“Kalian berdua saya skor!” keputusan final Guru BK akhirnya dikeluarkan, dua orang siswi wanita adu jotos layaknya preman pasar, sungguh kelakuan seperti itu tidak bisa ditolerir lagi.
Papih mertua yang tadi sempat dipanggil oleh pihak sekolah sebagai wali dari Asha mencoba bernegosiasi, raut lelahnya sangat ketara, tadi waktu di telpon oleh pihak sekolah Papih sedang mengadakan rapat bersama client-nya, namun dia segera melesat pergi saat tahu menantunya dalam masalah.
“Tapi Pak, mungkin keputusan Bapak bisa dikoreksi lagi, mengingat anak-anak sebentar lagi akan menghadapi ujian sekolah”
Ayah dari Raisya yang ternyata teman dari Papih juga ikut menganggukan kepalanya, para orangtua sudah bersikap bijak, tidak ada aksi saling menyalahkan, mereka sepakat jika apa yang terjadi pada putri mereka adalah hal yang biasa, mengingat emosi remaja bisa saja begitu labil, terlepas dari cerita kronologi yang berbeda versi.
“Tidak Pak, keputusan pihak sekolah sudah bulat, putri Bapak berdua, kami skor selama tiga hari, silahkan renungkan kejadian ini di rumah!” final! Semuanya tidak bisa mengelak lagi.
Asha dan Raisya juga kedua Ayah gadis tersebut keluar dari ruangan Guru BK dengan wajah lelahnya, lelah mengurusi pekerjaan juga lelah harus menyikapi tingkah putri mereka yang sangat kekanakan menurut mereka, kedua Ayah itu saling jabat tangan, lalu menggiring anak-anaknya untuk masuk mobil masing-masing.
Asha duduk di samping Papih yang mengemudi, gadis itu menunduk dalam menyesali perbuatannya, merasa malu karena sudah membuat malu sang Ayah mertua.
“Maafin Asha ya Pih” gadis itu membuka suara dengan suara sengaunya.
“Its oke Nak, tidak apa-apa, remaja sudah biasa melakukan itu, dulu Papih malah lebih parah dari kamu” Pria itu tersenyum menenangkan, melirik gadis yang kini tengah meremat tali tas yang dipangkunya.
“Asha bikin Papih malu” gadis itu kini terisak, gadis itu menyesal, seharusnya dia tidak perlu menyerang Raisya, namun tadi rasa cemburu membakar hatinya.
“Enggak kok, Asha tetap anak perempuan Papih yang selalu membuat Papih bangga” ucapnya kembali menenangkan.
“Makasih ya Pih, sudah sayang sama Asha” gadis itu tersenyum dalam derai air matanya.
“Iya sayang, jangan sedih ya, yang penting jangan diulangi lagi kejadian tadi” petuah Papih mertua.
“Iya Pih” gadis itu mengangguk patuh, lalu menyandarkan tubuhnya di kepala kursi, selang beberapa menit gadis itu tertidur karena kelelahan.
“Sayang, sudah tiba di rumah Nak” Papih mengguncang tubuh Asha yang masih terlelap, hingga gadis itu mengerjap dan membuka mata.
“Kenapa pulang kesini Pih? Asha mau pulang ke rumah Asha saja” gadis itu kembali menunduk.
“Jangan, lukamu harus diobati dulu” Papih membuka seatbelt, lalu keluar dari mobilnya, membuka pintu untuk Asha, lalu membawa gadis itu kedalam rumah megahnya.
Di dalam rumah, Mamih sudah heboh menyambut kedatangan mereka, perempuan berhati lembut itu memekik histeris, kala melihat pipi sang menantu terdapat banyak cakaran.
“Bagaimana ini bisa terjadi Nak?” Mamih mengoleskan salep pada pipi Asha yang tengah meringis menahan perih.
“Raisya nyebelin Mih” adunya sambil mengerucutkan bibirnya lucu.
“Duuuhh, sayang anak Mamih, harusnya kamu juga balas dia! Cakar aja wajahnya” dengan kesal Mamih tanpa sadar menekan luka di pipi menantunya, hingga membuat gadis itu memekik kesakitan.
“Ah! Maaf sayang, Mamih gak sengaja, Mamih kesal pada gadis itu! Lihat saja, dia juga akan mengalami hal yang sama seperti yang dialami putri Mamih yang cantik ini” Mamih kembali melanjutkan olesan salep di pipi Asha.
“Kamu mau makan sekarang sayang?” Mamih bertanya dengan lembut.
“Nggak Mih, Asha mau tiduran di pangkuan Mamih, boleh?” gadis itu menatap Mamih dengan tatapan memohon, sebagai perempuan yang sudah turut membesarkan gadis itu sedari kecil, Mamih tahu persis jika di mata gadis itu menyimpan luka yang menganga, hanya saja gadis itu terlalu pandai menyembunyikan lukanya.
“Tentu sayang, sini tidur disini” Mamih memberikan akses, menepuk pahanya, agar Asha bisa tiduran disana.
“Mamih usapin kepala kamu, biar kamu bisa tidur nyenyak ya sayang?” Mamih menawarkan, Asha mengangguk, saat ini dia hanya butuh kehangatan dari perempuan yang telah rela menyayanginya tersebut, dengan lembut tangan Mamih mulai mengusap kepala sang menantu, hingga gadis itu kembali terlelap dengan damai.
“Vanes, anakmu sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik, dia juga pemberani seperti dirimu, sekarang dia sudah menjadi menantuku, seperti keinginan kita”
***
Wangi bau masakan mengganggu tidur nyaman Asha, gadis itu mengerjap setelah tertidur cukup lama, gadis itu menguap lalu merapikan pakaiannya, cukup lama dia tertidur, rasa perih di pipi juga di kepalanya mulai terasa ngilu.
“Ini jam berapa?” gadis itu mendongak menatap jam di dinding.
“Jam empat? Pantesan aja laper” Asha mengusap perut datarnya, membayangkan makanan lezat yang akan disantapnya.
Berjalan menuju ruang makan, dia yakin jika Mamih mertuanya kini tengah memasak disana, dia tahu jika Mamih mertua lebih suka memasak sendiri untuk keluarga besarnya dibanding harus mengandalkan asisten rumah tangga.
“Mamih ...” Asha duduk disalah satu kursi makan, menatap Mamih yang tengah lincah bergerak, meraih benda-benda yang dibutuhkannya.
“Sayang? Sudah bangun?” Mamih menoleh dengan senyuman, sementara Asha hanya mengangguk, sesekali masih menguap.
“Minum dulu Nak” Mamih menyodorkan segelas air putih pada Asha.
“Heran Gue sama Lo! Bikin masalaaaaahhh teruuuuusss!” suara Bintang menginterupsi perhatian Asha, gadis itu menoleh sembari tersenyum.
“Gimana Kakak Gue bisa suka sama perempuan bar-bar macem Lo!” Bintang melengos tidak suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Syaakira Cantik
jadi penasaran kenapa bintang sama briyan gak suka sama asha
2024-05-27
0