Saat ini rumah Endang sedang sepi. Ajeng pergi ke kampus, sedang Endang sendiri sedang pergi ke butiknya.
Karena rumah dalam keadaan sepi dan hanya ada Abiyasa yang dikunci dari luar, Abiyasa jadi bebas melakukan apa saja tanpa harus berpura-pura idiot. Suasana tenang dan sunyi ini dimanfaatkan oleh Abiyasa untuk mengecek beberapa laporan uang masuk ke email-nya tanpa harus merasa khawatir dengan syara suara bising mertuanya yang biasanya mengganggu.
Seluruh ruangan di rumah juga terlihat rapi dan tertata dengan baik, dan tidak ada tanda-tanda kegiatan yang sedang berlangsung, karena Abiyasa sedang berada di kamar. Untuk pembantu rumah, mereka hanya datang saat diundang dan diperlukan tenaganya saja.
"Hehhh, capek juga di dalam kamar terus. Aku mau keluar sebentar," keluh Abiyasa, yang bosan berada di dalam rumah sehingga keluar menuju ke balkon kamar.
Dengan berada di balkon kamar, dia bisa melihat situasi teras depan. Jadi Abiyasa bisa melihat seandainya mertuanya pulang ke rumah, agar dia bisa bersiap-siap untuk memerankan sosoknya yang idiot.
Abiyasa kembali sibuk dengan ponselnya, tapi kali ini dia sedang melakukan panggilan telepon dengan seseorang. Dia memang pura-pura menjadi idiot jika berbicara dengan orang banyak, tetapi ketika tidak ada orang di sekitarnya, dia akan sibuk dan terlibat dalam percakapan yang serius dengan orang yang dipercayainya.
..."Lanjutkan saja rencana berikutnya."...
..."Baik, mas Abi. Sepertinya kakak mas Abi juga tidak menaruh curiga atau apapun dengan saya."...
Suara Abiyasa yang berbicara dengan nada yang lebih rendah, memperhatikan setiap kata yang diucapkan oleh lawan bicaranya, juga memperhatikan situasi sekitar. Dia juga terlihat seperti orang normal jika sedang melakukan panggilan telepon.
Meskipun Abiyasa pura-pura idiot di depan orang banyak, namun dalam panggilan telepon ini dia terlihat berbeda dan terlihat seperti orang yang cerdas dan terampil dalam berkomunikasi. Kegiatan ini mungkin terlihat biasa saja, tetapi untuk Abiyasa, ini adalah momen untuk menunjukkan kemampuannya yang sebenarnya.
Sayangnya Abiyasa tidak menyadari dengan kehadiran seseorang yang sedang mengintainya di luar rumah. Gerakan orang tersebut sangat berhati-hati, takut jika ketahuan. Apapun yang dilakukannya kini tentunya menimbulkan kecurigaan seandainya ada orang yang memergoki.
Orang tersebut bersembunyi di sudut bangunan yang tidak terpakai sehingga lebih gelap dibandingkan dengan tempat yang lain, dan yang lebih penting tidak bisa dilihat oleh Abiyasa dari tempatnya berada.
Orang tersebut juga menggunakan kamera atau binoculars untuk memantau gerak-gerik Abiyasa dari jarak yang aman.
"Dia sedang bermain seperti orang yang sedang menelpon, atau memang sedang menelepon seseorang?" tanya orang tersebut saat melihat bagaimana Abiyasa yang sedang menghubungi Indra.
Meskipun tidak ada yang melihat apa yang dilakukannya, orang yang sedang mengintai Abiyasa tetap merasa deg-degan. Jantungnya berdetak lebih cepat dan pikirannya penuh dengan spekulasi dan kecurigaan, di saat mencoba untuk memahami setiap aktivitas yang dilakukan oleh Abiyasa dari kejauhan.
Orang tersebut sangat berhati-hati karena khawatir akan tertangkap oleh seseorang, kemudiaan dilaporkan sehingga mendapatkan konsekuensi hukum atau sosial.
"Aku tidak bisa mendengar apa yang sedang dua bicarakan dan yang dikerjakannya. Entah itu memang dia sedang menelepon seseorang atau hanya bermain-main menirukan orang-orang normal yang sedang menelpon."
Orang tersebut kembali bergumam untuk menganalisa apa yang dia lihat atas kelakuan Abiyasa saat ini.
Sesaat kepala orang tersebut terlihat menoleh ke kanan dan ke kiri, kemudian kembali mengarah ke tempat Abiyasa berada. Dia mencoba untuk tetap tenang dan berhati-hati agar tidak terdeteksi dan ketahuan orang lain.
***
"Siapa itu? kok sedari tadi apa yang dilakukannya mencurigakan." Bram bertanya pada dirinya sendiri, saat melihat seseorang yang sedang memperhatikan rumah Endang.
"Mau apa dia? Apa dia pencuri?" tanya Bram lagi, saat yakin jika orang tersebut memang sedang mengintai rumah kekasihnya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak bisa membiarkan dia mencuri. Tapi... tunggu, apa yang dia bawa?" Bram terbelalak melihat orang tersebut yang sedang membawa kamera, dan kamera tersebut mengarah ke balkon kamar.
"Abiyasa?"
Bram baru sadar jika orang tersebut memperhatikan Abiyasa yang sedang berada di balkon kamarnya sendiri.
Bram kembali memperhatikan orang yang saat ini sedang memperhatikan Abiyasa, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Lelaki yang ditaksir berumur sekitar 40 tahun-an ini tampak kekar, dengan tatto yang ada di punggung tangannya. Leher bagian belakang juga ada tatto, membuat Bram sudah menciut sebelum melihat wajah orang tersebut.
"Siapa ya? Jika dia ingin mencuri, kenapa tidak langsung masuk karena rumah Endang sedang sepi. Tapi..."
Bram kembali memperhatikan bagaimana kondisi orang tersebut. Dari segi pakaian dan sepatu yang dikenakan oleh orang tersebut, Bram merasa yakin bahwa orang tersebut bukanlah orang sembarangan.
Sekarang Bram berpikir bahwa orang tersebut sebenarnya memiliki tujuan yang sama seperti dirinya, yaitu sama-sama menguntit Abiyasa. Sampai akhirnya, orang yang diperhatikan Bram menoleh dengan gelisah karena curiga dengan keadaan sekitar. Instingnya mengatakan bahwa ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon memperhatikan dirinya.
Bram bermaksud mengikuti orang tersebut, karena sadar bahwa orang itu juga mengikuti Abiyasa. Sama seperti dirinya. Tapi Bram tentu saja tidak mau ketahuan sehingga bersembunyi. Sayangnya kakinya tidak sengaja menginjak ekor kucing, sehingga kucing tersebut mengeong dan keberadaannya ketahuan.
Meong!
Brukkk
Bram terjatuh karena terkejut, tapi buru-buru berdiri kemudian berlari. Sedangkan orang yang dicurigai Bram, melihat keberadaannya dengan terkejut sehingga curiga dan mengejarnya.
Orang tersebut adalah ahli mantan atlet bela diri, dan dia bisa parkoer, jadi dia berlari lebih cepat sehingga bisa menangkap Bram dengan mudah.
Brukkk
Dug bug bug
"Siapa kamu?!"
Orang tersebut bertanya dengan menindih tubuhnya Bram dari arah belakang dengan kedua tangan Bram yang dia pegang ke belakang juga agar Bram tidak bisa melawan.
"Katakan, siapa kamu dan apa tujuanmu?!" tanya Yayan.
Orang yang mengawasi Abiyasa adalah Yayan. orang suruhan Aji.
"Sa-ya... saya juga punya niatan sama seperti, kamu." Bram menjawab dengan terbata-bata.
"Apa maksudmu?!" Yayan justru merasa curiga karena Bram mengatakan sesuatu yang memang sedang dia kerjakan.
"Ka-mu sedang mengawasi Abi, iya Abiyasa. Benar, kan?" Bram mencoba bertanya tentang kecurigaannya yang tadi.
"Lalu?" Yayan kembali bertanya.
"A-ku juga sed-dang mengawasi Abiyasa."
Bram memberitahu apa yang sedang dikerjakannya di tempat ini. Tapi Yayan tidak percaya, bahkan dia mematahkan jari tangan Bram satu per satu sambil terus bertanya, siapa yang menyuruhnya.
"Argh..."
Kleg kleg
"Siapa yang menyuruhmu?!" Yayan bertanya dengan geram.
"Arghhh... ti-dak. Tidak ada. A-aku hanya merasa penasaran dengan Abiyasa. A-ku ingin membunuhnya."
Bram berkali-kali mengatakan bahwa dia punya tujuan yang sama untuk membunuh Abiyasa. Tapi tidak pernah mengatakan siapa yang menyuruhnya, karena sebenarnya memang tidak pernah ada yang menyuruhnya. Dia hanya ingin memuluskan rencana Endang untuk menjodohkan Ajeng dengan Alex.
Meskipun sebenarnya Alex sudah bangkrut, tapi Bram tahu jika Alex masih memiliki kekayaan yang tidak hanya berupa perusahaan saja.
Sayangnya Yayan tetap tidak percaya, sampai akhirnya, leher Bram digorok.
Srett
"Arghhh..."
Srett srett currr
Darah mengalir deras dari leher Bram akibat sayatan yang dibuat oleh Yayan.
Cepat Yayan membereskan mayat Bram. Bahan dengan mudah dia menemukan gulungan kawat berduri pada area perkebunan yang sedang tidak dirawat pemiliknya. Bangunan yang tadi digunakan untuk bersembunyi, memang ada kebunnya dan sepertinya kawat berduri tersebut adalah sisa-sisa proyek untuk pembangunan disekitar sini.
Akhirnya Yayan yang sudah membunuh Bram, mengunakan kawat-kawat tersebut untuk melilit mayat Bram, kemudian dia menyeretnya ke arah mobil. Dia bermaksud membuang mayat Bram di rawa-rawa.
Tujuannya dibuang di rawa adalah agar tubuh mayat tersebut cepat membusuk, dan dengan dililit kawat-kawat yang tentunya banyak berduri, tubuh yang membusuk ini terurai dan menjadi makanan ikan.
Dengan begitu, jejak mayat akan hilang dan tidak terdeteksi oleh pihak yang berwajib.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Navis
ihhhhj serem yo,,,koyo gorok ayam
2023-06-21
0
ZasNov
Aduh Bram akhirnya digorok sama Yayan.. Mungkin Yayan tidak ingin mengambil resiko karena ada yang tau tentang dirinya yang sedang mengintai Abiyasa..
2023-06-08
0
ZasNov
Aduh Abiyasa malah ga sadar ada yang mengawasinya.. Semoga orang itu hanya mengira kalau Abi sedang berpura2 menelepon..
2023-06-08
0