“Kamu sudah besar, masa mau dinyanyiin sama Mamih” tangan perempuan itu sudah mengelus lembut kepala Asha,
“Asha gak pernah dinyanyiin sebelum tidur sama Mamah” ucapnya tersenyum, tentu saja gadis itu tidak akan mengingatnya sama sekali, gadis itu memiliki trauma hebat mengenai kecelakaan kedua orangtuanya, hingga memory yang paling menyakitkan dalam hidupnya harus dihapus agar Asha bisa tenang menjalani hidupnya, namun yang terjadi kala Asha menghapus ingatan menyakitkannya, ada beberapa memori yang juga ikut hilang dari memori otaknya, termasuk kebersamaannya dengan kedua orangtuanya.
“Mamih akan nyanyiin buat Asha” Mamih menyerah, lalu bersiap bersenandung kecil untuk mengantarkan Asha menuju mimpi.
“Menurut Mamih, kenapa Briyan gak suka sama Asha?” Asha kembali membuka matanya, menatap langit-langit kamarnya.
“Briyan suka sama kamu, hanya saja Briyan sedang tersesat, nanti Briyan akan menemukan jalan pulang, dan Briyan akan kembali padamu, karena seharusnya kamu adalah rumah untuk Briyan” Mamih juga ikut menerawang.
“Begitukah? Briyan tidak pergi, hanya saja Briyan sedang bengkok, begitukah Mamih?” Asha tersenyum kecil.
“Hmh, Briyan akan mencintaimu nanti, memang lelaki mana yang tidak akan mencintai putri Mamih yang satu ini, sudah cantik, cerdas, juga kaya. Tentu saja kamu adalah incaran setiap pria di luar sana, Briyan hanya belum melihatmu Nak” Mamih kembali mengelus punggung Asha, hingga gadis itu perlahan terpejam lalu pergi ke alam mimpi.
***
Plak!
Satu tamparan mendarat sempurna di pipi seorang pria remaja yang kini tengah berdiri sambil meremas jemari tangannya.
“Apa yang kamu lakukan pada Asha?!” sang Ayah membentak dengan nada tinggi, setelah satu tamparan berhasil membuat sang anak hampir kelimpungan.
“Aku tidak melakukan apapun” Briyan menggeleng, pipinya terasa kebas juga perih, tamparan sang Ayah bukan main-main.
“Udah Pih! Jangan pukul Kak Briyan lagi! kak Briyan gak salah! Asha yang salah!” Bintang, sang adik membela sang Kakak yang kini hanya terlihat begitu pasrah akan amarah sang Ayah.
“Tadi sore, Om Asha menelponku! Mengancamku akan memutus kerjasama dengan perusahaan kita, apa kamu tahu itu apa artinya? Kita akan bankrupt jika Om Asha memutus tali kerjasamanya!” Papih masih mengatur napasnya masih memburu.
Briyan dan Bintang saling tatap, merasa bingung.
“Kamu tidak tahu? Selama ini, perusahaanku tengah di ambang kehancuran, namun semuanya tidak terjadi berkat suntikan dana dari aset milik Asha yang kini dikelola pamannya, mereka percaya pada kita karena kamu suaminya!” Papih kembali membentak dengan kesal.
Briyan dan Bintang langsung terduduk lemas, Bintang menutup mulutnya, selama ini sikapnya pada Asha sudah sangat keterlaluan, beruntung Asha tidak peduli pada sikapnya, karena selama ini yang dia pedulikan hanya Briyan saja.
Sementara Briyan kembali menghela napas berat, hatinya kembali hancur saat mengetahui kenyataan ini “Jadi, aku dinikahkan dengannya hanya karena harta?” gumamnya sedih, merasa harga dirinya sebagai pria sudah dilukai.
“Tidak, Mamih tidak berfikir seperti itu, dari awal keluarga Asha begitu tulus pada kita, bahkan jika kamu bukan suaminya-pun, mereka akan tetap menolong kita, masalah perjodohan itu, kamu tahu sendiri lewat video yang pernah kamu tonton, rencana itu sudah ada bahkan semenjak kalian masih bayi, dan Mamih merasa harus merealisasikannya, karena itu keinginan terakhir sahabat Mamih, Vanessa” Mamih datang, duduk di salah satu kursi dengan tenang, matanya memindai pada kedua anaknya yang sering membuatnya sakit kepala.
“Lagi pula, apa susahnya baik pada Asha, jika kamu tidak bisa mencintainya, setidaknya gunakan hati nuranimu sebagai manusia, jangan sakiti dia! Kamu tidak tahu apa saja yang sudah dilalui gadis malang itu! Terutama kamu Bintang! Papih lihat kamu sering berprilaku buruk padanya! Padahal dia adalah Kakak iparmu!” Papih menatap tajam pada putri bungsunya yang kini tengah menunduk.
“Maaf Pih” Bintang menunduk dalam, menyesali perbuatannya.
“Tapi aku tidak bisa bersikap munafik, sedari awal aku sudah tidak menyukainya, Mamih dan Papih tahu itu, kebebasanku terenggut hanya karena status ini! Aku belum bisa bertanggung jawab padanya” Briyan angkat suara, mengutarakan isi hatinya.
“Kamu hanya perlu bersikap baik padanya, hanya itu” Mamih sekali lagi menekankan.
“Besok gunakan mobil ketika berangkat sekolah, antar jemput Asha, buat dia bahagia, hanya itu permintaan kami” Mamih dan Papih beranjak pergi menuju kamarnya, meninggalkan kedua anaknya yang masih mematung.
Briyan menghela napas berat, sekali lagi kebebasannya direnggut oleh istri rasa musuhnya.
***
“Selamat pagiiiiii” suara riang menyapa, kala Briyan memarkirkan mobilnya di halaman rumah Asha, untuk menjemput gadis itu berangkat sekolah. Briyan memutar bola matanya malas, hatinya masih sekeras sebelumnya, menganggap Asha sebagai penghalang mimpinya.
“Ayang, kangeeennn” Asha langsung memeluk lengan Briyan, kali ini tidak dihempaskan seperti biasa, otak Briyan masih merekam dengan jelas jika dia harus memperlakukan Asha dengan baik, namun ... bersikap baik pun Briyan tidak paham harus apa, akhirnya dia hanya terdiam, membiarkan Asha melakukan hal sesuka hatinya.
“Ayang kangen aku juga gak?” Asha bergelayut manja, gadis itu sepertinya sudah lupa dengan perlakuan Briyan kemarin.
“Sha, lepasin tangan Gue, Gue mau nyetir dulu” Briyan mencoba bersikap lembut, meski hatinya sungguh enggan. Hingga sebuah kepura-puraan begitu ketara.
“Oh iya, lupa. Ayang sudah sarapan belum? Aku buatin sarapan buat Ayang, nih” gadis itu menyodorkan kotak makanan berwarna pink, warna kesukaannya.
“Gue udah sarapan” jawab Briyan datar, tangannya sudah aktif mengendalikan mobilnya.
“Buat nanti aja, Ayang makan siang. Dimakan yah” Asha menyelipkan kotak makan tersebut di dalam tas Briyan.
Briyan tidak menjawab, pria itu terdiam, pandangannya masih lurus ke depan.
“Ayang, nanti pas jam istirahat Ayang makan-nya bareng aku yah” Asha kembali menempelkan kepalanya di bahu Briyan, sesekali gadis itu memainkan baju seragam Briyan.
“Sha, Lo jangan mulai berulah deh, Gue risih deket Lo” Briyan dengan jujur menolak sentuhan Asha.
“Ish, kok Ayang gitu sih, gak apa-apa kali, kan kita sudah menikah” gadis itu masih terkekeh geli.
“Lagian Ayang bisa gak sih yang romantis dikit? Jangan panggil Lo-Gue, gak enak di dengernya, panggil aku sayang, beb, cinta, atau apa gitu yang romantis, nih ya ... kayak Mamih sama Papih, mereka punya panggilan sayang juga, kita juga kan udah suami is ...”
“Cukup Sha! Lo dari tadi ngoceh terus! Gue pusing dengerin ocehan Lo! Lo gak bisa apa, diam sha! Diem!” Briyan kembali ke mode awal, membentak Asha dengan tak berperasaan, membuat gadis itu terlonjak kaget, Briyan benci jika diingatkan mereka adalah pasangan suami istri, bagi Briyan menikah di usia belasan tahun adalah musibah paling besar dalam hidupnya, Briyan tidak bisa meraih impiannya, Briyan juga merasa jika kebebasannya seketika terhenti. Briyan dituntut untuk mempelajari seluk beluk perusahaan, agar jika perusahaan Asha nanti jatuh ketangannya sebagai suami Asha, Briyan sudah bisa memimpin perusahaan tersebut, dan itu bukan Briyan sekali.
Briyan remaja biasa pada umumnya, di usianya sekarang dia masih ingin berteman dengan banyak orang, masih ingin nongkrong, masih ingin bermain sejauh mungkin yang dia bisa, namun ... karena seorang Berliana Asha, seluruh dunia Briyan menjadi hancur seketika, Briyan merasa semuanya sudah direnggut dari hidupnya.
“Maaf Ayang, aku Cuma ...”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments