Harta Peninggalan.

Om Bayu dan bude akhirnya memeluk kami berdua dan berusaha menenangkan hati yang hancur ini.

"Saya bisa membeli tapak rumah itu, hanya karena mengandalkan kotoran ternak. selebihnya adalah untuk biaya kalian bertiga bang.

Barulah beberapa bulan, bisa lebih banyak mengumpulkan uang. karena kalian bertiga sudah di gaji pihak rumah sakit.

Begitu kalian bertiga wisuda kedokteran, saya kira akan selesai juga biaya besar yang harus aku tanggung setiap bulan nya.

Nyatanya ngak bang, kalian bertiga harus menjalani beberapa proses lagi, dan itu lebih berat ketika kalian bertiga masih kuliah.

Enam tahun lebih, barulah kalian bertiga bisa mendapatkan gaji, dan itupun rumah kontrakan, uang listrik dan air kalian masih harus saya bayarkan.

Saya hanya meminta untuk memberikan perhatian lebih kepada nenek, selaku dokter.

Bukan hanya saya berjuang, ada nenek, bang Jepri, almarhumah mama, almarhum kakek.

Tapi ketika di masa sulit, saat kakek diopname di rumah sakit dan saat terakhir kakek maupun nenek. kehadiran kalian tidak pernah saya lihat.

Nenek yang selama ini berjuang untuk kalian bertiga, harus jatuh sakit karena kecewa kepada mu bang Damar.

Saya beranikan diri untuk meminjamkan uang di koperasi demi membeli sepeda motor kalian bertiga, dan menjaga ternak siang malam, demi kalian.

Disini saya tidak mengungkit-ungkit apa yang sudah aku berikan bang, tapi saya menjelaskan bahwa semua hasil penjualan ternak itu untuk kalian bertiga.

Saya dan bang Jepri, jarang membeli pakaian baru, itu agar kami bisa memenuhi kebutuhan pendidikan kalian bertiga.

Pak Ridwan, saya tidak mau tahu mengenai rumah yang bapak beli. yang jelas rumah ini adalah rumah milik almarhum kakek saya.

Jika bapak melimpah ini kepada saya, ataupun om Bayu, maka saya melaporkan bapak sebagai penadah.

Saya capek dan kecewa, saya harap bapak berurusan langsung dengan bang Damar, dan jangan pernah datang ke rumah ini lagi."

Baru terasa sedikit lega setelah meluapkan semuanya, terlihat istri pak Ridwan mengeluarkan dokumen lagi lalu diberikan kepada kak Reva.

"ibu notaris Reva, seperti yang tertulis di surat perjanjian tertulis ini, ibu notaris memberikan janji untuk memberikan sertifikat rumah ini dan sudah menjadi atas nama suami saya.

Tenggang waktu dua bulan sejak surat pernyataan ini ibu tandatangani, ingat ya ibu notaris.

Suami saya sudah melunasi rumah dan tanah tapak ini, serta biaya pajak-pajak nya dan biaya balik nama sertifikatnya.

Jika ibu tidak memenuhinya memenuhinya, maka kami akan menarik semua biaya yang sudah kami keluarkan.

Oh ya dokter Damar, sesuai janji anda yang tertulis, kita sepakat memberikan tenggang waktu selama tiga hari dan paling lama seminggu untuk mengosongkan rumah serta tanah ini.

Jika hal itu tidak terwujud, silahkan kembalikan seluruh uang kami.

Sesuai dengan perjanjian jual beli ini, yang tertulis di pasal 12, bahwa sertifikat dinyatakan bebas dari agunan perbankan atau penanaman modal lainnya.

Bebas sengketa dan juga dikuasai oleh penjual yaitu dokter Damar, kemudian dialihkan kepada suami saya, secara peralihan dengan jual beli.

Dokter Damar adalah orang yang berpendidikan, jadi saya yakini hal itu dimengerti.

Jika dokter Damar tidak bisa mempunyai niat baik, saya dan suami akan menempuh jalur hukum.

Waktunya dimulai sejak perjanjian jual beli di tandatangani, karena saat itu juga kami telah melunasi semua kewajiban kami.

kalau begitu kami pamit."

Pak Ridwan dan istrinya sudah pulang, terlihat kak Reva sebagai notaris nya, yang membuat akta perjanjian jual-beli serta pernyataan tertulis mengenai kepengurusan sertifikat nya.

Kekwatiran tergambarkan dari raut wajahnya, terlihat kedua bola mata itu sudah berkaca-kaca tapi tidak dengan bang Damar.

"gimana ini bang?

uang untuk pembayaran pajak-pajak nya masih Reva simpan di rekening, sementara biaya kepengurusan sudah terpakai setengahnya.

Jika ini terjadi maka, SK Reva bisa di cabut bang.

Baru dua bulan Reva menerima SK pengangkatan notaris bang, tapi sudah bermasalah seperti ini."

"tenang...

jangan panik, biar yang menghadapinya. kamu tinggal melaksanakannya saja."

Sanggah bang Damar kepada kak Reva, dan akhirnya kak Reva terdiam.

"Bernat....

Abang tahu kalau mama dulu meninggalkan banyak uang tunai di rekening pribadi nya dan juga perhiasan emasnya.

Kamu yang memegang kartu Atm-nya, dan kamu yang sendiri di rumah ketika mama meninggal.

Tentunya uang serta perhiasan kamu pegang dan kamu gunakan, abang mintak uang serta perhiasan mama itu.

Uang dan perhiasan itu adalah pemberian ayah, dan berikan itu kepadaKu."

Bingung harus memulai dari mana lagi, dan untungnya aku masih menyimpan buku rekening almarhumah mama dengan print out terakhirnya.

"biar saya jelaskan ya bang, pertama Abang masuk kuliah kedokteran, sementara bang Anggi dan Firman membutuhkan biaya privat belajar agar masuk ke fakultas kedokteran seperti abang.

Mama saat itu langsung membayar biaya pendaftaran abang serta yang lainnya, dengan total dua puluh lima juta rupiah.

Berikutnya untuk uang privat bang Anggi dan bang Firman, membutuhkan uang senilai sepuluh juta rupiah.

Biaya buku-buku pelajaran tambahan untuk bang Anggi dan bang Firman senilai hampir tiga juta rupiah.

Lalu di semester dua, bang Damar meminta uang senilai sepuluh juta rupiah untuk membeli peralatan perlengkapan kuliah.

Saat itu juga bang Anggi dan bang Firman diterima di fakultas kedokteran, dan biayanya hampir sama seperti biaya abang.

Tabungan mama serta hasil penjualan emas perhiasan nya, tidak mencukupi untuk memenuhi itu semua.

Lalu kami menjual lembu dan meminjam uang om Bayu.

Sejak saat itu, mama menjadi sakit-sakitan. hingga akhirnya saya harus berhenti sekolah untuk merawat mama dan menggantikan mama kerja.

Saat itu BPJS belum ada bang, jadi kami tidak sanggup membayar biaya berobat mama dan lagi-lagi saya harus meminta tolong kepada om Bayu untuk biaya perobatan mama.

Walaupun pada akhirnya mama harus pergi untuk selamanya.

Saat itu, entah kenapa saya selalu mencatat pengeluaran mama.

Mungkin karena meminjam uang ke om Bayu, dan aku berpikir suatu saat catatan ini berguna.

Bang silahkan liat semua catatan ini ya, dan semoga bang Damar paham.

Paham kalau uang tabungan almarhum mama kita serta emas perhiasan nya sudah ludes.

Semuanya itu untuk kalian bertiga saja, bahkan untuk membeli obat mama saat itu, saya meminta uang kepada nenek.

Baca bang.... "

Dengan pelan-pelan bang Damar membuka map itu dan terlihat dia membacanya.

Akan tetapi bang Damar sepertinya tidak bisa menerimanya, dia seolah-olah tidak meyakininya.

Bagi bang Damar, uang mama dan perhiasannya masih saja melimpah ruah. padahal semuanya sudah ludes dan tidak tersisa bahkan satu sen pun.

Episodes
1 Terlihat Seperti apa itu Saudara.
2 Haru
3 Nenek Meninggal Dunia.
4 Klaim.
5 Tatapan yang Kecewa.
6 Kacang Lupa akan Kulitnya.
7 Harta Peninggalan.
8 Perhitungan.
9 Wasiat Kakek.
10 Peralihan.
11 Merekrut Pegawai Baru.
12 Pertemuan Yang Tidak Terduga.
13 Malu
14 Tentang Bang Anggi.
15 Pertemuan Yang Tidak di Harapkan.
16 Kedatangan Tamu Lagi.
17 Kunjungan Dari Ketiga Abang.
18 Bang Jepri dibawa oleh bang Firman.
19 Ada apa dengan bang Firman?
20 Musyawarah.
21 Istri Bang Firman
22 Kiriman Pengacara.
23 Somasi
24 Diskusi.
25 Meraba Keikhlasan.
26 Sidang.
27 Sidang Lanjutan.
28 Penjelasan Yang Tidak Masuk Akal.
29 Kekwatiran Terhadap Bang Jepri.
30 Kisah Yang Lain.
31 Bang Jepri jadi Manusia Silver.
32 Permasalahan Manusia Silver.
33 Gatal-gatal.
34 Bang Jepri Siuman.
35 Pengacara Baru Damar.
36 Bang Jepri Memaksa Untuk Pulang.
37 Saling Menguatkan.
38 Sidang Putusan.
39 Jepri Pingsan Di Persidangan.
40 Bang Jepri Meninggal Dunia.
41 Hasil Otopsi.
42 Kedua Istri Damar.
43 Mahasiswi Cantik.
44 Di Usir Istri Pertama.
45 Panggilan Polisi.
46 Baru Terasa.
47 Bocil Beringas.
48 Menyerahkan Keponakan ke Panti Asuhan.
49 Istri Kedua Anggi
50 Perempuan Dari Anggi Lagi.
51 Berani Melawan.
52 Kisah Dari Ketiga Saudara.
53 Kisah Dari Bang Anggi.
54 Firman Akhirnya di Bekuk Polisi.
55 Solusi Yang Baik.
56 Kebahagiaan Yang Sederhana.
57 Obrolan Dengan Bang Yusuf.
58 Bertemu Parasit Lagi.
59 Sedikit Pencerahan.
60 Berhadapan Para Warga.
61 Sidang Warga
62 Terpuruk.
63 Damar Dan Perbuatannya.
64 Mengasingkan Diri.
65 Takut Jatuh Cinta.
66 Cerita Yang Melelahkan.
67 Petuah Dari Senior.
68 Kecelakaan.
69 Adek-adek Sudah Siuman.
70 Rencana.
71 Melamar Risa.
72 Teduh.
73 Memprovokasi.
74 Ada Hal Lain.
75 Reva Sekarat.
76 Korban.
77 Ikhlas Obat Yang Mujarab.
78 Pengertian.
79 Rencana Pernikahan.
80 Pengakuan Damar.
81 Mencoba Untuk Ikhlas.
82 Lamaran.
83 Bahagia.
84 Malam Pengantin.
85 Tali Persaudaraan Yang Putus.
86 Kisah Arpin dan Boy.
87 Tinggal Sementara di Lampung.
88 Istri Yang Lain Dari Ayah Kami.
89 Pengalaman Yang Ngeri Dari Keluarga.
90 Kabar Bahagia.
91 Penghargaan
92 Kisah Yang Unik.
93 Keluarga Tidak Harus Sedarah.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Terlihat Seperti apa itu Saudara.
2
Haru
3
Nenek Meninggal Dunia.
4
Klaim.
5
Tatapan yang Kecewa.
6
Kacang Lupa akan Kulitnya.
7
Harta Peninggalan.
8
Perhitungan.
9
Wasiat Kakek.
10
Peralihan.
11
Merekrut Pegawai Baru.
12
Pertemuan Yang Tidak Terduga.
13
Malu
14
Tentang Bang Anggi.
15
Pertemuan Yang Tidak di Harapkan.
16
Kedatangan Tamu Lagi.
17
Kunjungan Dari Ketiga Abang.
18
Bang Jepri dibawa oleh bang Firman.
19
Ada apa dengan bang Firman?
20
Musyawarah.
21
Istri Bang Firman
22
Kiriman Pengacara.
23
Somasi
24
Diskusi.
25
Meraba Keikhlasan.
26
Sidang.
27
Sidang Lanjutan.
28
Penjelasan Yang Tidak Masuk Akal.
29
Kekwatiran Terhadap Bang Jepri.
30
Kisah Yang Lain.
31
Bang Jepri jadi Manusia Silver.
32
Permasalahan Manusia Silver.
33
Gatal-gatal.
34
Bang Jepri Siuman.
35
Pengacara Baru Damar.
36
Bang Jepri Memaksa Untuk Pulang.
37
Saling Menguatkan.
38
Sidang Putusan.
39
Jepri Pingsan Di Persidangan.
40
Bang Jepri Meninggal Dunia.
41
Hasil Otopsi.
42
Kedua Istri Damar.
43
Mahasiswi Cantik.
44
Di Usir Istri Pertama.
45
Panggilan Polisi.
46
Baru Terasa.
47
Bocil Beringas.
48
Menyerahkan Keponakan ke Panti Asuhan.
49
Istri Kedua Anggi
50
Perempuan Dari Anggi Lagi.
51
Berani Melawan.
52
Kisah Dari Ketiga Saudara.
53
Kisah Dari Bang Anggi.
54
Firman Akhirnya di Bekuk Polisi.
55
Solusi Yang Baik.
56
Kebahagiaan Yang Sederhana.
57
Obrolan Dengan Bang Yusuf.
58
Bertemu Parasit Lagi.
59
Sedikit Pencerahan.
60
Berhadapan Para Warga.
61
Sidang Warga
62
Terpuruk.
63
Damar Dan Perbuatannya.
64
Mengasingkan Diri.
65
Takut Jatuh Cinta.
66
Cerita Yang Melelahkan.
67
Petuah Dari Senior.
68
Kecelakaan.
69
Adek-adek Sudah Siuman.
70
Rencana.
71
Melamar Risa.
72
Teduh.
73
Memprovokasi.
74
Ada Hal Lain.
75
Reva Sekarat.
76
Korban.
77
Ikhlas Obat Yang Mujarab.
78
Pengertian.
79
Rencana Pernikahan.
80
Pengakuan Damar.
81
Mencoba Untuk Ikhlas.
82
Lamaran.
83
Bahagia.
84
Malam Pengantin.
85
Tali Persaudaraan Yang Putus.
86
Kisah Arpin dan Boy.
87
Tinggal Sementara di Lampung.
88
Istri Yang Lain Dari Ayah Kami.
89
Pengalaman Yang Ngeri Dari Keluarga.
90
Kabar Bahagia.
91
Penghargaan
92
Kisah Yang Unik.
93
Keluarga Tidak Harus Sedarah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!