Ketika Abiyasa mendengar suara berisik di kamarnya, ia merasa tidak nyaman dan segera keluar untuk mengecek keadaan. Setelah keluar, Abiyasa kaget melihat bahwa Ajeng telah disekap oleh Yayan.
"Siapa kamu? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Abiyasa dengan geram.
"Hahaha... Aku akan membunuhnya, setelah itu giliranmu!" Yayan berkata dengan sombongnya, mengarahkan pisau ke arah leher Ajeng.
"Aku tidak akan membiarkanmu melukainya!" Abiyasa merasa geram melihat Ajeng disekap dengan diancam pisau yang ada di lehernya.
Cepat Abiyasa teringat dengan penglihatannya tentang Ajeng yang meninggal dunia dalam keadaan tragis. Dan setelah diperhatikan pakaian yang dikenakan oleh Ajeng, Abiyasa semakin yakin bahwa apa yang dilihatnya tentang situasi ini akan terjadi hari ini.
Untuk bisa mengubah keadaan Ajeng, Abiyasa harus bertindak melawan Yayan dengan melupakan perannya yang biasanya sebagai orang yang bodoh dan idiot. Kali ini dia harus menunjukkan keberanian dan kekuatan yang luar biasa, keluar dari peran yang selama ini dilakukannya.
"Cuihhh! Ternyata dugaanku benar. Hahaha... dasar pembohong!"
Yayan akhirnya tahu kebenaran tentang Abiyasa yang memang tidak idiot. Ini sama seperti kekhawatiran Aji dan laporan yang dia berikan atas tugasnya.
"Tidak usah banyak bicara!"
Hup bug dag bug
Saat Abiyasa menyerang Yayan untuk menyelamatkan Ajeng dengan tangan kosong, Yayan membawa pisau yang tadi digunakan untuk mengancam Ajeng. Sedangkan Ajeng meringkuk dalam keadaan terikat dengan tali di sudut ruangan.
Abiyasa marah melihat Ajeng dalam keadaan seperti itu. Dia merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Ajeng, dan dengan cepat melompat ke depan untuk menyerang Yayan.
Abiyasa menyerang Yayan dengan pukulan tangan kanannya yang keras dan tajam ke arah mata Yayan yang separuhnya telah buta. Ini diketahui Abiyasa dari penglihatannya saat memegang tempat duduknya Yayan di halte yang berada di dekat kantor polisi.
Pukulan Abiyasa terarah lagi ke arah dada Yayan dengan kuat, membuat Yayan tersungkur ke lantai dan kehilangan pegangan pada pisau. Abiyasa kemudian mengambil pisau dari tangan Yayan dan melemparnya ke tempat yang jauh, sehingga Yayan tidak bisa menggunakannya lagi.
Sementara itu, Ajeng terus menangis dan berteriak ketakutan di sudut ruangan. Abiyasa mengambil tali yang digunakan untuk mengikat Ajeng dan dengan cepat membebaskannya. Setelah Ajeng dibebaskan, dia langsung berlari ke arah Abiyasa dan memeluknya dengan erat, merasa sangat lega dan berterima kasih karena Abiyasa telah menyelamatkannya dari bahaya.
"Terima kasih, Mas Abi. Hiks hiks hiks..."
"Kamu tunggu di sana, ya!"
Meskipun dalam keadaan masih sangat ketakutan, Ajeng yang terkejut dengan keadaan Abiyasa hanya bisa menurut. Sementara Yayan sendiri sudah kembali bangun dan bersiap untuk menyerang Abiyasa lagi.
Saat pertarungan antara Abiyasa dengan Yayan, Ajeng terus menangis dan menjerit ketakutan. "Awas, Mas Abi!"
Dug bug bug
Srett
"Agrhhh..."
Abiyasa memukul dengan keras tepat pada rahang Yayan, membuatnya merasa sangat pusing dan sakit di kepalanya. Sayangnya Yayan terhuyung-huyung ke tempat pisaunya tadi terlempar, membuatnya tersenyum penuh kemenangan karena mendapatkan senjata untuk melawan Abiyasa.
"Kau berani melawan aku? Kau tahu siapa aku?" tanya Wawan dengan seringai meremehkan.
"Aku tidak peduli siapa kau! Aku hanya melindungi orang yang memang seharusnya aku lindungi, karena dia adalah istriku!" Abiyasa tidak merasa gentar.
"Kau bodoh dan lemah! Kau tidak bisa mengalahkan ku! Hahaha..."
Yayan tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Abiyasa yang menurutnya membual saja. Dia adalah mantan atlet bela diri, jadi tidak mungkin kalah dengan Abiyasa yang biasanya bodoh.
"Kau salah besar, Yayan. Aku bisa mengalahkan mu jika aku mau, dan sekarang mari kita buktikan!"
Sepersekian detik Yayan merasa terkejut karena Abiyasa mengetahui namanya. Tapi secepat mungkin dia tetap tersenyum sinis mengejek dan meremehkan Abiyasa.
"Kau akan menyesal telah mencampuri urusanku dan berani melawanku!" teriak Yayan dengan tatapan mata yang tajam.
"Aku tidak akan menyesal melindungi Ajeng dari orang seperti kamu!"
Setalah itu keduanya kembali berkelahi, mengunakan tendangan demi tendangan serta pukulan yang mematikan lawan.
Abiyasa menangkap tangan Yayan yang memegang pisau, kemudian mengarahkan ke dalam saat dia berada di samping sehingga pisau tersebut menusuk perutnya Yayan sendiri.
"Arghhh... F*ck!"
Suasana semakin panas, apalagi Yayan terus mengeluarkan makian, teriakan, dan ancaman. Namun, Abiyasa tetap mempertahankan tekadnya untuk melindungi Ajeng dan juga dirinya sendiri, sementara Yayan merasa terancam dan marah karena Abiyasa berhasil melukai dirinya dengan senjata yang dia pegang sendiri.
Setelah perutnya terluka, gerakan Yayan saat menyerang Abiyasa tidak terarah. Dia sudah dikuasai emosi untuk segera mengalahkan Abiyasa, sehingga membuatnya tidak fokus saat melakukan gerakan menendang maupun saat memukul, sehingga Abiyasa bisa mengambil kesempatan.
Hal ini membuat Abiyasa mendapatkan angin segar untuk menyerang dan kembali melukai Yayan, dengan pukulan keras yang mengenai luka pada perutnya Yayan.
Bug
"Agrhhh..."
Brakkk
Tubuh Yayan terpental dan menebak meja, membuatnya jatuh dengan memegangi perutnya yang bertambah lebar pada lukanya. Darah terus keluar dari luka perutnya.
Ajeng menutup mata saat melihatnya. Dia tidak sanggup untuk melihat banyak darah yang berceceran, membuat bau anyir menyengat indra penciumannya. Tapi dia tidak bergerak dari tempatnya jongkok, menunggu Abiyasa yang masih berurusan dengan Yayan.
"Terpaksa aku menghabisimu, br3ngs3k!"
Srett srett srett
Currr...
Pisau milik Yayan, kini digunakan Abiyasa untuk menghabisi nyawa Yayan sendiri. Darah mengalir dari leher, dada dan perut Yayan, hingga ruang tamu tampak seperti rumah jagal hewan ternak.
Abiyasa berhasil mengalahkan Yayan.
Ajeng berlari memeluk Abiyasa dengan erat, merasa bersyukur bahwa dia memiliki seseorang seperti Abiyasa di sisinya.
Setelah pertarungan selesai, Abiyasa dan Ajeng duduk bersama untuk membicarakan apa yang telah terjadi. Ajeng merasa sangat terkejut dan terharu dengan tindakan Abiyasa yang heroik, karena dia selalu menganggap Abiyasa sama seperti orang lain, yang menganggapnya sebagai orang yang bodoh dan tidak bisa diandalkan. Namun, kali ini Abiyasa telah membuktikan bahwa dia bisa menjadi seseorang yang kuat dan tangguh.
"Hiks hiks hiks... terima kasih, Mas Abi."
"Sudah-sudah, Ajeng. Semuanya sudah berakhir sekarang. Kamu aman sekarang." Abiyasa menenangkan istrinya, dengan mengusap-usap pundak Ajeng.
"Terima kasih, Mas Abi. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi tanpamu. Hiksss..."
"Aku akan selalu melindungi mu, Ajeng. Aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu." Abiyasa belum bisa membicarakan tentang keadaan dirinya yang sebenarnya.
"A-ku tahu. Ta-pi aku masih merasa takut. Aku tidak ini ingin terjadi lagi. Huwaaaa..."
Ajeng justru menangis dengan keras, mengingat kejadian tadi. Dia hampir saja menjadi korban pembunuhan orang yang tidak dia kenal, yang tiba-tiba datang dan masuk kemudian menyerangnya.
"Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja sekarang. Aku akan selalu ada untukmu."
Sekarang Ajeng melepaskan pelukannya pada Abiyasa, meneliti suaminya yang seperti orang lain dan jauh dari kata biasanya.
"Bagaimana kau bisa begitu berani, Mas Abi? Kau... biasanya bodoh dan lemah." Ajeng bertanya dengan heran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Sak. Lim
goblokkkk mc
2023-06-24
0
MrQues Ques
wawan????
2023-06-22
0
Navis
mati yayan
2023-06-21
0