Aji terkejut saat mendengar berita tentang perusahaan Alex yang bangkrut, dan saat ini perusahaan milik Alex oleh sudah dibeli oleh seseorang. Bagaimanapun juga, Alex masih satu circle pertemanan dengan Aji.
Walau tidak dekat, namun Aji tahu bahwa Alex membangun perusahaannya mulai dari 0. Ia tak menyangka perusahaan sebesar itu telah dibeli seseorang bernama Indra.
"Aku penasaran dengan sosok Indra. Aku baru mendengarnya, dan siapa dia ya?"
Karena rasa penasarannya, Aji pun kemudian berusaha mendekati Indra untuk menjalin koneksi dan juga peluang kerja sama di kemudian hari.
Meskipun tidak terlalu dekat dengan Alex, tapi Aji merasa kaget atau terkejut karena ia mendengar tidak mau kejadian yang sama bahwa perusahaan milik temannya, Alex, telah bangkrut dan dibeli oleh seseorang bernama Indra akan dialaminya nanti.
Aji merasa prihatin karena ia tahu bahwa Alex telah bekerja keras untuk membangun perusahaannya dari awal dan sekarang harus menyerahkannya kepada orang lain. Apalagi dia yang tinggal meneruskan perusahaan ini, karena perusahaan ini adalah warisan keluarganya.
Aji dan Alex memang tidak dekat, tetapi mereka masih berada dalam satu lingkaran pertemanan, yang berarti mereka mungkin mengenal satu sama lain secara terbatas dan sering melihat atau mendengar kabar tentang aktivitas masing-masing atau kemungkinan memiliki klien yang sama. Oleh karena itu, Aji cukup terkejut karena ia tidak mengira bahwa perusahaan Alex akan bangkrut dan dijual ke tangan orang lain.
Sementara itu, pembelian perusahaan oleh Indra menjadi topik pembicaraan di antara lingkaran pertemanan Aji dan Alex serta para pengusaha lainnya. Aji yang merasa ingin tahu tentang Indra, seperti siapa dia dan apa yang membuatnya membeli perusahaan Alex. Aji jadi merasa khawatir tentang masa depan perusahaan yang pernah dimiliki oleh temannya, serta nasib para karyawan dan pelanggan perusahaannya Alex saat masih dipegang oleh Alex sendiri.
"Apa orang baru itu paham dengan aturan dan ketentuan yang ada di perusahaan tersebut? Lalu, bagaimana nasib alat sekarang?"
Pertanyaan demi pertanyaan diajukan oleh Aji. Tapi tentunya pertanyaan tersebut juga tidak ada yang bisa menjawabnya.
Kini Aji ingin mendekati Indra untuk menjalin koneksi dan peluang kerja sama, dia perlu mencari cara yang tepat untuk menghubungi Indra dengan cara mencari tahu Indra dari media sosial. Dia ingin menghubungi indra melalui akun media sosial atau email bisnis yang bisa dihubungi, atau mencoba mendapatkan nomor telepon atau alamat kantor Indra dari akun sosial tersebut.
"Apakah kamu tahu tentang Indra?"
"Apakah kamu bisa mendapatkan nomor ponsel Indra yang kemarin perusahaannya Alex?"
Aji mulai bertanya-tanya pada temannya untuk bisa menghubungi Indra. Dia juga meminta bantuan pada sekretarisnya untuk mencari tahu tentang pengusaha bernama Indra ini.
"Kamu cari tahu tentang Indra, yang dari kemarin sedang trending topik di beberapa media bisnis. Dia baru saja membeli perusahaannya pak Alex. Kamu paham, kan?"
"Ya, Pak. Saya akan segera mencarinya."
Tidak butuh waktu lama, akhirnya sekertaris Aji berhasil mendapatkan no ponsel yang bisa dihubungi.
Setelah berhasil mendapatkan nomor ponsel tersebut, atji langsung menghubungi Indra sendiri tanpa bantuan perantara orang lain.
Tapi setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Aji meminta bantuan kepada sekertaris nya saja. Dia tidak mau jika terkesan terburu-buru untuk mengenal sosok Indra.
"Kamu coba hubungi no Indra ini. Sampaikan kepadanya, jika Aku mengundangnya untuk bertemu."
Sekretaris Aji menggangguk mengiyakan permintaan Aji, kemudian segera menghubungi indra.
Tut tut tut
Tut tut tut
..."Halo, selamat siang." ...
..."Halo, pak. Saya sekretaris pak Aji. Saya ingin berbicara dengan Anda tentang peluang kerja sama dan kemungkinan koneksi bisnis di masa depan." ...
..."Oh, tentu saja. Saya senang mendengarnya. Apa yang dapat saya bantu?" ...
..."Sebentar, pak Indra. Ini ada pak Aji, biar beliau sendiri yang berbicara." ...
..."Ya, silahkan." ...
..."Halo, pak Indra. Selamat siang, dan dalam kenal dari saya, Aji." ...
..."Salam kenal juga, pak Aji. Terima kasih karena sudah menghubungi saya secara langsung. Saya jadi merasa terkesan." ...
..."Apa sebaiknya kita bertemu saja secara langsung untuk membicarakan beberapa hal yang ingin saya bicarakan dengan Anda, pak Indra." ...
..."Tidak masalah. Kebetulan saya tidak ada acara besok pagi." ...
..."Baiklah kalau begitu. Nanti saya akan memberikan kabar untuk tempat kita bertemu ya, pak Indra." ...
..."Ya, saya setuju." ...
Klik
Akhirnya Aji membuat kesepakatan untuk bertemu dengan Indra secara langsung besok, karena tidak etis membicarakan sebuah awal kerjasama melalui panggilan telpon seperti ini.
***
Di sebuah restoran yang sudah menjadi kesepakatan bersama antara Aji dan Indra, kini mereka sudah duduk saling berhadapan..
"Terima kasih atas undangannya, pak Aji." Indra mengucapkan terima kasih, karena dia juga baru bertemu untuk pertama kalinya dengan Aji.
"Sama-sama, pak Indra. Ehem... Saya mendengar bahwa Anda baru saja membeli perusahaan milik teman saya, Alex. Saya ingin tahu lebih banyak tentang perusahaan tersebut dan juga peluang kerja sama di bidang yang sama." Alex memulai pembicaraan ke arah serius.
"Ya, saya baru saja membeli perusahaan Alex dan saat ini kami sedang mencoba mengembangkan bisnis tersebut. Tentu saja, saya senang menjalin koneksi dan peluang kerja sama dengan orang-orang yang memiliki minat serupa. Apa yang Anda pikirkan tentang kerjasama kita, jika ada?"
Aji tersenyum senang melihat Indra yang ternyata antusias menanggapi perkataannya.
"Saya memiliki beberapa ide yang mungkin bisa bermanfaat untuk perusahaan Anda. Saya juga memiliki pengalaman di bidang yang sama dan saya berharap bisa ikut berkontribusi untuk keberhasilan perusahaan tersebut. Bagaimana menurut Anda?"
Indra terdiam beberapa saat kemudian berkata, "kedengarannya menarik. Mengapa tidak kita membicarakan ide-ide tersebut setelah makan siang, karena sepertinya itu lebih baik."
"Saya rasa juga begitu. Dan kebetulan makanan juga sudah siap. Mari, silahkan." Aji mempersilahkan Indra untuk menikmati makanan yang terhidang.
Akhirnya mereka berempat, bersama dengan sekertaris masing-masing menikmati makanan terlebih dahulu sebelum melakukan pembicaraan lebih lanjut lagi.
Setengah jam kemudian, Indra justru pamit untuk pergi terlebih dahulu karena ada kepentingan yang harus dia urus secepatnya setelah memeriksa layar ponselnya yang berkedip-kedip.
"Maaf. Saya minta maaf sekali, karena ada urusan yang sangat penting yang harus saya selesaikan secepatnya."
"Oh, tidak masalah."
Meskipun merasa kecewa, tapi Aji cukup puas karena berhasil menjalin pertemanan dengan Indra.
"Baiklah, besok pagi di kantor perusahaan saja, bagaimana?" Indra memberikan solusi.
"Itu terdengar bagus. Saya akan menunggu kedatangan Anda. Terima kasih sudah memberikan waktunya." Aji tentu saja langsung setuju.
"Terima kasih juga, pak Aji. Saya tidak sabar untuk bertemu dan membicarakan peluang kerja sama lebih lanjut. Sampai jumpa besok!"
Setelah keluar dari restoran dan meminta pada sekretarisnya untuk kembali ke kantor sendiri, Indra laporan ke Abiyasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
MrQues Ques
salam kenal😂
2023-06-22
0
ZasNov
One step closer, Abiyasa bakalan bisa menjatuhkan Aji seperti Alex.. 😄
2023-05-22
0
ZasNov
Indra langsung bisa menebak nih, Aji yang mana..Tanpa harus menyebutkan nama panjang dan perusahaannya..
Umpan sudah dimakan Aji rupanya 😆
2023-05-22
0