Malam ini Abiyasa terbangun karena mendengar suara istrinya yang baru saja masuk ke dalam kamar, setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya di ruangan kerjanya. Tapi dia pura-pura tidur supaya Ajeng bisa cepat beristirahat.
Clek
"Hhh... aku lelah sekali. Apalagi mataku."
Tanpa banyak bicara, Ajeng langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur, di samping Abiyasa yang masih berpura-pura dalam keadaan tidur.
Tak lama kemudian Ajeng memang benar-benar tertidur. Nafasnya yang teratur menandakan bahwa dia sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya, sehingga tertidur dengan cepat.
Perlahan-lahan Abiyasa membuka mata, memperhatikan istrinya yang terlihat sangat lelah dengan semua pekerjaannya.
'Maafkan aku, Ajeng. Aku tidak bisa berperan sebagai seorang suami yang sebenarnya.'
Abiyasa membatin sendiri, melihat bagaimana Ajeng tidur tanpa berganti pakaian dengan pakaian tidur.
Tangannya terulur untuk merapikan rambut acak-acakan yang menutupi wajah cantiknya, tapi tangan Abiyasa justru tidak sengaja menyentuh tangan Ajeng terlebih dahulu sebelum merapikan rambut.
Deg
Abiyasa terbelalak. Jantungnya berdetak kencang saat melihat bagaimana matanya kini melihat pemandangan-pemandangan yang aneh tanpa sengaja.
Abiyasa melihat Ajeng tergeletak seperti orang mati, dan ada seorang laki-laki berpakaian serba hitam berada tak jauh dari tempat Ajeng tergeletak. Tapi sosok laki-laki tersebut tidak kelihatan, cuma ada gambaran Ajeng yang bersimbah darah dengan luka tusukan dan terbaring sudah tidak bernyawa.
Gambaran itu ada beberapa bagian tempat yang bisa terlihat jelas dalam penglihatan Abiyasa, seperti tempat Ajeng yang tergeletak dan posisi barang-barang yang berada di sekitarnya.
Pola lantai tempat ajeng terkulai mirip dengan rumahnya sekarang ini. Sekilas ada meja dan sofa yang mirip di ruang tamu rumahnya.
'Ini, artinya kejadian ini ada di rumah?' tanya Abiyasa dalam hati.
Dalam kebingungannya, Abiyasa mencoba untuk memejamkan mata kemudian memegang tangan istrinya lagi.
Terlihat ada jejak cahaya yang sedikit redup, menggambarkan waktu kejadian di mana Ajeng dibunuh. Kemungkinan kejadian ini sore atau malam hari atau juga bisa pagi.' Batin Abiyasa menduga-duga.
Sekarang Abiyasa kembali berkonsentrasi untuk melihat keadaan istrinya yang sudah terbujur di lantai. Baju yang Ajeng kenakan baju adalah baju yang biasa digunakan untuk pergi ke kampus.
'Ini baju yang biasa digunakan Ajeng saat bekerja. Jadi kemungkinan besar, ini terjadi sore atau pagi. Karena hanya saat itu ajeng masih mengenakan pakaian kerja di rumah.'
Batin Abiyasa sekali lagi menganalisa penglihatannya yang membuatnya terkejut.
Sekarang tinggal masalah waktu. Tapi Abiyasa tidak bisa melihat kalender atau layar ponsel yang kemungkinan bisa memberikan petunjuk.
'Kapan hal itu akan terjadi. Jika di persempit seminggu 5 hari kerja, yang pasti kejadian ini di antara senin sampai jum'at. Dan pasti di luar tanggal merah.' Sekali lagi Abiyasa membuat perhitungan dengan analisanya.
'Jadi kesimpulannya, Ajeng diserang dan mati di pagi atau sore, di hari kerja, dengan luka tusukan di rumah.'
Akhirnya Abiyasa membuat kesimpulan bahwa situasi yang dilihatnya kali ini tampaknya adalah sebuah kejahatan yang akan terjadi di rumah pada hari kerja. Ajeng terlihat terkulai dengan luka tusukan dan bersimbah darah di lantai ruang tamu, yang mirip dengan pola lantai rumahnya saat ini. Terlihat juga meja dan sofa yang mirip dengan yang ada di ruang tamu rumahnya saat ini. Warna cahaya dalam gambaran tampak redup, menunjukkan bahwa kejadian ini terjadi di sore atau malam hari, atau mungkin juga di pagi hari.
Baju yang dikenakan oleh Ajeng adalah pakaian kerja, yang menunjukkan bahwa kejadian ini terjadi di pagi atau sore hari pada hari kerja. Jika dipersempit, kejadian ini kemungkinan terjadi di antara Senin sampai Jumat, di luar tanggal merah.
Mata Abiyasa telah terbuka lagi. Dia terlihat tegang dan berpikir keras untuk menemukan jawaban atas penglihatannya ini.
'Siapa pelakunya, dan apa motifnya membunuh Ajeng?' tanya Abiyasa dalam hati.
Abiyasa masih mencoba untuk berpikir tentang kejadian yang dia lihat ini, dengan meraba-raba dengan dugaan. Bagaimana dan siapa yang membunuh Ajeng.
Abiyasa mencoba merenungkan gambaran yang dilihatnya dan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan tentang siapa pelaku dan apa motifnya. Dia mengamati dengan cermat setiap detail yang dia lihat, mencoba membangun puzzle yang hilang.
Abiyasa berpikir bahwa tempat kejadian yang mirip dengan rumah Ajeng saat ini, mungkin bisa menjadi petunjuk yang berguna dalam menemukan pelaku. Namun, dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa luka tusukan pada Ajeng menunjukkan bahwa ini bisa menjadi pembunuhan yang telah direncanakan dengan cermat.
Sambil merenungkan gambaran itu, Abiyasa berbicara dengan dirinya sendiri dalam pikirannya, 'Siapa yang mungkin melakukan ini? Apakah Ajeng memiliki masalah dengan seseorang? Atau mungkin ada orang yang ingin mengambil keuntungan dari dia?'
Abiyasa mencoba membayangkan kemungkinan pelaku dalam pikirannya, berusaha untuk menemukan petunjuk dari detail-detail yang dia lihat.
Setelah beberapa saat merenung, Abiyasa akhirnya menyimpulkan bahwa pelaku mungkin orang yang memiliki akses ke rumah Ajeng dan mengenal jadwal kerjanya. Dia juga menduga bahwa pelaku mungkin memiliki motif untuk mencuri atau merampok. Namun, Abiyasa tidak bisa memastikan dan merasa bahwa dia perlu mencari petunjuk lebih lanjut untuk mengungkap kasus ini.
Sayangnya Abiyasa tidak tahu dan tidak bisa melihat keberadaan orang yang akan membunuh Ajeng. Dia masih menduga-duga, siapa yang telah melakukan sesuatu pada Ajeng.
'Apakah itu Alex, Bram atau kakak?'
Abiyasa merasa sangat tertekan dengan situasi ini. Dia merenungkan gambaran yang dia lihat secara terus-menerus, mencoba menemukan petunjuk yang berguna. Namun, dia justru merasa frustasi karena tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang melakukan tindakan tersebut.
Dia terus memutar otaknya, berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang muncul di dalam pikirannya. Dia terus berulang kali mempertimbangkan nama-nama pria yang berkelebat dalam pikirannya.
Ada nama Alex, Bram, dan Aji sebagai kemungkinan pelaku. Namun, dia tidak dapat menemukan bukti konkret yang dapat membuktikan salah satu dari mereka sebagai pelaku.
Abiyasa merasa kesulitan dan cemas karena situasi ini terus menghantuinya. Dia berusaha keras untuk menenangkan dirinya sendiri, mengingatkan dirinya bahwa dia harus tetap tenang dan mencari petunjuk lebih lanjut untuk mengungkap kasus ini.
Tapi di saat Abiyasa mencoba memegang tangan istrinya lagi, dia sudah tidak bisa melihat apapun. Termasuk kejadian yang tadi dilihatnya.
'Ini benar adanya, atau hanya pikiranku yang sedang terganggu?'
Sekarang Abiyasa ragu dengan penglihatannya sendiri, yang bisa melihat kejadian yang terjadi di masa mendatang.
'Tapi, kejadian di restoran malam itu memang akhirnya terjadi. Untungnya aku bisa merubahnya menjadi tertukar.'
'Tapi ini, apa yang bisa aku lakukan nanti?'
Abiyasa terus berpikir hingga tidak melihat waktu. Dan sekarang ini jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi, sedangkan Ajeng biasa bangun tidur jam setengah lima.
'Masih ada satu jam. Aku harus cepat tidur lagi sebelum Ajeng bangun.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Hadimulya Mulya
dari pada dia di bunuh,lebih baik kakak z di bunuh dlu,katanya pengusaha kan banyak uang nya,bisa menyewa org untuk bunuh kakak nya
2024-01-11
0
Demi sandi
bisa gak alur cerita nya jangan di ulang2 jadi bosan bacanya
2023-06-25
0
Ara Aulia
rambut acak apa aceh y
2023-06-23
0