Ajeng awalnya menang terkejut saat melihat Abiyasa yang bisa melawan Yayan, kemudian bersikap normal sebagaimana orang normal pada umumnya. Dan setelah mengetahui rahasia yang disembunyikan Abiyasa selama ini, Ajeng justru merasa malu tapi juga bersyukur karena ternyata suaminya ini tidak sebodoh perkiraan orang-orang.
"Maaf, Mas Abi. Aku tidak tahu," ucap Ajeng meminta maaf lagi.
Saat ini dia sedang memeluk suaminya, membenamkan wajahnya di dada Abiyasa. Hal yang tidak pernah dia lakukan selama menjadi istrinya Abiyasa.
Kepala Abiyasa hanya mengangguk saja, meskipun Abiyasa juga tahu jika ajeng tidak bisa melihat anggukan kepalanya. Tapi tangan Abiyasa memberikan usapan-usapan lembut pada punggung istrinya, memberikan rasa aman dan nyaman bagi Ajeng.
Sekarang Abiyasa mencoba menyentuh Ajeng tanpa menggunakan sarung tangan. Dia ingin tahu, apakah masa depan Ajeng akan berubah atau tidak setelah peristiwa tadi. Tapi ternyata, di masa depan Ajeng tetap mati, walau cara matinya itu berbeda.
Hal ini membuat Abiyasa takut. Ia juga belum menceritakan tentang kekuatannya pada Ajeng. Dia tidak mau jika Ajeng justru kepikiran jika diberitahu tentang hal ini.
Abiyasa merasa gelisah setelah mengetahui bahwa Ajeng akan tetap mati, meskipun dia sudah mencoba untuk mengubah masa depan dan takdir Ajeng. Dia merasa seperti kekuatannya tidak berguna untuk menyelamatkan orang yang dia sayangi.
Abiyasa mencoba untuk melupakan hal itu agar bisa menjalani kehidupannya seperti biasa. Namun, rasa khawatirnya masih menghantui pikirannya setiap hari. Dia merasa seperti dia harus melakukan sesuatu untuk mengubah masa depan Ajeng, namun dia tidak tahu harus mulai dari mana.
'Apa yang harus aku lakukan agar Ajeng bisa selamat? Aku tidak bisa membiarkan dia mati dalam keadaan seperti itu. Tapi, apa yang dialami Ajeng ya?'
Pertanyaan demi pertanyaan muncul di benak Abiyasa, saat memikirkan penglihatannya soal kematian Ajeng.
Abiyasa merasa bingung dan takut dengan praduga-praduga yang ada di benaknya tentang kematian Ajeng. Ia merasa bahwa kekuatannya bisa berubah dan mempengaruhi masa depan, namun tetap saja, ia takut jika takdir Ajeng sudah tertulis dan tak bisa diubah. Di sisi lain, ia juga takut jika kemampuannya justru menjadi penyebab Ajeng meninggal dunia.
'Aku tidak mau jika kekuatan yang aku miliki ini justru yang membuatnya celaka. Jika bisa, aku akan merubah takdirnya sehingga bisa tetap bersamaku, mendampingiku hingga aku bisa melepas peran bodoh ini.'
Abiyasa terus berpikir dan mencoba mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya. Apakah ia harus memberitahu Ajeng tentang kemampuannya ataukah diam saja? Jika ia memberitahu, akankah Ajeng merasa takut atau justru berterima kasih? Dan jika ia memilih untuk diam, apakah Ajeng akan mempercayai dirinya dan terus bersama-sama dengannya tanpa mengetahui kekuatannya?
Abiyasa merasa terbebani dengan beban yang sangat berat dan terus memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menjaga Ajeng agar tetap hidup dan bahagia bersama dengannya. Namun, ia juga merasa bahwa ia tak bisa melawan takdir dan bahwa segala sesuatu sudah tertulis dan ditentukan oleh Tuhan. Ia merasa takut bahwa Ajeng akan meninggal dalam kondisi apapun, bahkan jika ia tak melakukan apapun untuk mencegahnya.
'Aku akan berusaha untuk menyelamatkan Ajeng dalam keadaan apapun.'
Dalam pikirannya, Abiyasa merasa sangat tidak adil bahwa ia memiliki kekuatan untuk melihat masa depan namun tidak bisa mengubahnya. Ia merasa seperti terjebak dalam sebuah lingkaran tak berujung dan tak bisa keluar dari keadaan itu. Namun, ia tahu bahwa ia harus tetap berusaha dan tidak menyerah, bahkan jika semua terlihat suram dan tidak ada harapan.
Sesuatu memang kadang tidak pernah terduga, sehingga Abiyasa akhirnya memutuskan untuk tidak memberitahu Ajeng tentang kemampuannya dan memilih untuk menjaga rahasianya. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan segala cara untuk melindungi Ajeng dan menjaga agar ia tetap hidup. Meskipun Abiyasa tahu bahwa ia bisa mengubah takdir, meskipun dengan cara yang sulit sekalipun. Ia yakin bahwa dengan cinta dan usaha yang keras, ia bisa membuat masa depan menjadi lebih baik bersama dengan Ajeng.
***
Setelah menyadari bahwa Ajeng akan mati suatu saat nanti, meskipun dalam bentuk yang berbeda, Abiyasa merasa terobsesi untuk mengetahui penyebab kematiannya dan apakah ada cara untuk mencegahnya. Dia mulai menganalisis setiap peristiwa yang terjadi di sekitar Ajeng, mencari tanda-tanda penyebab kematian di masa depan.
Dia memikirkan apakah bisa menghindari kejadian tersebut atau bahkan mengubah masa depan. Tapi, semakin lama Abiyasa berpikir, semakin tidak mungkin tampaknya itu terjadi. Dia merasa terjebak dalam keputusasaan dan kegelisahan.
"Apa yang harus saya lakukan?" pikir Abiyasa dalam hatinya. "Bagaimana saya bisa mencegah Ajeng dari kematian yang tidak bisa dihindari?"
Abiyasa mencoba untuk menganalisis setiap kemungkinan penyebab kematian Ajeng, namun semuanya terasa sia-sia. Setiap skenario yang dia pikirkan mengarah pada kematian Ajeng, tidak peduli berapa kali dia mencoba untuk mengubah keadaan.
"Pernahkah saya melakukan sesuatu yang mungkin menyebabkan Ajeng mati?" Abiyasa merenungkan masa lalu mereka dan mulai merasa bersalah. "Mungkin ada sesuatu yang saya bisa lakukan untuk mencegah kematian Ajeng."
Namun, Abiyasa tidak bisa menemukan jawaban pasti. Dia merasa semakin terhimpit dan terjebak dalam pikirannya sendiri.
"Mungkin saya harus meminta bantuan dari seseorang yang tahu lebih banyak tentang hal ini," kata Abiyasa kepada dirinya sendiri.
"Mungkin ada cara untuk menghindari kematian Ajeng, dan saya harus mencarinya."
Abiyasa menyadari bahwa dia harus menyelesaikan masalah ini sebelum terlambat, dan dia akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan Ajeng. Namun, dia tahu bahwa dia harus merahasiakan kemampuannya dari Ajeng dan orang lain, karena dia tidak ingin membuat mereka khawatir atau takut.
"Mas Abi, bisa minta tolong?" tanya Ajeng, membuyarkan lamunan Abiyasa.
"Ya, ada apa?"
Abiyasa datang mendekat ke arah Ajeng yang berdiri di depan lemari, mencoba untuk menggapai bagian atas.
"Maaf, mas Abi. Aku ingin ambil kardus itu, tapi tidak bisa. Mas Abi bisa bantu ambil kardus itu?" Abiyasa menggangguk mengiyakan permintaan dari Ajeng.
Sekarang Abiyasa tidak perlu berpura-pura bodoh jika ada di depan Ajeng. Hanya di depan Ajeng saja, karena selain Indra, saat ini hanya Ajeng saja yang tahu bagaimana keadaan dirinya yang sebenarnya.
Brukkk
"Ahhh..."
"Ajeng!"
Abiyasa terkejut saat Ajeng tertimpa kardus yang lain, saat dia mengambil kardus yang dimaksud Ajeng. Dia segera menangkap tubuh istrinya, agar tidak jatuh ke lantai.
Kini tubuh Ajeng berada di dalam dekapan Abiyasa, dengan detak jantungnya yang berdegup kencang. Ajeng merasakan hawa panas akibat gerakan cepat Abiyasa ini.
Begitu juga dengan Abiyasa sendiri, yang selama ini memang belum pernah menyentuh Ajeng selayaknya seorang suami pada istrinya.
"Ma-af, Mas Abi."
Tapi Abiyasa tidak menyahuti permintaan maaf dari istrinya. Dia justru lebih mengeratkan pelukannya pada tubuh Ajeng, membuat wajah Ajeng semakin memerah. Dan setelah itu, Abiyasa dengan sengaja menyentuh bibir Ajeng dengan bibirnya sendiri.
"Ummm..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Ohim Ohim
berbelit belit,, dan di ulang ulang kata katanya,,
2023-08-01
0
Navis
wes tak wenei vote 1 thor,,,durong iso wenei hadiah bunga mawar,,🙏,,,soale koine durong cukup, tetep smngat yo authorku trsyg,,,sehat" sllu dan di lancarkan rizkinya🤲🤲🤲🥰🥰🥰🥰
2023-06-22
0
Navis
kpan ya mp mrka🤔,,,apkh stlah badai berlalu🤔🤔🤔
2023-06-22
0