress, dengan sikap yang aneh.
Waitress tidak sempat menyahuti permintaan maaf dari Abiyasa, dan segera pergi ke meja Alex untuk memberikan pesanannya.
Kira-kira siapa yang akhirnya minum jus jeruk itu ya nantinya???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Rini Musrini
kasih sm endang aja tuh jus jeruknya yg ada obatnya
2023-06-23
0
Navis
alex mngkin🤔
2023-06-21
0
Eros Hariyadi
Like and Favorit 😄🤣💪👍👍👍
2023-06-13
1