Lalu pegawai notaris itu masuk ke ruangan ini, dan dengan lantangnya membacakan akta peralihan yang dibuatnya.
Selesai membaca dan mempertanyakan apakah ada pertanyaan atau pernyataan, setelah barulah kami menandatangani dan memberikan paraf serta cap jempol di dokumen tersebut.
"bagaimana dengan biaya bu Notaris? apakah bisa saya bayarkan lunas sekarang? karena takut terpakai nantinya."
"bisa pak, transfer ya pak."
Setelah mentransfer biaya pajak-pajak dan biaya jasa Notaris nya, lalu Notaris tersebut memberikan tanda dokumen dan juga bukti pembayaran pajak-pajak serta jasa Notaris.
Lalu kami pulang ke rumah, dan tanpa terasa hari sudah mulai petang.
Karena urusan sudah selesai, om Bayu bersama istrinya dan juga kedua ibu Ku itu pamit pulang.
Karena ada keluarga masing-masing yang menunggu mereka di rumah nya.***
tok....tok..... tok.....
"Bernat.........
Jepri.............
bangun nak sudah siang ini, bangun..........."
Terbangun karena ada seseorang yang memanggil dari luar, mungkin karena begitu lelah beraktivitas satu harian jadinya bangun kesiangan seperti ini.
Ternyata masih jam tujuh pagi, pantasan Riyan atau Togu belum membangunkan aku dan Jepri.
Biasanya jam enam pagi aku sudah mulai beraktivitas, tapi karena kelelahan mengurusi administrasi sertifikat di bank dan Notaris sehingga kecapean seperti ini.
"bang Bernat, di ruang tamu ada pak Raden. beliau membawa sepasang suami istri dan satu anak kecil.
Abang temui iya, soalnya Riyan lagi masak. Togu sama Juna lagi di kandang."
"iya, terimakasih ya."
Hanya dengan mencuci muka saja dan kemudian membangunkan Jepri untuk segera mandi, setelah bangun baru deh ke depan untuk menemui pak Raden.
"pak Raden, mau pesan ayam atau telur nya?"
"telurnya aja nak, tapi bapak mau mintak tolonglah."
Ujar pak Raden dan aku segera mempersilahkan duduk kembali, agar bisa ngobrol tenang.
"sebelum lanjut ngobrol nya, ngopi dulu sambil makan ubi jalar bakar ini ya. ngobrol itu butuh tenaga."
Ucap Riyan yang datang dengan membawa kopi dan ubi jalar bakar.
"terimakasih Riyan, tahu aja deh kesukaan bapak."
Jawab pak Raden dan langsung menyambar ubi jalar yang di masak dengan cara di bakar.
Setelah memakan satu ubi jalar dan menyeruput kopi itu, dan terlihat pak Raden baru sadar kalau dirinya datang bersama sepasang suami istri dan juga anak laki-laki yang kira-kira berumur dua belas tahun.
"astaga......
gara-gara Riyan yang menyajikan kopi dan ubi bakar ini, bapak jadi lupa deh."
hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha
Kami tertawa bersama karena guyonan dari pak Raden.
"kenalkan ini namanya Rahmad, itu istrinya namanya Debora dan anaknya Dafa."
Kami bersalaman dan saling memperkenalkan diri satu sama lainnya.
"jadi begini nak, Rahmad ini adalah keponakan bapak, dulunya tinggal di tanah garapan dan beternak disana, tapi mereka digusur.
Sekarang ini ntah mau tinggal dimana, sementara ayam-ayam dan juga sisa tiga ekor kambing masih ada.
Bapak dengar-dengar nak Bernat sudah membeli pertapakan dan ada rumah yang nak Bernat bangun.
Rahmad ngomong sekarang."
Pak Raden menoleh ke bang Rahmad yang memintanya untuk bicara lebih lanjut, sementara dirinya kembali mengambil ubi bakar itu dan memakannya.
"jadi begini bang Bernat."
"ngak usah pake abang, panggil aja Bernat bang."
"iya deh.....
Kami berdua jadi pegawai mu ajalah, rencananya ternak ayam dan tiga kambing ini mau jual ke bang Bernat untuk biaya pendidikan Dafa.
Dafa di minta yayasan Tunas Bangsa untuk sekolah disana, sekolah internasional dan sangat bagus.
Walaupun beasiswa tapi masih butuh biaya privat dan biaya lainnya.
Tolong kami lah Bernat, kami juga sudah tidak punya rumah lagi.
Saya dan istri sudah biasa kok beternak, Istriku ini juga pandai bercocok tanam sayur-sayuran.
Jadi nantinya Bernat dapat dua tenaga kerja yang terbiasa dengan ternak, tapi jangan tanya tamatan kami ya."
"bang Rahmad..... bang Rahmad.......
santai aja kali bang, kami juga yang ada disini hanya tamatan SMP saja.
Baik bang Rahmad, niat abang ini Bernat terima dengan baik.
Nanti abang hitung aja ayam dan kambing abang itu dan biar Bernat bayar.
Untuk bibit ternak juga nantinya, nantinya abang dan keluarga tidak tinggal disini tapi di lahan Bernat yang baru.
Rumah, peralatan dapur, air, listrik dan kandang ternak sudah siap."
Bang Rahmad dan istrinya langsung bersujud dan mengucap syukur.
Setelah mengetahui kisaran gaji yang mereka terima dan lagi-lagi mereka bersujud lagi dan mengucap syukur.
"sarapan yuk, Riyan sudah selesai masak."
Ucap Riyan yang mendatangi kami, lalu kami pun bersama.
Setelah memperkenalkan Riyan, Togu dan juga Juna, dan lanjut makan bersama.
Selesai sarapan dan kembali ke ruang tamu, dan aku meminta Juna untuk datang ke ruang tamu ini.
"Juna ......
nantinya bang Rahmad dan keluarganya akan tinggal di rumah yang baru dan sebagian ternak nantinya akan disana.
Juna lah yang nantinya mengajari bang Rahmad untuk beternak dengan cara kita, membuat makan ternak, menjaga kebersihan dan pemeliharaan ternak."
"aman bang, tapi Juna tetap tinggal disini kan?"
"terserah kamu aja, mau tetap tinggal disini atau tinggal di rumah baru itu."
"Juna tetap memilih disini, sudah sangat nyaman.
oh iya bang, Juna punya adek laki-laki sepupu namanya Arman, bapaknya baru meninggal dan dia hanya tamatan SMP, sementara adiknya masih ada tiga orang lagi yang butuh biaya sekolah.
Sementara bu Dhe itu hanyalah cuci gosok di rumah orang.
Biarlah satu orang putus sekolah, asal adik-adiknya bisa lanjut sekolah dan hidup dengan layak.
Abang kan sudah tambah lahan, bisa ngak sepupuku itu kerja disini bang?
biar nantinya ada teman kerja bang Rahmad, jadi nantinya biar adil jumlah pegawai nya."
"bungkus aja, lagi pula kita memang butuh pegawai, karena kredit abang sudah diterima bank, jadinya nanti bisa memperluas usaha kita ini."
muach.......
Juna mencium pipiku karena permintaannya aku kabulkan, dan dia terlihat sangat bahagia.
"apaan sih kau, emangnya saya cowok apaan?"
"Abang itu cowok yang luar biasa makanya Juna cium.
Bahagia aja rasanya bang, karena Juna kasihan dengan sepupu itu.
Sudah seminggu ini dia hanya kerja di doorsmeer dengan pendapatan ala kadarnya dan itu pun tanpa makan siang.
Terimakasih ya bang....."
Juna langsung pergi ke belakang, dan bersiul kegirangan.
"bang Rahmad dan keluarga bisa langsung ke rumah baru itu, perlu bantuan untuk angkat barang?"
"ngak perlu, abang juga punya becak barang. dua kali angkut siap itu."
"baiklah kalau begitu bang, nanti Juna akan membawa bibit sayuran dan sebelum itu bisa di panen, kakak datang ke sini aja untuk mengambil kebutuhan dapur.
Nanti sekaligus beras, sisanya nanti belanja aja untuk kebutuhan disana."
Bang Rahmad dan istrinya tersenyum, kemudian aku memanggil Juna lagi, untuk mengantar mereka ke rumah yang baru sekaligus memberikan bibit sayuran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments