Tentang Bang Anggi.

Bu Lia sudah pulang, demikian juga dengan pak Bima, kepala lingkungan itu datang kemari hanya untuk memesan daging ayam untuk acara hajatan anak pak lurah.

Pak Bima juga memberikan tagihan retribusi desa, dan setelah dibayar oleh kasir, pak Bima langsung pulang.

"bu, kak Mira dan bang Anggi. yuk kita ngobrol di belakang."

Calon istrinya bang bang Anggi memaksanya dan akhirnya ikut ke belakang untuk ngobrol.

Setelah mempersilahkan mereka bertiga untuk duduk dan meminta pegawai untuk membuatkan minuman untuk kami bertiga.

Teh sudah tersaji dan bang Anggi masih mengenakan masker walaupun sudah di ruangan berpendingin seperti ini.

"saya minta maaf ya bang Anggi, atas ketidaknyamanannya ini, saya ngak niat buruk terhadap abang.

Hanya saja saya kangen sama abang, karena tidak satupun diantara abang-abang ku yang datang kemari.

Nomor handphone non aktif, sehingga susah untuk berkomunikasi.

Bu.....

kak Rima, saya mintak maaf ya. jangan karena hal ini hubungan kak Rima dan bang Anggi menjadi renggang.

Bernat hanya kangen aja kak, ngak lebih dari situ."

"ngak ada yang salah Bernat, hanya karena keegoisan aja sebenarnya.

Ibu jujur sama kamu Rima, kalau ibu sebenarnya tidak menyukai nak Anggi.

Sombong dan tidak sopan santun, tapi karena ayah mu yang memberikan restu dan ibu tidak bisa berbuat apa-apa.

Calon suami ini tidak punya etika dan sopan santun, dan begitu sombong nya nak Anggi ini berkata kalau gedung tempat praktek nya itu adalah milik nya pribadi.

Nyata apa? sewa rupanya.

Nak Anggi juga berkata kalau dirinya sebatang kara di dunia ini, tapi nyatanya masih punya adik.

Mungkin saja punya ayah atau ibunya, mungkin juga pun saudara nya yang lain.

Ibu kwatir jika nak Anggi sudah punya istri, mungkin ya."

"i....bu.......

kok ngomong gitu?"

"bisa aja Mira, sama ibu ngakunya sebatang kara di dunia ini, tapi ternyata punya adik.

Nak Anggi, apalagi yang tidak kami ketahui tentang latarbelakang dirimu dan juga keluarga Mu?"

Bang Anggi terdiam dan masih mengenakan masker penutup mulut itu.

"nak Anggi, ruangan ini bersih dan wangi. tolong buka masker mu."

Akhirnya bang Anggi membuka maskernya karena desakan dari calon ibu mertua nya, lalu menatapku dengan tajam.

"ayo cerita Anggi, jangan sampai ibu ketahui dari orang lain."

Calon ibu mertuanya mendesak bang Anggi dan tatapan itu mengarah ke calon ibu mertuanya.

"Bernat ini adalah adik tiri ku, kami hanya satu ibu saja dan ayah kami beda.

Saudaraku yang lain sudah meninggal, dan Bernat tidak saya anggap sebagai adikku."

Mendengar bang Anggi bicara, seketika air mataku mengalir dan langsung aku seka air mata itu agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dan calon ibu mertuanya.

Tapi calon ibu mertuanya malah menatapku dengan tatapan yang penuh keraguan, sepertinya calon ibu mertuanya bang Anggi itu tidak percaya dengan ucapan dari bang Anggi.

"nak Anggi, saya ini adalah dosen psikolog. kamu kita ibu langsung percaya begitu saja?

terlihat dari tatapan mu dan juga mimik wajah mu yang berbohong.

Nak Bernat, tolong ceritakan yang sebenarnya."

Tarik napas dalam-dalam dan hembuskan, berusaha untuk tenang.

"Bernat tidak tahu salah apa terhadap abang-abang ku, tapi apa yang dikatakan oleh bang Anggi itu adalah bohong.

Kami lima bersaudara bu, dan semuanya laki-laki.

Anak yang paling besar namanya bang Damar seorang dokter di rumah sakit daerah yang tidak jauh dari sini.

Anak kedua bang Anggi, ketiga bang bang Firman, ke empat bang Jepri dan terakhir saya bu.

Kedua orang tua kami sudah bercerai, dan ibu kami sudah meninggal, sementara ayah kami menikah kembali dan saya tidak tahu tinggal dimana sekarang.

Keluarga yang Bernat ketahui, yaitu satu om kami, adik laki-laki dari pihak ibu dan dua lagi adik perempuan dari pihak ibu.

Semua tetangga disini adalah sepupu dari almarhum kakek, yang artinya kami yang ada disini masih keluarga dekat."

Setelah mendengar penjelasan ku, calon istrinya bang Anggi dan calon ibu mertuanya, terlihat sangat kecewa kepada bang Anggi.

"sudah tahu kan yang sebenarnya? lalu gimana ini?"

Pertanyaan dari bang Anggi membuat calon istri dan juga calon ibu mertuanya semakin kecewa.

"Rima.....

Ibu sangat meragukan calon suami mu ini, bukan hanya dari sisi psikologis tapi secara hati nurani seorang ibu untuk putrinya.

Sejak awal ibu tidak memberikan restu untuk hubungan kalian berdua, Rima hanya mendapatkan restu dari ayah mu.

ini tentang pilihan mu Rima, nantinya kamu yang menjalaninya.

Rima putri ibu sudah dewasa, dan sudah selayaknya bisa menentukan pilihan mu."

Calon istri bang Anggi terlihat menarik napasnya, dan kemudian menatap bang Anggi.

Lalu kak Rima mengeluarkan handphone nya dan menunjukkan sesuatu dari headphone itu kepada bang Anggi.

"coba abang jelaskan siapa perempuan dan anak kecil yang bersama abang di photo ini?"

Bang Anggi terdiam tapi jelas terlihat keraguan dari sorot mata itu.

"itu sepupuku dan juga keponakan ku?"

"tapi sebatang kara di dunia ini, yang jelas ngomong nya bang, jangan berbelit-belit."

"apa sih mau sebenarnya? kenapa tiba-tiba menyudutkan saya seperti ini?"

Calon istrinya bang Anggi meneteskan air matanya ketika mendengar ucapan berupa pertanyaan dari bang Anggi.

"Rima ngomong ke ayah dan ibu, kalau klinik itu adalah modal abang keseluruhan nya. itu agar ayah dan ibu merestui hubungan kita.

Walaupun abang hanya modal tenaga, dan catatan keuangan yang tidak transparan.

Rima hanya menunggu waktu yang tepat untuk meyakinkan hatiku, berkorban perasaan dan juga emosi yang aku tahan.

Saya sudah menyelediki kemana penghasilan klinik itu di transfer, dan nyatanya uang itu ditransfer ke nama seorang perempuan.

perempuan itu adalah Istrimu dan photo itu adalah istri dan anak mu.

Semakin jelas sekarang, dan saya punya alasan untuk mendepak mu dari kehidupan ku dan juga semua usaha Ku.

Teka-teki tentang kamu, sekarang sudah terjawab. sudah sudah saatnya kau pergi enyah dari hidupku."

Kak Mira terlihat begitu emosi, ucapannya yang berapi-api seraya menatap tajam ke arah bang Anggi.

Tersulut emosi yang terpendam dan kak Rima meluapkan itu semuanya, calon istri dari Anggi itu berkali-kali menyeka air matanya.

Kekecewaan terlihat jelas dari sorot matanya, ibunya langsung memeluk putrinya itu.

Bang Anggi menatapKu dengan tatapan yang tajam, seolah-olah aku lah yang bersalah disini.

Plak......

Tamparan melayang keras di pipi bang Anggi, tamparan dari calon mertuanya.

Wajah bang Anggi terlihat merah, sorot matanya yang memancarkan kemarahan.

Episodes
1 Terlihat Seperti apa itu Saudara.
2 Haru
3 Nenek Meninggal Dunia.
4 Klaim.
5 Tatapan yang Kecewa.
6 Kacang Lupa akan Kulitnya.
7 Harta Peninggalan.
8 Perhitungan.
9 Wasiat Kakek.
10 Peralihan.
11 Merekrut Pegawai Baru.
12 Pertemuan Yang Tidak Terduga.
13 Malu
14 Tentang Bang Anggi.
15 Pertemuan Yang Tidak di Harapkan.
16 Kedatangan Tamu Lagi.
17 Kunjungan Dari Ketiga Abang.
18 Bang Jepri dibawa oleh bang Firman.
19 Ada apa dengan bang Firman?
20 Musyawarah.
21 Istri Bang Firman
22 Kiriman Pengacara.
23 Somasi
24 Diskusi.
25 Meraba Keikhlasan.
26 Sidang.
27 Sidang Lanjutan.
28 Penjelasan Yang Tidak Masuk Akal.
29 Kekwatiran Terhadap Bang Jepri.
30 Kisah Yang Lain.
31 Bang Jepri jadi Manusia Silver.
32 Permasalahan Manusia Silver.
33 Gatal-gatal.
34 Bang Jepri Siuman.
35 Pengacara Baru Damar.
36 Bang Jepri Memaksa Untuk Pulang.
37 Saling Menguatkan.
38 Sidang Putusan.
39 Jepri Pingsan Di Persidangan.
40 Bang Jepri Meninggal Dunia.
41 Hasil Otopsi.
42 Kedua Istri Damar.
43 Mahasiswi Cantik.
44 Di Usir Istri Pertama.
45 Panggilan Polisi.
46 Baru Terasa.
47 Bocil Beringas.
48 Menyerahkan Keponakan ke Panti Asuhan.
49 Istri Kedua Anggi
50 Perempuan Dari Anggi Lagi.
51 Berani Melawan.
52 Kisah Dari Ketiga Saudara.
53 Kisah Dari Bang Anggi.
54 Firman Akhirnya di Bekuk Polisi.
55 Solusi Yang Baik.
56 Kebahagiaan Yang Sederhana.
57 Obrolan Dengan Bang Yusuf.
58 Bertemu Parasit Lagi.
59 Sedikit Pencerahan.
60 Berhadapan Para Warga.
61 Sidang Warga
62 Terpuruk.
63 Damar Dan Perbuatannya.
64 Mengasingkan Diri.
65 Takut Jatuh Cinta.
66 Cerita Yang Melelahkan.
67 Petuah Dari Senior.
68 Kecelakaan.
69 Adek-adek Sudah Siuman.
70 Rencana.
71 Melamar Risa.
72 Teduh.
73 Memprovokasi.
74 Ada Hal Lain.
75 Reva Sekarat.
76 Korban.
77 Ikhlas Obat Yang Mujarab.
78 Pengertian.
79 Rencana Pernikahan.
80 Pengakuan Damar.
81 Mencoba Untuk Ikhlas.
82 Lamaran.
83 Bahagia.
84 Malam Pengantin.
85 Tali Persaudaraan Yang Putus.
86 Kisah Arpin dan Boy.
87 Tinggal Sementara di Lampung.
88 Istri Yang Lain Dari Ayah Kami.
89 Pengalaman Yang Ngeri Dari Keluarga.
90 Kabar Bahagia.
91 Penghargaan
92 Kisah Yang Unik.
93 Keluarga Tidak Harus Sedarah.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Terlihat Seperti apa itu Saudara.
2
Haru
3
Nenek Meninggal Dunia.
4
Klaim.
5
Tatapan yang Kecewa.
6
Kacang Lupa akan Kulitnya.
7
Harta Peninggalan.
8
Perhitungan.
9
Wasiat Kakek.
10
Peralihan.
11
Merekrut Pegawai Baru.
12
Pertemuan Yang Tidak Terduga.
13
Malu
14
Tentang Bang Anggi.
15
Pertemuan Yang Tidak di Harapkan.
16
Kedatangan Tamu Lagi.
17
Kunjungan Dari Ketiga Abang.
18
Bang Jepri dibawa oleh bang Firman.
19
Ada apa dengan bang Firman?
20
Musyawarah.
21
Istri Bang Firman
22
Kiriman Pengacara.
23
Somasi
24
Diskusi.
25
Meraba Keikhlasan.
26
Sidang.
27
Sidang Lanjutan.
28
Penjelasan Yang Tidak Masuk Akal.
29
Kekwatiran Terhadap Bang Jepri.
30
Kisah Yang Lain.
31
Bang Jepri jadi Manusia Silver.
32
Permasalahan Manusia Silver.
33
Gatal-gatal.
34
Bang Jepri Siuman.
35
Pengacara Baru Damar.
36
Bang Jepri Memaksa Untuk Pulang.
37
Saling Menguatkan.
38
Sidang Putusan.
39
Jepri Pingsan Di Persidangan.
40
Bang Jepri Meninggal Dunia.
41
Hasil Otopsi.
42
Kedua Istri Damar.
43
Mahasiswi Cantik.
44
Di Usir Istri Pertama.
45
Panggilan Polisi.
46
Baru Terasa.
47
Bocil Beringas.
48
Menyerahkan Keponakan ke Panti Asuhan.
49
Istri Kedua Anggi
50
Perempuan Dari Anggi Lagi.
51
Berani Melawan.
52
Kisah Dari Ketiga Saudara.
53
Kisah Dari Bang Anggi.
54
Firman Akhirnya di Bekuk Polisi.
55
Solusi Yang Baik.
56
Kebahagiaan Yang Sederhana.
57
Obrolan Dengan Bang Yusuf.
58
Bertemu Parasit Lagi.
59
Sedikit Pencerahan.
60
Berhadapan Para Warga.
61
Sidang Warga
62
Terpuruk.
63
Damar Dan Perbuatannya.
64
Mengasingkan Diri.
65
Takut Jatuh Cinta.
66
Cerita Yang Melelahkan.
67
Petuah Dari Senior.
68
Kecelakaan.
69
Adek-adek Sudah Siuman.
70
Rencana.
71
Melamar Risa.
72
Teduh.
73
Memprovokasi.
74
Ada Hal Lain.
75
Reva Sekarat.
76
Korban.
77
Ikhlas Obat Yang Mujarab.
78
Pengertian.
79
Rencana Pernikahan.
80
Pengakuan Damar.
81
Mencoba Untuk Ikhlas.
82
Lamaran.
83
Bahagia.
84
Malam Pengantin.
85
Tali Persaudaraan Yang Putus.
86
Kisah Arpin dan Boy.
87
Tinggal Sementara di Lampung.
88
Istri Yang Lain Dari Ayah Kami.
89
Pengalaman Yang Ngeri Dari Keluarga.
90
Kabar Bahagia.
91
Penghargaan
92
Kisah Yang Unik.
93
Keluarga Tidak Harus Sedarah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!