Tatapan yang Kecewa.

Wajah pak Ridwan sudah mulai terlihat panik, mungkin beliau kwatir kehilangan uangnya. lalu menatap bang Damar dengan tatapannya yang ragu.

"tapi nama yang tertera sertifikat itu adalah dokter Damar."

"di dalam sertifikat aslinya?"

Lalu pak Ridwan menggelengkan kepalanya, dan kemudian memberikan dokumen kepada pak Bima.

"Togu, tolong ambilkan berkas map biru di laci meja."

Togu sudah berlalu ke dalam rumah, sementara pak Bima yang membaca dokumen yang disodorkan oleh pak Ridwan, hanya bisa tersenyum kecut.

Togu sudah tiba di teras ini, lalu memberikan dokumen dalam map biru kepadaKu.

Kemudian pak Bima memberikan dokumen itu kembali kepada pak Ridwan.

"Pak Ridwan, ini adalah bukti kredit yang diambil oleh almarhum kakek kami. dan disini tertera bahwa kakek sebagai penjamin hutang atas namaKu.

Berikutnya adalah bukti asli tanda terima sertifikat dan dokumen lainnya, serta buku rekening bank.

Berikut juga photo copy sertifikatnya, silahkan bapak lihat dan cross check ya pak.

Semua dokumen ini, saya yang pegang. itu adalah janji ku kepada om Bayu, selaku anak laki-laki dari almarhum kakek.

Kalau bapak lihat sendiri, jika dihitung berdasarkan waktu, maka sisa pembayaran cicilan hanya tinggal tiga cicilan lagi."

Istri pak Ridwan langsung mengecek dokumen yang aku berikan, dan kemudian geleng-geleng kepala.

"apakah kita kena tipu pah?"

Ujar istrinya dengan keraguannya, lalu pak Ridwan menatap tajam ke arah bang Damar.

"seperti yang telah saya sampaikan pak, bahwa kedua adiknya sakit.

Penyakit yang diderita oleh adikku ini, disebut Mythomania, dimana pasien selalu berbohong dalam jangka waktu yang lama, ditambah lagi adikku yang bernama Jepri yang menderita sindrom savant, atau autis pak Ridwan.

Mereka sama sekali mengerti apa-apa dan mereka berdua ini tidak mengetahui kalau kakek kami sudah menghibahkan rumah ini kepada saya.

Itulah sebabnya saya menjual rumah ku ini, untuk mengobati mereka berdua.

Walaupun nantinya bisa mendapatkan potongan biaya, karena saya adalah dokter, tapi untuk biaya pengobatan kedua adikku ini membutuhkan biaya yang besar."

Pak Bima seketika menatap tajam ke bang Damar dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"kalau Damar itu menderita sindrom lupa diri, ya sudah tunggu sebentar ya.

Saya akan menghubungi mertua Bayu, siapa tahu bisa membantu kita meluruskan hal ini."

Pak Bima langsung meraih handphonenya, lalu menghubungi seseorang.

Tidak berapa lama kemudian, pak Bima menatapku.

"Bernat, kemarin Bayu tidak bisa datang karena anaknya sedang melakukan operasi patah tulang karena terjatuh dari sepada.

Sebentar lagi om kamu itu akan tiba disini bersama bapak ibu mertuanya, bapak mertua om kamu itu adalah sepupu Ku.

Damar dan bapak, tunggu sebentar lagi. waris dari pemilik rumah ini sebentar lagi akan datang, agar bapak bisa mendapatkan kejelasan.

Tentunya bapak tidak percaya dengan penjelasan Bernat, yang sakit seperti kata abangnya."

Bang Damar masih terlihat santai dan percaya diri, dan terlihat berusaha menenangkan kak Reva.

Tidak berapa kemudian om Bayu datang bersama istrinya.

"om.... Bernat, eh Jepri. Maaf ya Bernat karena telah membiarkan mu mengurus ibu sendirian.

Maaf tidak bisa melihat ibu untuk terakhir kalinya, karena keponakan mu jatuh dari sepeda hingga kaki patah dan butuh di operasi.

Tapi om bersyukur, keponakan mu masih bisa di operasi, dan om juga bersyukur karena ibu punya cucu yang sangat baik di akhir hayatnya.

Tamu nya siapa ini? tamu om Bima ya?"

"yuk kita masuk, tidak enak ngobrol di luar seperti ini, apa kata orang."

Jawab pak Bima yang meminta kami masuk ke dalam rumah.

Riyan langsung menyajikan teh untuk kami semua, lalu membawa bang Jepri dari ruang tamu ini.

"begini Bayu, keponakan mu telah menjual rumah peninggalan atok Serkam, ayah mu."

"loh gimana bisa? kan sertifikat nya masih di bank sebagai agunan.

Apa sudah lunas ya ?"

"belum om, kira-kira tiga atau dua cicilan lagi. ini semua berkasnya om, serta bukti setoran ke bank untuk biaya cicilannya.

Bernat sengaja belum melunasinya, karena nantinya Bernat mau pinjam uang lagi dengan agunan sertifikasi tanah yang sudah Bernat beli.

Tapi bangunan belum selesai, Bernat menunggu itu agar bisa mendapatkan kredit yang lebih besar om.

Bernat menunggu Om Bayu disini, dan juga rumah Bernat sudah hampir siap di bangun Om.

Sesuai janjiku kepada almarhum kakek, setelah kredit bank nya selesai, maka Bernat harus punya rumah sendiri.

Almarhum mama juga sudah berjanji, akan mengambilkan rumah ini ke om Bayu.

Saat itu mama sudah punya tabungan yang lumayan cukup untuk membeli pertapakan rumah, tapi karena abang-abang kuliah nya di kedokteran yang akan membutuhkan biaya yang banyak.

Akhirnya tabungan mama terpakai dan tidak bisa lagi membeli pertapakan rumah.

Saat ini juga saya akan menepati janji kepada almarhum kakek dan juga janji almarhum mama kepada Om.

Bernat sudah menyetorkan uang ke bank untuk pelunasan, dan saya menunggu Om untuk mengurus surat keterangan waris, agar kita bisa mengambil asli sertifikat nya di bank.

Surat keterangan kematian almarhum mama, surat keterangan perceraian mama dengan ayah, surat keterangan kematian almarhum kakek dan nenek sudah terkumpul di dokumen ini om.

Serta surat keterangan dari dokter mengenai keadaan bang Jepri. Serta identitas bang Damar, bang Anggi dan bang Firman, sudah lengkap di dalamnya.

Tinggal identitas om Bayu, ibu Santi dan ibu Dian, yang belum ada.

Disini memang ada, tapi itu identas yang lama, takutnya nanti tidak diterima oleh kantor kelurahan saat kita mengurus surat keterangan waris."

Om Bayu mengecek semua kelengkapan dokumen, dan terlihat mengganguk.

"semua sudah lengkap, dan om juga sudah membawa indentitas ibu-ibu mu.

Mereka berhalangan hadir karena musibah juga, kemungkinan lusa mereka akan tiba disini.

Berhubungan om Bima juga disini, saya ingin menguruskan surat keterangan waris Om.

Ini semua dokumen nya, lusa kedua kakak ku akan hadir disini."

"saya terima berkasnya ya, lalu bagaimana dengan bapak ini?"

Ucap pak Bima, seraya merapikan dokumen yang diterimanya.

Lalu secara bersamaan kami menatap ke arah pak Ridwan, orang yang membeli rumah ini dari bang Damar.

"saya om mereka pak, apa yang telah terjadi dan kenapa bapak berada di rumah kami ini?"

Pertanyaan dari om Bayu membuat pria itu terlihat gugup, lalu menatap bang Damar dengan tatapannya yang tajam.

Istri pak Ridwan kembali memberikan dokumen kepada om Bayu, tatapannya yang begitu kecewa dan tanpa bicara.

Om Bayu dengan seksama membaca dokumen yang diterimanya, hanya sebentar saja membacanya lalu menggeleng kepala nya.

Om Bayu menggaruk kepalanya lalu menatap bang Damar dengan tatapannya yang kecewa.

Episodes
1 Terlihat Seperti apa itu Saudara.
2 Haru
3 Nenek Meninggal Dunia.
4 Klaim.
5 Tatapan yang Kecewa.
6 Kacang Lupa akan Kulitnya.
7 Harta Peninggalan.
8 Perhitungan.
9 Wasiat Kakek.
10 Peralihan.
11 Merekrut Pegawai Baru.
12 Pertemuan Yang Tidak Terduga.
13 Malu
14 Tentang Bang Anggi.
15 Pertemuan Yang Tidak di Harapkan.
16 Kedatangan Tamu Lagi.
17 Kunjungan Dari Ketiga Abang.
18 Bang Jepri dibawa oleh bang Firman.
19 Ada apa dengan bang Firman?
20 Musyawarah.
21 Istri Bang Firman
22 Kiriman Pengacara.
23 Somasi
24 Diskusi.
25 Meraba Keikhlasan.
26 Sidang.
27 Sidang Lanjutan.
28 Penjelasan Yang Tidak Masuk Akal.
29 Kekwatiran Terhadap Bang Jepri.
30 Kisah Yang Lain.
31 Bang Jepri jadi Manusia Silver.
32 Permasalahan Manusia Silver.
33 Gatal-gatal.
34 Bang Jepri Siuman.
35 Pengacara Baru Damar.
36 Bang Jepri Memaksa Untuk Pulang.
37 Saling Menguatkan.
38 Sidang Putusan.
39 Jepri Pingsan Di Persidangan.
40 Bang Jepri Meninggal Dunia.
41 Hasil Otopsi.
42 Kedua Istri Damar.
43 Mahasiswi Cantik.
44 Di Usir Istri Pertama.
45 Panggilan Polisi.
46 Baru Terasa.
47 Bocil Beringas.
48 Menyerahkan Keponakan ke Panti Asuhan.
49 Istri Kedua Anggi
50 Perempuan Dari Anggi Lagi.
51 Berani Melawan.
52 Kisah Dari Ketiga Saudara.
53 Kisah Dari Bang Anggi.
54 Firman Akhirnya di Bekuk Polisi.
55 Solusi Yang Baik.
56 Kebahagiaan Yang Sederhana.
57 Obrolan Dengan Bang Yusuf.
58 Bertemu Parasit Lagi.
59 Sedikit Pencerahan.
60 Berhadapan Para Warga.
61 Sidang Warga
62 Terpuruk.
63 Damar Dan Perbuatannya.
64 Mengasingkan Diri.
65 Takut Jatuh Cinta.
66 Cerita Yang Melelahkan.
67 Petuah Dari Senior.
68 Kecelakaan.
69 Adek-adek Sudah Siuman.
70 Rencana.
71 Melamar Risa.
72 Teduh.
73 Memprovokasi.
74 Ada Hal Lain.
75 Reva Sekarat.
76 Korban.
77 Ikhlas Obat Yang Mujarab.
78 Pengertian.
79 Rencana Pernikahan.
80 Pengakuan Damar.
81 Mencoba Untuk Ikhlas.
82 Lamaran.
83 Bahagia.
84 Malam Pengantin.
85 Tali Persaudaraan Yang Putus.
86 Kisah Arpin dan Boy.
87 Tinggal Sementara di Lampung.
88 Istri Yang Lain Dari Ayah Kami.
89 Pengalaman Yang Ngeri Dari Keluarga.
90 Kabar Bahagia.
91 Penghargaan
92 Kisah Yang Unik.
93 Keluarga Tidak Harus Sedarah.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Terlihat Seperti apa itu Saudara.
2
Haru
3
Nenek Meninggal Dunia.
4
Klaim.
5
Tatapan yang Kecewa.
6
Kacang Lupa akan Kulitnya.
7
Harta Peninggalan.
8
Perhitungan.
9
Wasiat Kakek.
10
Peralihan.
11
Merekrut Pegawai Baru.
12
Pertemuan Yang Tidak Terduga.
13
Malu
14
Tentang Bang Anggi.
15
Pertemuan Yang Tidak di Harapkan.
16
Kedatangan Tamu Lagi.
17
Kunjungan Dari Ketiga Abang.
18
Bang Jepri dibawa oleh bang Firman.
19
Ada apa dengan bang Firman?
20
Musyawarah.
21
Istri Bang Firman
22
Kiriman Pengacara.
23
Somasi
24
Diskusi.
25
Meraba Keikhlasan.
26
Sidang.
27
Sidang Lanjutan.
28
Penjelasan Yang Tidak Masuk Akal.
29
Kekwatiran Terhadap Bang Jepri.
30
Kisah Yang Lain.
31
Bang Jepri jadi Manusia Silver.
32
Permasalahan Manusia Silver.
33
Gatal-gatal.
34
Bang Jepri Siuman.
35
Pengacara Baru Damar.
36
Bang Jepri Memaksa Untuk Pulang.
37
Saling Menguatkan.
38
Sidang Putusan.
39
Jepri Pingsan Di Persidangan.
40
Bang Jepri Meninggal Dunia.
41
Hasil Otopsi.
42
Kedua Istri Damar.
43
Mahasiswi Cantik.
44
Di Usir Istri Pertama.
45
Panggilan Polisi.
46
Baru Terasa.
47
Bocil Beringas.
48
Menyerahkan Keponakan ke Panti Asuhan.
49
Istri Kedua Anggi
50
Perempuan Dari Anggi Lagi.
51
Berani Melawan.
52
Kisah Dari Ketiga Saudara.
53
Kisah Dari Bang Anggi.
54
Firman Akhirnya di Bekuk Polisi.
55
Solusi Yang Baik.
56
Kebahagiaan Yang Sederhana.
57
Obrolan Dengan Bang Yusuf.
58
Bertemu Parasit Lagi.
59
Sedikit Pencerahan.
60
Berhadapan Para Warga.
61
Sidang Warga
62
Terpuruk.
63
Damar Dan Perbuatannya.
64
Mengasingkan Diri.
65
Takut Jatuh Cinta.
66
Cerita Yang Melelahkan.
67
Petuah Dari Senior.
68
Kecelakaan.
69
Adek-adek Sudah Siuman.
70
Rencana.
71
Melamar Risa.
72
Teduh.
73
Memprovokasi.
74
Ada Hal Lain.
75
Reva Sekarat.
76
Korban.
77
Ikhlas Obat Yang Mujarab.
78
Pengertian.
79
Rencana Pernikahan.
80
Pengakuan Damar.
81
Mencoba Untuk Ikhlas.
82
Lamaran.
83
Bahagia.
84
Malam Pengantin.
85
Tali Persaudaraan Yang Putus.
86
Kisah Arpin dan Boy.
87
Tinggal Sementara di Lampung.
88
Istri Yang Lain Dari Ayah Kami.
89
Pengalaman Yang Ngeri Dari Keluarga.
90
Kabar Bahagia.
91
Penghargaan
92
Kisah Yang Unik.
93
Keluarga Tidak Harus Sedarah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!