Perhitungan.

Bingung mau bicara apalagi, sudah lelah bekerja banting tulang selama ini tapi harus mengalami pertikaian yang pelik seperti ini.

"sekarang abang mau gimana?"

"kok nanya abang? ya kamu lah Bernat, kan kamu yang di rumah ini, dan kamu sendiri yang mengetahui kemana semua uang mama dan juga uang nenek.

Lagian dari mana dapat uang untuk membeli tapak rumah dan juga untuk membangun rumah itu?

Mustahil kan kalau tidak mengandalkan uang tabungan mama dan juga uang dari nenek?"

"Abang buta huruf ya? apa abang ngak bisa baca tentang pengeluaran itu?

Terus biaya kalian bertiga selama ini dibayar pake apa? pake daun?

Bernat hanya mengumpulkan sisa uang di CU harapan bang, dan tanah itu aku cicil ke CU."

Aku mengambil seluruh bukti-bukti yang kumiliki, agar bang Damar berhenti mengungkitnya.

Lalu meletakkan uang pemberian nenek yang digabung dengan tabungan bang Jepri dan juga emas yang di titipkan nenek.

"ini uang tabungan nenek dan juga bang Jepri, lalu ini emas milik nenek.

Nenek berpesan untuk dipakai pindahan dan juga biaya ketika terjadi sesuatu kepada nenek.

Sebagian uang nenek sudah terpakai untuk biaya tambahan rumah sakit, biaya pemakaman dan pengajian di rumah ini.

Bernat juga sudah menjual tiga keping emas nenek, dengan jumlah uang dua puluh lima juta dan itu Bernat berikan ke masjid atas nama nenek dan kakek.

Dulu kakek dan nenek ingin sekali menyumbang pembangunan masjid itu, tapi karena terkendala biaya, sehingga niat baik itu di urungkan.

Ketika ada sisanya seperti ini, dan inilah saatnya melaksanakan niat almarhum kakak dan almarhumah nenek yang tertunda.

Inilah sisanya uang tunai lima juta, dan emas perhiasan, kalau di taksir mungkin ada sekitar tiga puluh jutaan gitu.

Ini rencananya digunakan untuk memperbaiki makan kakek dan nenek, itupun jika om Bayu dan ibu setuju.

Almarhum kakek dan almarhumah nenek tidak merepotkan kita semua, tapi menjadi berkah untuk kita.

Terutama untuk kami sekeluarga, ketiga abang-abang ku bisa kuliah dan sudah bekerja sekarang, saya sendiri bisa mempunyai usaha ternak bersama bang Jepri.

Om Bayu sebagai anak laki-laki nya kakek dan nenek, yang akan memutuskan sekarang."

"bu Dhe sangat kagum kepada mu Bernat, kamu luar biasa.

Terimakasih karena sudah menggantikan kami untuk mengurus ibu dan bapak disini, terimakasih karena Bernat dan Jepri sudah menjadi teman terbaik untuk ibu dan bapak."

Bu Dhe memelukku dan juga memeluk bang Jepri, pelukan yang erat dan hangat yang membuat susana hatiku damai sejenak.

"om setuju dengan ide kamu Bernat, jika nanti uang kurang, om sendiri yang akan nambah, terimakasih ya untuk semua kebaikan mu.

Maafkan Om yang sibuk dengan urusan keluarga om sendiri, terimakasih Bernat dan terimakasih Jepri."

Melihat keharuan ini, bang Damar terlihat tidak senang. dari tatapannya ada rasa cemburu yang terpancar.

"Damar...

Kembalikan aja semua uang penjualan rumah ini kepada pembeli itu, ngapain kamu mengungkit uang mama mu serta uang nenek mu.

Kembalikan aja semuanya, kan beres urusan. kamu sudah dewasa, sudah saatnya kamu bisa berdiri di kaki mu sendiri."

"ngak bisa begitu dong om, Damar juga mau tapak rumah Bernat di jual karena itu adalah hasil dari ternak yang di usahakan oleh mama dan nenek.

Damar dan adek-adek juga mempunyai hak yang sama untuk itu.

Bernat jangan gitu, jangan rakus jadi orang."

"lucu kamu ya Damar, sekarang begini saja ya.

Damar, Anggi dan Firman, apakah kalian pernah kerja di peternakan Bernat?"

Begitu kompaknya mereka bertiga menggelengkan kepala masing-masing, dan memang benar, mereka bertiga tidak sekalipun melihat kandang ternak.

Katanya bau, jorok dan menjijikkan. bahkan mereka bertiga sangat tidak betah tinggal di rumah ini dalam waktu yang lama.

"berarti fix ya kalau ternak Bernat tidak hubungannya dengan kalian, sekarang saya mau tanya kepada Bernat.

Modal untuk ternak ini dari siapa?"

"Dulu kakek punya dua ekor lembu, dan juga beberapa ayam kampung.

Akan tetapi kandangnya tidak memadai, dan ketika Bernat ingin membuat ternak ini lebih besar, sehingga kakek memberanikan diri mengajukan pinjaman kredit ke bank.

Saat itu umurku belum cukup untuk mengajukan kredit, dan kakek yang menjadi penjamin.

Berkat pinjaman dari bank tersebut, lama-kelamaan peternakan ini menjadi besar."

"lalu siapa yang membayar cicilannya?"

"saya dan bang Jepri Om."

Dengan menunjukkan bukti pembayaran cicilan ke bank kepada om Bayu dan terlihat om Bayu mengangkat alisnya ke arah bang Damar.

"jelas ya, dan itu artinya kalian bertiga tidak terlibat dengan peternakan.

Bernat.....

Kemana aja uang hasil peternakan mu ini?"

"Jujur ya om, saat itu almarhumah mama dan almarhumah nenek kerja di sini.

Hanya nenek yang di gaji seperti layaknya Togu, Riyan dan Juna.

Uangnya terserah nenek, dan Bernat membantu mama untuk membiayai kehidupan bang Damar, bang Anggi dan juga bang Firman.

Setelah Mama meninggal, lalu tugas itu sepenuhnya kepada Bernat.

Mulai dari uang kuliah ketiga abang-abang ku ini sampai dengan biaya hidupnya, dan itu semua hasil dari peternakan.

Setelah membayar biaya gaji karyawan, biaya pengeluaran ternak, biaya kehidupan kami sehari-hari disini serta biaya-biaya yang terduga.

Sekiranya ada sedikit sisanya, yang aku bagi dua, untuk Bernat dan juga bang Jepri.

Sisanya Bernat tabung di CU Harapan koperasi, dan setelah sekian lama ada nasabah yang menjual lahannya.

Melalui CU Harapan koperasi, lahan itu Bernat ambil, dengan jaminan uang tabungan Bernat disana.

Terkadang ya Om, Bernat itu memintak uang kepada nenek. karena bisa saja tiba-tiba bang Damar atau bang Anggi dan bang Firman mintak uang tambahan.

Padahal ternak belum ada bisa terjual, terpaksa deh meminjam uang nenek. kadang-kadang uang bang Bernat."

"kalau di hitung kasar, berapa lah uang yang harus dikumpulkan Bernat untuk ketiga abang-abang mu ini?"

Mimik wajah yang serius, bu Dhe akhirnya bertanya, lalu aku memberikan catatan ku kepada Bu Dhe.

"paling tidaknya harus ada dua puluh juta bu Dhe. untungnya cabe, jahe dan kacang panjang bisa tumbuh subur disamping peternakan yang bisa mencukupi semuanya.

Kotoran ternak dan gas nya yang bisa Bernat jual, kalau ngak bisa mencret memikirkan itu semuanya."

"Kren juga ya, luar biasa. jika pendapatan Bernat untuk mu semua, bu Dhe yakin kalau Bernat sudah punya mobil Pajero.

Iya kan mas? untuk ketiga abangnya aja dua puluh jutaan lebih, dan itu masih diluar biaya lainnya.

Dua puluh juta lebih berarti itu pendapat bersih, luar biasa kan mas."

Om Bayu hanya tersenyum menanggapi perkataan bu Dhe yang begitu mengagumi hasil dari peternakan.

Episodes
1 Terlihat Seperti apa itu Saudara.
2 Haru
3 Nenek Meninggal Dunia.
4 Klaim.
5 Tatapan yang Kecewa.
6 Kacang Lupa akan Kulitnya.
7 Harta Peninggalan.
8 Perhitungan.
9 Wasiat Kakek.
10 Peralihan.
11 Merekrut Pegawai Baru.
12 Pertemuan Yang Tidak Terduga.
13 Malu
14 Tentang Bang Anggi.
15 Pertemuan Yang Tidak di Harapkan.
16 Kedatangan Tamu Lagi.
17 Kunjungan Dari Ketiga Abang.
18 Bang Jepri dibawa oleh bang Firman.
19 Ada apa dengan bang Firman?
20 Musyawarah.
21 Istri Bang Firman
22 Kiriman Pengacara.
23 Somasi
24 Diskusi.
25 Meraba Keikhlasan.
26 Sidang.
27 Sidang Lanjutan.
28 Penjelasan Yang Tidak Masuk Akal.
29 Kekwatiran Terhadap Bang Jepri.
30 Kisah Yang Lain.
31 Bang Jepri jadi Manusia Silver.
32 Permasalahan Manusia Silver.
33 Gatal-gatal.
34 Bang Jepri Siuman.
35 Pengacara Baru Damar.
36 Bang Jepri Memaksa Untuk Pulang.
37 Saling Menguatkan.
38 Sidang Putusan.
39 Jepri Pingsan Di Persidangan.
40 Bang Jepri Meninggal Dunia.
41 Hasil Otopsi.
42 Kedua Istri Damar.
43 Mahasiswi Cantik.
44 Di Usir Istri Pertama.
45 Panggilan Polisi.
46 Baru Terasa.
47 Bocil Beringas.
48 Menyerahkan Keponakan ke Panti Asuhan.
49 Istri Kedua Anggi
50 Perempuan Dari Anggi Lagi.
51 Berani Melawan.
52 Kisah Dari Ketiga Saudara.
53 Kisah Dari Bang Anggi.
54 Firman Akhirnya di Bekuk Polisi.
55 Solusi Yang Baik.
56 Kebahagiaan Yang Sederhana.
57 Obrolan Dengan Bang Yusuf.
58 Bertemu Parasit Lagi.
59 Sedikit Pencerahan.
60 Berhadapan Para Warga.
61 Sidang Warga
62 Terpuruk.
63 Damar Dan Perbuatannya.
64 Mengasingkan Diri.
65 Takut Jatuh Cinta.
66 Cerita Yang Melelahkan.
67 Petuah Dari Senior.
68 Kecelakaan.
69 Adek-adek Sudah Siuman.
70 Rencana.
71 Melamar Risa.
72 Teduh.
73 Memprovokasi.
74 Ada Hal Lain.
75 Reva Sekarat.
76 Korban.
77 Ikhlas Obat Yang Mujarab.
78 Pengertian.
79 Rencana Pernikahan.
80 Pengakuan Damar.
81 Mencoba Untuk Ikhlas.
82 Lamaran.
83 Bahagia.
84 Malam Pengantin.
85 Tali Persaudaraan Yang Putus.
86 Kisah Arpin dan Boy.
87 Tinggal Sementara di Lampung.
88 Istri Yang Lain Dari Ayah Kami.
89 Pengalaman Yang Ngeri Dari Keluarga.
90 Kabar Bahagia.
91 Penghargaan
92 Kisah Yang Unik.
93 Keluarga Tidak Harus Sedarah.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Terlihat Seperti apa itu Saudara.
2
Haru
3
Nenek Meninggal Dunia.
4
Klaim.
5
Tatapan yang Kecewa.
6
Kacang Lupa akan Kulitnya.
7
Harta Peninggalan.
8
Perhitungan.
9
Wasiat Kakek.
10
Peralihan.
11
Merekrut Pegawai Baru.
12
Pertemuan Yang Tidak Terduga.
13
Malu
14
Tentang Bang Anggi.
15
Pertemuan Yang Tidak di Harapkan.
16
Kedatangan Tamu Lagi.
17
Kunjungan Dari Ketiga Abang.
18
Bang Jepri dibawa oleh bang Firman.
19
Ada apa dengan bang Firman?
20
Musyawarah.
21
Istri Bang Firman
22
Kiriman Pengacara.
23
Somasi
24
Diskusi.
25
Meraba Keikhlasan.
26
Sidang.
27
Sidang Lanjutan.
28
Penjelasan Yang Tidak Masuk Akal.
29
Kekwatiran Terhadap Bang Jepri.
30
Kisah Yang Lain.
31
Bang Jepri jadi Manusia Silver.
32
Permasalahan Manusia Silver.
33
Gatal-gatal.
34
Bang Jepri Siuman.
35
Pengacara Baru Damar.
36
Bang Jepri Memaksa Untuk Pulang.
37
Saling Menguatkan.
38
Sidang Putusan.
39
Jepri Pingsan Di Persidangan.
40
Bang Jepri Meninggal Dunia.
41
Hasil Otopsi.
42
Kedua Istri Damar.
43
Mahasiswi Cantik.
44
Di Usir Istri Pertama.
45
Panggilan Polisi.
46
Baru Terasa.
47
Bocil Beringas.
48
Menyerahkan Keponakan ke Panti Asuhan.
49
Istri Kedua Anggi
50
Perempuan Dari Anggi Lagi.
51
Berani Melawan.
52
Kisah Dari Ketiga Saudara.
53
Kisah Dari Bang Anggi.
54
Firman Akhirnya di Bekuk Polisi.
55
Solusi Yang Baik.
56
Kebahagiaan Yang Sederhana.
57
Obrolan Dengan Bang Yusuf.
58
Bertemu Parasit Lagi.
59
Sedikit Pencerahan.
60
Berhadapan Para Warga.
61
Sidang Warga
62
Terpuruk.
63
Damar Dan Perbuatannya.
64
Mengasingkan Diri.
65
Takut Jatuh Cinta.
66
Cerita Yang Melelahkan.
67
Petuah Dari Senior.
68
Kecelakaan.
69
Adek-adek Sudah Siuman.
70
Rencana.
71
Melamar Risa.
72
Teduh.
73
Memprovokasi.
74
Ada Hal Lain.
75
Reva Sekarat.
76
Korban.
77
Ikhlas Obat Yang Mujarab.
78
Pengertian.
79
Rencana Pernikahan.
80
Pengakuan Damar.
81
Mencoba Untuk Ikhlas.
82
Lamaran.
83
Bahagia.
84
Malam Pengantin.
85
Tali Persaudaraan Yang Putus.
86
Kisah Arpin dan Boy.
87
Tinggal Sementara di Lampung.
88
Istri Yang Lain Dari Ayah Kami.
89
Pengalaman Yang Ngeri Dari Keluarga.
90
Kabar Bahagia.
91
Penghargaan
92
Kisah Yang Unik.
93
Keluarga Tidak Harus Sedarah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!