“Ambilin alat rajut aku Bi, aku mau bikin sweater yang bagus buat Briyan” ucapnya dengan mata berbinar.
“Baik Non” Bi Inah segera berlalu, memenuhi perintah sang Nona.
Berjam-jam berkutat dengan jarum dan benang tidak membuat Asha lelah sama sekali, gadis itu malah terlihat begitu bahagia, sesekali bersenandung ringan, sesekali menerima suapan makan dari Bi Inah, saking semangatnya mengerjakan tugasnya, gadis itu sampai lupa waktu, lupa makan, hingga Bi Inah harus turun tangan untuk menyuapinya. Beberapa kali jarinya tertusuk jarum, namun Asha tidak peduli, gadis itu tetap melanjutkan pekerjaannya dengan senang hati.
Dua hari berlalu, namun gadis itu masih belum menyelesaikan pekerjaannya, sweater rajut dengan warna hitam dan putih itu terlihat begitu cocok untuk Briyan, gadis itu semakin berbinar kala pekerjaannya hampir rampung, tinggal satu hari lagi gadis itu yakin bisa mengerjakannya.
Asha, gadis itu selain sekolah di sekolah formal, juga mengikuti kelas menjahit, cita-cita gadis itu adalah menjadi seorang designer, seperti mendiang Ibunya, yang bisa menciptakan banyak baju bagus bagi orang lain. Sedikit-sedikit gadis itu sudah mulai bisa menjahit baju, meski masih amatiran. Beberapa kali gadis itu memberikan karyanya pada Briyan, namun jelas saja pria itu langsung menolak. Bahkan karya pertama yang gadis itu ciptakan tentu saja adalah baju Briyan.
Selama tiga hari ini gadis itu bahkan hanya tidur beberapa jam saja hanya agar hadiahnya untuk Briyan segera selesai.
“Harusnya, hari ini Briyan ada di rumah kan? Hoho ... aku akan memberikannya sekarang” gadis itu segera beranjak pergi menuju rumah sang suami.
Kala tiba di pekarangan rumah keluarga suaminya, gadis itu menghentikan langkahnya ketika melihat Briyan yang baru saja turun dari atas motornya, gadis itu seketika memekik lalu berlari bersiap memeluk Briyan yang terlihat begitu lelah.
“Ayang! Kangeeennn” gadis itu langsung bergelayut manja di lengan kekar Briyan, karena sebelumnya gadis itu sudah diperingatkan untuk tidak menyentuh tubuh Briyan selain tangan.
“Apaan sih? Lo gak lihat Gue capek baru pulang sekolah?!” pria itu langsung membentak, menghempaskan tangan Asha seperti biasa.
“Ayang capek ya? Aku pijitin yah?” Asha mengedipkan matanya berulangkali.
“Lo itu budek apa gak paham bahasa Indonesia sih? Gue gak mau Lo ganggu!” Briyan langsung beranjak pergi menuju rumahnya, meninggalkan Asha yang berlari kecil mengekorinya.
“Ayang, tunggu! Aku punya hadiah buat kamu!” Briyan menghentikan langkahnya mendadak, hingga membuat langkah Asha juga terhenti, kepala gadis itu menubruk punggung kokoh milik Briyan. Mata Asha mengerjap berulang kali, senyum terukir di wajah cantiknya.
“Lo itu kenapa sih? Hah?! Lo gak bisa ya? Sekali aja gak ganggu hidup Gue?” Briyan kembali menaikkan nada suaranya, membuat Asha mengerjapkan matanya berulang kali.
“Ayang, aku cuman mau ngasih ini” gadis itu menyodorkan paper bag hasil kerja kerasnya selama tiga hari tiga malam pada Briyan.
“Gue gak butuh! Gue gak peduli!” Briyan menjambret paper bag dari tangan Asha lalu melemparnya ke samping, hingga mengenai vas bunga yang bertengger cantik di atas meja, vas bunga langsung terjatuh hingga menimbulkan bunyi nyaring, khas kaca pecah.
“Ahhhkk!!” Asha yang kaget langsung menutup kedua telinganya, gadis itu bergetar hebat, matanya berkaca-kaca, menatap Briyan dengan kecewa, kala diliriknya sweater buatannya langsung keluar dari paper bag, dan kini sudah teronggok diatas pecahan beling.
“Lo denger baik-baik! Gue gak suka sama Lo, dan gak akan pernah suka!” Briyan pergi meninggalkan Asha, yang kini sudah terisak, langkahnya kian cepat menghampiri kamarnya.
BRRAAKK!!!
Pintu ditutup dengan kekuatan penuh, hingga membuat Asha memekik ketakutan, gadis itu luruh di lantai, terisak pilu, lalu mencoba berdiri untuk kembali meraih sweater yang dengan susah payah Ia buat.
Menyingkirkan beling yang berada di sweater tersebut, lalu mendekapnya dengan sayang, tangannya masih bergetar ketakutan, gadis itu berjalan menghampiri kamar Briyan yang sudah tertutup rapat, lalu menyimpan sweater warna hitam putih tersebut di depan pintu, menyimpan note kecil di atasnya yang sebelumnya sempat dia tulis, lalu memutar tubuh berniat pulang.
“Brengsek!” Briyan masih mengumpat di dalam kamar sana, dia sempat melihat bagaimana Asha terkejut karena bentakan nya, pria itu dengan marah meninju tembok disampingnya, lalu melempar tasnya ke sembarang arah. Memasuki kamar mandi, lalu menyirami kepalanya yang terasa panas dengan air dingin.
Sementara Asha, gadis itu pulang ke rumahnya dengan tatapan kosong, berjalan pelan menuju kamarnya, bahkan sapaan dari Bi Inah tidak Ia gubris, perempuan itu seolah tuli, dia tengah merasakan sakit dihatinya.
“Aku membuat semua itu dengan susah payah” gumamnya pada diri sendiri, menatap bayangannya sendiri di cermin, menilik wajah cantiknya, yang menurut pria lain sempurna, tapi tidak bagi Briyan, semuanya terlihat buruk dimata pria itu.
“AAHHKKK” gadis itu membanting cermin di hadapannya dengan benda-benda yang berada di dekatnya.
“Kamu jahat Briyan!” teriaknya frustasi, kemarahannya berlanjut dengan luapan yang tidak main-main, gadis itu mengacak seluruh kamarnya dengan brutal, hingga kini kamarnya sudah bak kapal pecah, kaki dan tangannya tak luput dari goresan beling yang mengenainya.
Sementara itu, di luar sana Bi Inah tengah menggedor pintu kamar Asha yang di kunci dari dalam. Perempuan tua itu langsung cemas kala terdengar bunyi memekakkan dari dalam sana.
“Non, buka pintunya Non, ini Bibi.” Bi Inah terus menggedor tanpa lelah, namun nihil seberapa banyak Bi Inah memanggil, panggilannya tetap tak terjawab.
***
‘Maaf udah bikin Ayang marah, tapi sweater ini aku buat tiga hari tiga malam tanpa istirahat, sweater ini akan menemani Ayang kalau Ayang begadang belajar buat ujian, di pakai ya’
Briyan menghela napas berat kala membaca tulisan di note kecil yang ada di atas sweater yang tergeletak di atas lantai di depan kamarnya, pria itu benar-benar kesal mendapatkan perhatian dari Asha.
“Hhhhh ...” pria itu kembali menghela napas menghilangkan kekesalannya.
“Kenapa sih Lo harus kayak gini?” seketika bayangan mata Asha yang berkaca-kaca memenuhi pelupuk matanya, namun pria itu tidak ingin peduli, tidak ada cinta untuk gadis itu, yang ada hanya kebencian karena gadis itu sudah merenggut segala kebebasan yang diimpikan olehnya.
“Lo udah bikin hidup Gue susah” desis Briyan sambil melempar sweater tersebut ke atas tempat tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Candy
Asha ini emang ada trauma gitu..
ato mmg dibikin tidak bisa mengontrol emosinya thor..?
2023-08-24
0