Semua orang yang mengenal Abiyasa sebagai seorang laki-laki yang tidak normal secara akal, kecuali Indra seorang.
Di mata Indra, orang kepercayaan Abiyasa, Abiyasa adalah seorang pengusaha sukses yang telah membangun kerajaan bisnisnya selama bertahun-tahun melalui kerja keras, tekad, dan kecerdasan bisnis yang tajam. Namun, tidak banyak diketahui orang lain.
Abiyasa memiliki usaha bisnis rahasia yang dia jalankan di pasar saham, dan dia mempercayakan usahanya itu pada teman dekatnya, Indra, untuk mengelola seluruh operasi atas nama Indra juga.
Setiap kali Abiyasa melihat grafik saham, tiba-tiba terbesit gambaran pergerakan saham untuk 2 minggu ke depan. Semacam kekuatannya Forecast, yang berguna untuk memperkirakan informasi yang bersifat prediktif dalam menentukan arah di masa depan dengan menggunakan data historis sebagai acuan.
Kelebihan Abiyasa ini dia miliki setelah keluar dari rumah sakit, pasca kecelakaan dulu.
Indra adalah pembantu kepercayaan Abiyasa yang telah bersumpah akan setia kepadanya. Abiyasa pernah menyelamatkan Indra dari gerombolan preman yang menyerangnya dan juga membiayai operasi jantung ayah Indra, meski ayahnya Indra akhirnya meninggal dunia. Tapi Indra berterima kasih kepada Abiyasa dan berjanji akan membalasnya dengan cara apa pun yang memungkinkan, meskipun harus bertaruh nyawa sekalipun.
Abiyasa telah tertarik dengan pasar saham selama bertahun-tahun, namun karena perannya yang mengharuskannya seperti orang idiot, dia tidak pernah bisa berpartisipasi aktif di dalam usahanya itu.
Dia melihat peluang di pasar saham untuk memperluas kerajaan bisnisnya lebih jauh dan memutuskan untuk berinvestasi di dalamnya. Namun, Abiyasa menyadari risiko yang ada di pasar saham, dan karena itu, dia memutuskan untuk mempercayakan pengoperasiannya kepada Indra, yang dia setir karena pemahamannya yang sangat baik tentang pasar saham. Dan yang terpenting, Indra juga dapat dipercaya.
Indra selalu memberikan laporan melalui email rahasia pada Abiyasa, sehingga tidak pernah diketahui oleh orang lain.
Handphone milik Abiyasa, kebanyakan hanya berupa aplikasi game atau permainan sehingga tidak pernah dicek oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Termasuk kakak ataupun istrinya sendiri.
Di jam-jam tertentu, Indra secara konsisten memberikan laporan-laporan yang dia berikan pada Abiyasa untuk diperiksa. Begitu juga dengan Abiyasa, yang selalu menerima laporan dan membalas laporan tersebut.
Setelah selesai memastikan bahwa email tersebut terkirim, Abiyasa long out dari email rahasianya kemudian kembali masuk ke email yang memang digunakan untuk handphonenya.
Abiyasa memang percaya 100% kepada Indra, yang telah menjalankan tugas yang dipercayakan Abiyasa kepadanya dengan sangat serius.
***
"Abi! Abiyasa..."
Ibu Endang berteriak memanggil menantunya, yang sedari tadi terlihat asik di balkon kamar. Dia berpikir bahwa, menantunya itu hanya sibuk bermain game atau melihat video-video yang tidak bermanfaat sama sekali.
"Abi turun! Bantu buang sampah!" perintah ibu Endang dari halaman samping, yang bisa melihat ke arah balkon kamar Ajeng.
Ajeng sendiri pergi ke bekerja setiap harinya, sedangkan ibu Endang hanya pergi ke toko miliknya sekali-kali. Melihat dan menerima laporan dari pengawas toko yang dia percaya.
"Abi, cepat turun!"
"Cepetan sini!"
Endang kembali berteriak memanggil Abiyasa, karena menantunya itu seperti tidak mendengar panggilannya.
"Apa?" tanya Abiyasa dengan melongok ke arah bawah, di mana Endang berdiri dengan berkacak pinggang dan wajah kesal.
"Sini cepetan turun, dasar pemalas!"
Dengan malas dan mengaruk-garuk pelipisnya, Abiyasa turun sesuai dengan keinginan ibu mertuanya. Dia yakin, jika telinganya tidak akan selamat dari jeweran Endang, sama seperti biasanya jika ibu mertuanya itu memberikannya pekerjaan.
Sekarang Abiyasa sudah berada di teras depan, di mana ibu mertuanya berada. Tapi ternyata ada pria muda yang duduk di kursi teras rumah, dengan hidangan kopi dan kue yang disuguhkan oleh ibu mertuanya sendiri.
"Sini kamu!"
Abiyasa mendekat, kemudian pria muda itu meminta pada Abiyasa untuk duduk di lantai. "Duduk!"
Dengan patuh Abiyasa duduk, tepat di tempat yang ditunjuk oleh pria muda tersebut. Ibu Endang, terkekeh geli melihat wajah Abiyasa yang benar-benar bodoh dan tidak melawan.
"Hihihi... dasar tidak berguna!"
"Anak bodoh ini seperti sebuah permainan yang bisa diperintah. Kali ini aku bisa menjadikannya mainan jika kamu ijinkan, Sayang."
Pria muda tersebut menyulut rokok dengan santainya, kemudian mengarahkan rokok yang sudah menyala ke wajah Abiyasa.
"Hisap!" perintah pria tersebut, dengan memaksa Abiyasa untuk menghisap rokok yang ada di tangannya.
"Uhuk uhuk uhuk!"
Abiyasa terbatuk-batuk, karena tidak terbiasa dengan asap rokok. Dia memang tidak pernah merokok, karena dia tidak tahan dengan asap nikotin yang terkandung dalam rokok tersebut.
"Hahaha..."
Dengan tidak ada rasa kasihan, pria muda tersebut menjadikan punggung tangan Abiyasa persis seperti asbak.
"Argh..."
Rokok yang masih menyala itu mati, saat ditekan ke punggung tangannya. Tentu saja Abiyasa merasakan kesakitan, di saat kulit tangannya bersentuhan dengan api rokok tersebut. Membuat tangannya melepuh karena terbakar.
Tapi hal itu justru membuat Endang dan pria muda tersebut tertawa-tawa senang, karena berhasil mempermainkan Abiyasa.
"Ternyata memang mengasyikkan, Sayang. Melihatnya kesakitan dan menderita seperti itu." Endang seakan-akan melihat sebuah pertunjukan sirkus, dengan mempermainkan menantunya.
Pria muda itu ternyata adalah kekasihnya Endang, dan rencananya kemarin kini akan dilaksanakan.
"Bagaimana jika kita mandikan dia dengan air comberan, kemudian menjemurnya di jalan. Setelah waktunya Ajeng pulang, baru dia kita ajak masuk. Ajeng pasti akan mual dan bosan dengan tingkah suaminya yang tidak berguna ini. Setelah itu, dia pasti akan menerima tawaran kamu, Sayang."
Abiyasa mendengarkan semua perbincangan mertuanya dengan pria muda tersebut, dengan semua rencana mereka yang ingin memperlakukan dirinya dengan tidak baik.
'Dasar manusia-manusia penjilat. Aku pastikan kalian akan membayar semua ini dengan cara yang paling cantik, sehingga kalian tidak akan pernah bisa melupakannya.'
Abiyasa membatin dengan semua rencana mertuanya, bersama dengan kekasih mudanya itu. Kini dia juga tahu apa yang sedang direncanakan oleh mertuanya.
Endang memang sudah lama meminta pada anaknya, Ajeng, supaya mau menceraikan Abiyasa. Dia berpikir bahwa pernikahan itu sudah terjadi, dan hutangnya juga sudah lunas. Itulah sebabnya, Endang sudah mempersiapkan calon suami untuk anaknya, yang merupakan rekan kerja kekasihnya itu.
"Ayo Sayang, tunggu apa lagi?!" ajak pria muda tersebut pada Endang.
Dengan senang hati Endang berdiri, kemudian menarik tangan Abiyasa. Dia memaksa menantunya itu untuk keluar dari pagar rumah, kemudian mengambil ember plastik untuk digunakan sebagai tempat air comberan yang akan digunakan untuk mengguyur tubuh Abiyasa.
Pria muda itu tersenyum miring melihat ke arah Abiyasa. "Aku pastikan bahwa kamu akan mendapatkan perhatian khusus dari orang-orang, yang membuat Ajeng malu dan tidak ingin melihatmu lagi."
Ternyata pria muda itu ingin mengerjai Abiyasa, agar orang-orang disekitar mengolok-ngolok dirinya. Dan jika itu diketahui oleh Ajeng, dengan tingkah suaminya yang bodoh, maka Ajeng akan putus asa dan lelah dengan semua yang telah dia pertahankan.
Itulah tujuan Endang dan pria muda tersebut, yang ingin membuat Ajeng menyerah kalah. Setelahnya Ajeng akan menceraikan Abiyasa, kemudian menerima tawaran mereka untuk menikah dengan pria lain yang sudah mereka persiapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Ratna Wati
itulah hidup yg lemah slalu di tindas
utangnya abiyasa cuma pura2. semua pasti ada karma nya.
2023-06-26
0
Rini Musrini
tunggu pembalasannya bu endang
2023-06-23
0
Navis
bener" licik dan munafik ya
2023-06-21
0