Tentang Ambar

“Hahaha … benarkah? Yah kalo hanya marah-marah saja bapak bisa Bi. kan kerjaan bapak di sini biasanya suka marahi karyawan,” katanya tertawa lepas.

“Iya Bu Sarah juga bagus tu Bi padahal dia yang sebenarnya gak mau karena katanya gak tega,” tambah pak Wawan membuat bu Sarah tersenyum.

“Terus yang jadi masalah, siapa yang bikin ide ini dari awal?” tanya Abi penasaran dan mereka kompak menunjuk Sisil yang ada di samping Abi.

“Oh … jadi kamu orang nya,” kata Abi sembari merangkul lehernya erat.

“Ampun Bi. ampuun! gak lagi deh,” teriaknya berusaha melepaskan diri dari rangkulan erat Abi.

“Enak saja, gak akan kulepaskan.”

“Jangan kejam gitu dong aku kan kesayangan mu,” ucap Sisil memasang wajah yang memelas.

“Baiklah karna hari ini aku bahagia jadi aku lepaskan,” kata Abi melepas rangkulannya mereka semua yang melihatnya pun tertawa malam itu mereka bergembira bersama.

Pagi-pagi sekali Abi sudah rapi dan siap berangkat kerja ia pun sudah duduk dan menyantap makanan yang di sediakan bi Siti.

“Tumben Bi,” kata Sisil yang baru bangun dan melihat Abi sudah rapi Abi hanya tersenyum.

“Malah senyum – senyum kamu itu mencurigakan.”

“Mencurigakan apa?”

“Kamu itu seperti orang yang lagi jatuh cinta,” ucap Sisil.

“Huuk!” Abi pun langsung tersedak mendengar ucapan dari Sisil.

“Tuh kan bener,” Sisil langsung menarik bangku dan duduk di samping Abi.

“Ayo katakan siapa gadis itu,” tanyanya sembari menatap Abi.

“Gak ada Sil,” elakku

“Gak usah bohong, memangnya aku anak kecil yang bisa kamu bohongi, ayo katakan siapa gadis itu,” ucapnya menatap Abi tajam.

Abi pun hanya bisa menghela nafas tak bisa berbohong padanya.

“Tapi ingat jangan bilang pada mereka.”

“Emangnya aku anak kecil harus bilang-bilang pada mereka, cepat katakan,”  katanya menguncang lengan Abi.

“Iya iya crewet sekali. Dia Ambar.”

“Hah Ambar?” katanya terkejut dan  spontan Abi langsung membungkam mulut Sisil dengan tangannya.

“Sudah dibilang jangan berisik,” ucap Abi pelan.

Sisil pun mengangguk- angguk, Abi pun melepaskan tangannya dari mulut Sisil.

“Gadis yang kamu ceritakan kemaren itu?”

Tanpa membalas ucapan Sisil Abi hanya menganggukkan kepalanya.

“Tapi aku kok ga pernah lihat dia,” sambung Sisil.

“Bagaimana kamu bisa bertemu dengannya setiap dia kesini kalian kan kerja,” sahut Abi.

“Di mana rumah nya?”

“Nanti malam aku mau main kerumahnya di desa yang kita lewati kemarin,” sahut Abi dengan wajah semringah.

“Nanti malam? Emang boleh keluar?”

“Sstttt! jangan keras-keras, jangan bilang siapa-siapa ya nanti aku izin sama bu Sarah untuk membeli sesuatu di desa.”

“Boleh ikut gak?” tanya nya lagi.

“Ya jangan lah, nanti saja kapan-kapan kalau aku sudah tau rumahnya kita kesana bareng, sudah kamu mandi sana,” pinta Abi.

“Janji ya, nanti kenalkan sama aku.”

“Iya crewet amat sih.”

Sisil hanya nyengir dan ngeloyor pergi kekamar mandi yang ada di luar Abi pun meneruskan makannya, bu sarah pun keluar dan duduk tepat berhadapan dengan Abi.

“Bu.”

“Iya ada apa Bi?”

“Nanti malam saya mau izin keluar boleh gak?”

“Mau kemana memangnya?”

“Mau ke desa Bu, ada yang mau di beli sekalian ke tempat teman,” ucap Abi.

“Boleh suruh pak Wawan antar.”

“Gak usah Bu, saya pinjam motor pak Bagas saja, kasihan kan pak Wawan nanti takutnya mau istirahat,” Bu Sarah memandang Abi.

“Yakin? Nanti kamu nyasar,” ucap bu Sarah.

“Ya mudahan gak Bu, jalan kedesa kan cuma satu.”

“Ya sudah pergilah tapi jangan malam –malam pulang nya.”

“Makasih Bu,” kata Abi sangat senang tak terkira karna akan bertemu kembali dengan Ambar.

Mereka pun seperti biasa berangkat ke lahan tapi kali ini tidak di antar oleh pak Wawan karna beliau ada kesibukan lainnya sesampainya di lahan Abi langsung menghampiri pak Deden yang menjaga bagian keluar masuk Truk setiap saat beliau mencatat jumlah keluar masuk Truk.

“Sibuk Pak, ada yang bisa di bantu?” tanya Abi.

“Gak usah Bi. sudah biasa bapak mah,” ucapnya sembari tersenyum.

“Tapi gajinya besar kan pak?”

“Ya lumayan lah bisa beli garam di dapur,” sahutnya. 

“Wah bisa penuh rumah bapak dengan garam,” canda Abi beliau pun tertawa lebar.

“Bisa aja kamu mah, wah bawa temen baru cewek cantik kok gak dikenalkan sama mamang pelit banget.”

“Temen baru? Siapa mang?” tanya Abi tengok kanan kiri.

“Itu tadi yang di sebelah nya pas sebelum kesini,” sahutnya.

“Kami cuma berlima, Sisil mungkin.”

“Kalo Sisil mah amang hafal Abi.”

“Atau mungkin karyawan di sini,” kata Abi lagi

“Kalau karyawan di sini mah mamang hafal , juga gak ada yang secantik dia,” sahutnya.

“Lah terus siapa Mang? kami cuma berlima mungkin Mang Deden salah lihat.”

Mang Deden pun menggaruk-garuk kepalanya karena bingung dengan ucapan Abi.

“Ya mungkin salah lihat karna amang sudah tua.” ucapnya walau dalam hati ia berkata tidak mungkin salah lihat karna gadis itu berdiri tepat di samping Abi. 

Matahari mulai meninggi tepat berada di atas kepala mereka dan karyawan yang ada di sana pun sudah mulai memenuhi kantin yang ada di sana.

“Siapa yang mau kopi?” tanya penjaga kantin itu.

Krisna pun dengan cepat mengacungkan tangannya begitu pun yang lainnya, ternyata banyak pecinta kopi di lahan karna hampir semuanya mau di bikinkan kopi, suasana nya sangat rame sekali ada yang langsung makan, karena mereka mengambil makanan sendiri sendiri karna sudah di sediakan makanan seperti prasmanan tinggal mereka pilih sendiri.

Doni yang selalu cepat bila jam istirahat sampai piringnya  penuh terisi makanan, panas yang menyengat membuat Abi tak selera makan dan hanya mengambil roti dan minum teh, terlihat bahkan bu sarah hanya meminum teh saja tanpa makan sesuatu,  wajahnya terlihat sedikit muram dan Abi tak melihat cincin yang biasa melingkar di jari manisnya.

‘Apakah mereka putus tapi mereka tinggal menunggu hari pernikahannya, atau mungkin tertinggal di rumah,' pikiran Abi jadi kemana mana.

“Panas nya Bi,” Sisil mulai merenggek.

“Nikmati saja Sil, kalau hujan kamu juga binggung.”

“Iya Sisil protes mulu, santai aja,” ucap Krisna sembari menyeruput kopinya. 

Jam tepat menunjuk kan pukul setengah dua tepat para karyawan sudah berhamburan kembali kelahan, tinggallah mereka berlima yang masih santai, karena mereka anak magang tapi nanti kalau sudah seminggu kedepan mereka tidak bisa santai karena mereka sudah tidak di antar, dan harus berangkat sendiri kelahan.

Abi menarik lengan Sisil. “Ada ap sih Bi?” tanyanya heran.

“Kamukan sekamar sama bu Sarah, apa kamu dengar sesuatu, atau beliau telponan sama orang terus marah?” tanya Abi sisil berfikir sejenak dan menggeleng.

“Yakin?”

“Yakin, kenapa sih Bi?” tanyanya balik.

“Gak, kamu lihat bu Sarah dari tadi terlihat murung,” Sisil pun memandang kearah bu Sarah.

“Iya ya terus kenapa?”

“Aku lihat cincin yang ada di jarinya tidak ada.”

“Serius?” Sisil memandang Abi.

“Serius. makanya aku tanya sama kamu kamukan yang sekamar sama beliau.”

“Tapi beneran Bi, aku gak pernah dengar bu Sarah telponan dan marah-marah. Tapi kemaren ada yang nelpon tapi bu sarah keluar kamar telponnya agak lama dan aku sudah tertidur gak tahu kapan beliau ke kamarnya, “ kata Sisil nyengir.

“Dasar kamu ini.”

“Hei!” Krisna mengageti mereka dari belakang.

“Dasar kamu ya bikin orang jantungan,” kata Sisil memukul pundak Krisna sekerasnya karna dia sangat terkejut.

“Aduh. sakit Sil habis kalian asik banget, ngomongi apa sih?”

“Yang jelas gak bahas tentang kamu,” jawab Sisil sembari pergi.

“Aku kan hanya nanya kenapa dia sewot sekali, makin hari makin aneh anak itu.”

“Jangan ngomong gitu, lagian kamu ngagetin gak tahu waktu kalau dia marah wajar lah, orang kaget, sudah yuk ikut mereka bekerja,” kata Abi.

Ia pun memakai helm safety berwarna orange itu dan kembali ke lahan, hari begitu cepat berlalu dan matahari pun sudah mulai condong ke barat cahayanya sudah tak sepanas siang tadi mereka pun sudah bersiap untuk pulang, mobil terbuka itu pun sudah menunggu.

Mereka pun naik dengan bersemangat, sengaja Abi duduk di samping bu sarah tapi beliau bahkan tidak menyadarinya entah kemana perhatiannya mobil itu mulai bergerak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!