“Aku sayang kamu Bry ... sangat sayang, aku selalu menganggap kamu adalah segalanya, tapi kamu menganggapku musibah, kenapa aku gak bisa benci kamu Bry?” ujung pisau kian mendekat pada nadi Asha, segala bayangan tentang Briyan juga tentang kedua orang tuanya datang silih berganti.
“Mamah ... aku kangen Mamah dan Papah”
Sreeetttt!!!
Tiba-tiba gorden berwarna putih tersebut di buka seseorang dari luar, Asha terpaku, tangannya refleks menyembunyikan pisau yang tadi hendak digunakannya untuk mengiris nadi-nya sendiri.
“Abimanyu?” Asha terkejut kala melihat seorang pria yang menggunakan seragam yang sama dengannya, tengah menatapnya bingung, pria yang diberi julukan si culun, dengan penampilan sesuai dengan ejekan teman-temannya.
Pria itu memandang Asha dengan kerutan di dahinya, mereka teman sekelas, namun Asha tidak terlalu mengenalnya, dunia-nya hanya berputar pada Briyan, hingga membuatnya tidak bisa menikmati hidup layaknya remaja pada umumnya, memiliki teman, nongkrong, jalan-jalan, atau mungkin belajar kelompok bersama, Asha selalu menolak semua kegiatan tersebut. Takut, hatinya selalu ketakutan Briyan akan cemburu jika dia berdekatan dengan pria lain.
“Guru nyariin kamu, kamu ke toilet lama sekali, aku bantu nyari kesana, ternyata kamu malah ada disini” Abimanyu membenahi letak kacamatanya.
“Oh, ya ... aku sakit” Asha merebahkan tubuhnya, sementara Abimanyu hanya bisa meneguk ludahnya, kala melihat rok pendek yang Asha gunakan tersingkap hampir ke atas.
“Oke, kalau gitu aku bilangin sama gurunya” Abimanyu berlalu, keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Asha yang kini tengah terdiam seorang diri.
***
“Lo beneran sakit?” Gendis meraba kening sahabatnya penasaran.
“Ho’oh” Asha mengangguk sambil mengaduk makanan di hadapannya, sekarang jam istirahat, dan Asha baru keluar dari ruangan UKS.
“Tadi guru nungguin Lo, tapi Lo gak balik-balik, sampe nyuruh ketua kelas buat nyariin Lo, takutnya Lo pingsan, eh ... kata si Abim ternyata Lo sakit” Gendis menjelaskan dengan detail.
“Iya, sorry ... Gue emang agak sakit kepala, pening gitu” mata Asha mengedar mencari sosok Briyan yang dicari ternyata tengah sama-sama makan di pojokan kantin bersama Raisya.
Tanpa pikir panjang gadis itu segera menghampiri, menatap Briyan dengan binar bahagia.
“Ayang ...” Asha duduk di sebelah Briyan, Briyan hanya melengos dan Raisya segera membulatkan matanya.
“Lo ngapain sih? Gak bosen cari masalah? Atau mau di skors lagi?” Raisya menyembur Asha dengan sinis.
“Gue gak ada urusan sama Lo Kak, Gue kesini mau nyamperin Ayang, su ...”
“Asha!” geram Briyan mengingatkan kala Asha hampir saja mengatakan kata ‘Suami’.
“Heran deh sama Lo, kok gak tahu malu banget sih?” Raisya menyuapkan makanannya, sementara Briyan dengan acuh mengaduk minumannya.
“Ayang ... kenapa gak makan bekal dari aku?” Asha menatap nanar pada Briyan, sungguh Asha telah berjuang sangat keras untuk bisa membuatkan sarapan untuk Briyan, namun Briyan malah menyia-nyiakannya.
“Maksud Lo makanan yang ada di kotak pink itu?” Raisya bertanya dengan sinis.
“Kok Lo tahu Kak?” Asha menautkan kedua alisnya.
“Tuh ...” Raisya menunjuk tempat sampah yang tidak jauh dari tempat mereka, terletak tepat di luar kantin, Asha mengikuti pandangan Raisya, seketika matanya membulat kala dia melihat kotak pink itu sudah teronggok begitu saja di tempat sampah, masih lengkap dengan isinya. Briyan sama sekali tidak menghargai usahanya.
“Ayang jahat” Asha menunduk, lalu pergi meninggalkan Raisya dan Briyan, gadis itu menghampiri tempat sampah, dan memungut kotak tersebut dengan sayang, di tatapnya makanan yang masih utuh tersebut, matanya seketika berkaca-kaca mengingat betapa sulitnya Ia membuatnya.
“Kamu jahat Briyan” Asha memejamkan matanya.
“Asha, Lo udah jatuh miskin ya, sampe memungut makanan di tempat sampah?” segerombol pria teman sekelas Asha mendekat dengan ejekan yang nyata terdengar.
Asha menoleh, lalu sempat melirik pada Briyan yang masih tetap acuh, seketika gadis itu merasakan kembali nyeri di hatinya, berlari sekuat tenaga menuju kelas meninggalkan kantin dengan kotak makan berwarna pink dalam dekapannya.
“Asha, tunggu!” Gendis menyeru kala sahabatnya berlari meninggalkannya begitu saja.
***
“Seneng deh, Ayang ngajakin aku pulang bareng” Asha memasuki mobil Briyan yang sudah terparkir di luar sekolah, Asha sempat tidak percaya kala Briyan menghubunginya untuk pulang bersama, meski Briyan mengatakan akan menunggunya di tempat yang agak jauh dari sekolah, tapi Asha malah merasa bahagia, gadis itu dengan senang hati berjalan kaki menuju mobil suaminya terparkir.
“Ayang ... kok diem aja?” Asha menatap Briyan yang masih anteng mengemudi.
“Lo diem Sha! Atau mau Gue turunin lagi?!” Briyan sudah mulai kembali membentak, pria itu emosinya selalu meninggi jika berdampingan dengan Asha.
Asha menunduk, lalu terdiam, tangannya saling meremas pertanda gadis itu sedang gugup, gelisah, juga ketakutan.
“Aku cuman mau cerita, masa yah tadi tuh si Abim nilainya merah, padahal dia-kan ketua kelas, haha ...” Asha menepuk-nepuk pahanya sambil tertawa lucu. Sementara Briyan mulai jengah dengan kelakuan istrinya.
“Diem gak?!”
“A aku diem, tapi jangan turunin aku lagi”
Setelah itu suasana hening, Briyan fokus menyetir dan Asha hanya terdiam menunduk, menatap kakinya yang terbungkus sepatu mahal.
“Turun! Lo udah sampe!” Briyan memerintah kala sudah tiba di depan rumah Asha.
“Aku mau ke rumah kamu, aku mau ketemu Mamih” merasa masih rindu pada suaminya, Asha mencari alasan agar bisa memiliki waktu lebih lama dengan Briyan.
“Turun Sha! Gak usah banyak alasan!” rencananya ternyata terendus oleh Briyan, Briyan sudah terlalu sering di-modusi oleh Asha, membuat pria itu menjadi peka.
“Tapi, di rumah gak ada siapa-siapa, aku takut” Asha masih menunduk, berharap Briyan mau mengikuti keinginannya.
“Biasa juga gitu kan? Lagian ada Bi Inah juga, ngapain manja gitu?” Briyan semakin kesal.
“Tapi Ayang ... aku mau ke rumah kamu, kita kan suami istri, tapi kamu gak pernah punya waktu buat aku” Asha mengungkapkan isi hatinya.
“Cukup ya Sha! Lo emang gak bisa di peringatin! Jangn pernah ngomongin suami istri! Gue geli dengernya! Sekarang mendingan Lo turun dari mobil Gue!” Briyan kian tak sabaran.
“Tapi Ayang ...”
“Sha! Jangan sampe Lo, Gue seret paksa nih” Briyan sudah mulai ancang-ancang untuk mendorong tubuh Asha.
“Iya, aku turun” Asha mengalah, membuka pintu mobilnya lalu keluar dari mobil Briyan, gadis itu mengerucut, menatap kepergian mobil Briyan.
“Mang Diman! Anterin aku ke rumah mertuaku Mang” Asha berteriak pada salah satu sopir yang berada disana.
“Loh? Bukannya Den Briyan baru saja pergi ya Non?” Mang Diman datang dengan tergopoh.
“Iya, tapi masih kangen, ayo anterin” Asha merajuk, membuat Mang Diman terkekeh dan segera menjalankan perintah majikannya.
“Ayang!” Asha berlari turun dari mobil Mang Diman, ternyata Briyan juga belum lama tiba di rumahnya, pria tampan itu baru selesai memarkir mobilnya, dan segera turun.
“Astaga Asha!” dengan geram Briyan mengeratkan rahangnya.
“Lo ngapain lagi sih?” Briyan menatap Asha yang tengah tersenyum manis padanya.
“Aku masih kangen Ayang” gadis itu bersiap mendekat, namun Briyan segera menepis tangan halus tersebut.
“Gue benci sama Lo Sha! Lo denger gak? Gue benci!!!” Briyan mulai tidak bisa mengontrol emosinya lagi.
“Tapi Ayang suami ...”
“Gue nikahin Lo terpaksa! Terpaksa karena perusahaan Papih mau bangkrut! Dan cuman perusahaan keluarga Lo yang mau bantu! Ngerti?!” Briyan membanting tasnya, lalu segera berlari menuju ke dalam rumahnya, meninggalkan Asha yang kini tengah memegang dadanya dengan linangan air mata.
“Briyan ... sakiiiitttt”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sasmini
Thor maaf sebelumnya,itu pemeran utamanya jangan di buat gitulah,kasian Thor,tak ada harga dirinya 🙏🙏🙏
2023-12-23
0
Syifa' Al husna
hafuh sha, cinta boleh, goblok jangan
2023-11-16
0