Kolak

Asha berjalan menunduk, melewati jalanan komplek yang selalu sepi, penghuni komplek elite itu bukan sembarangan orang, mereka adalah orang-orang dari kalangan atas yang setiap harinya selalu super sibuk, mereka jarang di rumah, menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan bekerja, maka rumah mewah yang susah payah mereka bangun hanya ditinggali dan di nikmati kemewahannya oleh asisten rumah tangga dan pekerja lainnya, sungguh miris.

“Kamu jahat Bry” Asha mengusap air mata yang tumpah di pipinya.

Gadis itu masih berjalan lurus menuju rumahnya, jarak antara rumahnya dan rumah Briyan sebetulnya cukup dekat, hanya dua puluh menit jika jalan kaki, dan sepuluh menit jika menaiki kendaraan. Mang Diman sudah disuruhnya pergi duluan tadi, kala dia tiba di rumah Briyan, tidak menyangka akan mendapat perlakuan semenyakitkan itu dari suaminya sendiri.

Asha berdiri mematung di sebrang rumah megahnya, rumah mewah peninggalan kedua orangtuanya, konon kedua orangtua Asha adalah seorang pengusaha sukses, mereka memiliki banyak perusahaan dan tentu saja mereka sangat kaya raya. Hingga ketika mereka tiada, mereka meninggalkan seluruh harta itu untuk Asha, karena dianggap belum cukup umur, harta Asha kini dikelola oleh pamannya, adik dari sang Ayah yang sudah lama menetap di luar negri.

Gadis itu sebetulnya sempat akan di boyong ke luar negeri, namun Asha menolak, dengan alasan tidak ingin berjauhan dengan Briyan. Tidak ingin terus cemas memikirkan keponakannya, sang paman menawarkan pernikahan pada keluarga Briyan dengan tujuan agar ada yang bisa menjaga sang keponakan tersayang, meski sempat ditentang mengingat usia mereka masih begitu muda, Briyan dan Asha masih usia belasan, dan mereka hanya terpaut usia satu tahun.

Pernikahan itu akhirnya terjadi setelah banyak pertimbangan dan banyak persyaratan dari Briyan, salah satunya mereka harus tetap pisah rumah selama belum menikah secara negara, dilarang ada kontak fisik, dan dilarang saling berdekatan. Semua persyaratan itu disetujui Asha tanpa pikir panjang, terlalu mencintai Briyan sedari kecil membuat Asha gelap mata, dia rela kehilangan apapun asal bisa melihat Briyan meski dari jauh.

Harta dan sebagian aset sudah digelontorkan pada keluarga Briyan semenjak pernikahan Asha dan Briyan, meski keluarga Briyan mengaku jika mereka menikah-kan putra mereka tanpa pamrih, namun tak ingin terlalu merepotkan, sang paman tetap memaksa ingin membantu perusahaan Papih Briyan yang waktu itu hampir collapse.

Briyan juga dipaksa untuk belajar memimpin perusahaan, agar kelak kala Briyan sudah siap secara mental dan ilmu, maka Briyan yang akan mengambil alih semua harta Asha sebagai wali-nya.

Briyan yang sudah tahu itu tidak peduli, yang dia mau hanya mengejar mimpinya, menjadi seorang arsitek dan belajar di luar negeri adalah impiannya.

Awan mendung menggelayuti langit, petir mengkilat menyambar-nyambar, sementara itu Asha masih betah berdiri di tempatnya.

“Gak ada gunanya rumah semegah ini, kalau Mamah dan Papah gak ada” Asha terisak seorang diri.

“Harusnya aku ikut Mamah dan Papah aja” Asha berjongkok, tangisnya pecah menyayat hati.

“Aku gak mau sendiri” Asha menggeleng.

Hingga air dari langit mulai berjatuhan, Asha masih betah berdiri di tempat yang sama, hingga hujan menderas dan Asha mulai menggigil.

“Ya Allah Non!” Bi Inah yang kebetulan melihat keadaan luar lewat jendela lantai dua, melihat sang majikan tengah menggigil diantara derasnya hujan.

Perempuan tua itu segera meraih payung dan berlari menghampiri Asha yang sudah basah kuyup.

“Non, ya Gustiiii, Non kenapa begini?” mata Bi Inah berkaca-kaca melihat betapa kacaunya Asha sekarang.

“Aku mau ikut Mamah aja, gak ada yang sayang sama aku, gak ada yang peduli sama aku” Asha meracau, memukul-mukul dada Bi Inah yang tengah mendekapnya.

“Non, banyak yang sayang sama Non, Bibi juga sayang sama Non, sayang sekali malah” Bi Inah memeluk erat Asha yang tengah menangis menyayat hati.

“Bohong! Semua orang bohong!” Asha masih histeris, hingga Mang Diman dan Mas Parto mendekat dan menyeret Asha untuk memasuki rumah, mereka berempat kembali ke rumah dengan keadaan basah kuyup.

Bi Inah segera mengelap tubuh Asha dengan air hangat, membersihkan tubuh Asha yang rentan sakit, sebelum Asha sakit sungguhan.

Sementara Asha, gadis itu sudah tak sadarkan diri semenjak memasuki rumah.

***

Sisa air hujan masih menetes, Briyan menatap langit yang kini sudah berangsur cerah.

“Asha demam tinggi, kamu datanglah ke rumahnya” suara Mamih terdengar, membuat Briyan menoleh, pria itu sedari tadi terus mendapat peringatan dari sang Mamih, termasuk harus pulang sekolah bersama Asha.

“Mamih tahu, kamu tidak menyukainya, tapi setidaknya jenguk dia sebagai temanmu jangan sebagai istrimu, kamu juga akan menjenguk temanmu jika ada yang sakit bukan?” Mamih tidak menatap putranya, pandangan Mamih tertuju pada cakrawala yang sama.

“Aku akan menjenguknya” Briyan mengangguk pasrah.

“Jangan lupa, bawakan makanan untuk Asha, Bi Inah bilang dia gak mau makan dari tadi” peringat Mamih sebelum Briyan beranjak pergi.

Briyan hanya mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju rumah Asha.

Memutari jalanan hanya untuk mencari makanan yang disukai Asha, sebelumnya Mamih memberitahu jika makanan kesukaan Asha adalah makanan yang manis-manis, tapi Briyan masih bingung, hingga matanya tertuju pada pedagang di pinggir jalan.

“Ini apa Mang?” Briyan turun dari mobil dan bertanya pada pedagang, menatap makanan yang berada dalam cup, sejenis minuman hangat, namun Briyan tidak ingat namanya.

“Ini kolak Den, cocok di makan di cuaca dingin begini” pedagang memeluk tubuhnya sendiri yang kedinginan selepas hujan.

“Oh yaaa, Mamih suka bikin kalau waktu bulan Ramadhan” Briyan mengangguk baru mengingatnya.

“Iya Den” si Mamang mengangguk.

“Kalau gitu beli lima”

Briyan menyodorkan uang pembelian kolak tersebut, lalu kembali melajukan mobilnya menuju rumah Asha.

“Asha-nya ada Bi?” tanya Briyan kala pintu di buka oleh Bi Inah.

“Ada Den, lagi istirahat di kamarnya” Bi Inah mempersilahkan Briyan untuk memasuki kamar istrinya.

Briyan menatap pada rumah megah yang sedang ditapakinya, rumah besar yang lebih besar dan lebih mewah dari rumahnya sendiri.

Briyan berjalan perlahan menuju kamar mewah Asha, mengintip sedikit pada pintu yang sedikit terbuka.

“Harusnya, Mamah ajak aku juga” terlihat Asha tengah memeluk sebuah foto sambil bicara sendiri, Briyan menatapnya dengan tatapan sedih, hatinya ikut merasakan apa yang dirasakan Asha, sedikit rasa bersalah telah banyak melukai gadis itu mulai muncul.

“Sha ...”

Briyan memasuki kamar Asha, masih dengan menenteng kolak yang ada di tangannya.

“Ayang!” gadis itu melonjak senang, menyembunyikan foto juga kesedihannya, seketika rautnya berbinar.

“Ayang datang kok gak bilang-bilang?” Asha merajuk, mengerucutkan bibirnya.

“Gue bawain makanan buat Lo” Briyan menyimpan kolak tersebut di atas nakas.

“Apa itu?” Asha menatap heran.

“Ini kolak, kata Mamih Lo suka yang manis-manis” jawab Briyan bangga.

“Tapi aku lagi sakit, bukan mau buka puasa”

Terpopuler

Comments

Candy

Candy

lah..emang apa salahnya orang sakit makan kolak 😅

2023-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ayang!
3 Baku Hantam
4 di Skors
5 Harusnya Briyan Juga Cinta Aku!
6 Lo Udah Bikin Hidup Gue Susah
7 Keinginan Asha
8 Aku Cuma ...
9 Sreetttt!
10 Briyan Sakiiitttt ...
11 Kolak
12 Asha yang Rapuh
13 Di Turunin di Jalan
14 Ciuman
15 Ajakan Liburan
16 Tersentil
17 Warna Mata Yang Sama
18 Izin dan Janji
19 Izin dari Asha
20 Kepergian Briyan
21 Ulang Tahun Asha
22 Bunuh Diri
23 Sama-sama Terluka
24 Bisakah seorang Asha pergi dari seorang Briyan?
25 Kamu Mengkhianatiku Briyan ...
26 Tanpa di Sadari
27 Surat Nikah
28 Dear my husband ...
29 Sha, Kamu di Mana?
30 Ingatan Buruk
31 Flashback 1
32 Flashback 2
33 Flashback 3
34 Cinta Tidak Bisa di Paksakan Bukan?
35 Membuka Kunci Ingatan
36 Melepaskan
37 Briyan Pembunuhnya
38 Sha, kamu dimana???
39 Kebencian
40 Pencarian
41 Aku Sakit Sha!
42 Seandainya, Akankah???
43 Surat Cerai
44 Kurasa Aku Sudah Jatuh Cinta
45 Kedatangan
46 Salah Faham
47 Sha! Aku harus apa?
48 Aku Mencintai Kamu Asha
49 Do'a dan Pelukan
50 Tidak Ingin Menyerah
51 Lima Tahun Telah Berlalu
52 Pertemuan Dengan Mamih
53 Modus
54 Pertemuan
55 Mengganjal
56 Pembukaan Butik
57 Abim vs Briyan
58 Lebih Suka Duda
59 Aku Pikir Itu Kamu
60 Bocah Gemblung
61 Hai ... Ayang ...
62 Tidak Sadarkah?
63 Ratu-ku
64 Lo Itu Hebat!
65 Di Jodohin
66 Aku Seorang Janda
67 TIDDDAAAAAKKKKK!!!
68 Sengketa Hati
69 Bos Ganteng
70 Lamaran?
71 Tidak Akan Ku Biarkan!!!
72 Koma
73 Keras Sekali Hatimu Sha
74 Khawatir
75 Sama Menyakitkannya
76 Cara Hidup
77 Terkadang, Kita Lupa
78 Wujud Dari Bentuk Cinta
79 Jangan Paksa, Jika Itu Membuatmu Sakit
80 Mantan Istri Briyan
81 Sudah Cukup Kuat
82 Ke Puncak
83 Gaun Pengantin
84 Tidak Harus Selalu
85 Telah Memutuskan
86 End
87 Side Story Gendis
88 Side Story Gendis
89 Side Story Gendis
90 Side Story Gendis
91 By by by
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Prolog
2
Ayang!
3
Baku Hantam
4
di Skors
5
Harusnya Briyan Juga Cinta Aku!
6
Lo Udah Bikin Hidup Gue Susah
7
Keinginan Asha
8
Aku Cuma ...
9
Sreetttt!
10
Briyan Sakiiitttt ...
11
Kolak
12
Asha yang Rapuh
13
Di Turunin di Jalan
14
Ciuman
15
Ajakan Liburan
16
Tersentil
17
Warna Mata Yang Sama
18
Izin dan Janji
19
Izin dari Asha
20
Kepergian Briyan
21
Ulang Tahun Asha
22
Bunuh Diri
23
Sama-sama Terluka
24
Bisakah seorang Asha pergi dari seorang Briyan?
25
Kamu Mengkhianatiku Briyan ...
26
Tanpa di Sadari
27
Surat Nikah
28
Dear my husband ...
29
Sha, Kamu di Mana?
30
Ingatan Buruk
31
Flashback 1
32
Flashback 2
33
Flashback 3
34
Cinta Tidak Bisa di Paksakan Bukan?
35
Membuka Kunci Ingatan
36
Melepaskan
37
Briyan Pembunuhnya
38
Sha, kamu dimana???
39
Kebencian
40
Pencarian
41
Aku Sakit Sha!
42
Seandainya, Akankah???
43
Surat Cerai
44
Kurasa Aku Sudah Jatuh Cinta
45
Kedatangan
46
Salah Faham
47
Sha! Aku harus apa?
48
Aku Mencintai Kamu Asha
49
Do'a dan Pelukan
50
Tidak Ingin Menyerah
51
Lima Tahun Telah Berlalu
52
Pertemuan Dengan Mamih
53
Modus
54
Pertemuan
55
Mengganjal
56
Pembukaan Butik
57
Abim vs Briyan
58
Lebih Suka Duda
59
Aku Pikir Itu Kamu
60
Bocah Gemblung
61
Hai ... Ayang ...
62
Tidak Sadarkah?
63
Ratu-ku
64
Lo Itu Hebat!
65
Di Jodohin
66
Aku Seorang Janda
67
TIDDDAAAAAKKKKK!!!
68
Sengketa Hati
69
Bos Ganteng
70
Lamaran?
71
Tidak Akan Ku Biarkan!!!
72
Koma
73
Keras Sekali Hatimu Sha
74
Khawatir
75
Sama Menyakitkannya
76
Cara Hidup
77
Terkadang, Kita Lupa
78
Wujud Dari Bentuk Cinta
79
Jangan Paksa, Jika Itu Membuatmu Sakit
80
Mantan Istri Briyan
81
Sudah Cukup Kuat
82
Ke Puncak
83
Gaun Pengantin
84
Tidak Harus Selalu
85
Telah Memutuskan
86
End
87
Side Story Gendis
88
Side Story Gendis
89
Side Story Gendis
90
Side Story Gendis
91
By by by

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!