Teringat tentang Ambar

“Tenang saja aku tidak kemana-mana,” ucapnya.

“Benar kah?” tanya Abi.

“Sampai kamu tertidur,” ucapnya lagi.

Hal itu membuat Abi tersenyum bahagia, Ambar pun juga ikut tersenyum menatap Abi. Aroma tubuhnya begitu wangi semerbak Abi sendiri belum pernah mencium aroma parfum sewangi ini.

“Ambar.”

“Iya Abian,” jawabnya lembut.

Jawabannya dengan suaranya yang lembut itu membuat hati Abian begitu bergejolak, jantungnya begitu berdebar. Tangannya ingin sekali mengusap dan sekedar mencibit pipinya yang mungil itu, namun apaah daya Abi tidak berani melakukan hal tersebut karena mereka baru saja berkenalan.

Ambar menatap Abian dengan tatapan yang dalam, hal itu membuat Abian bingung ingin berbicara apa. Padahal ia ingin sekali berbicara atau sekedar berbagi cerita dengan Ambar.

Abiah bahkan bingung harus mengawalinya dari mana, ia terlalu gugup dan salah tingkah ketika berdekatan dengan Ambar. 

“Sudah, tidurlah istirahat agar kamu cepat sembuh,” ucapnya sembari menyentuh pipi Abi.

 jemarinya yang lembut dan harum itu membuat Abi tak bisa berkata- kata selain memandang nya, Abi selalu tersenyum entah kenapa sentuhannya membuat Abi merasa mengantuk seperti habis minum obat tidur dan Abi pun tak sadar lagi.

“Bi … Abi bangun,” terdengar panggilan itu entah berapa lama Abi tertidur.

Abi pun membuka matanya, seketika Abi bangkit dan langsung teringat dengan wanita cantik itu.

“Ambar.”

“Ambar? Ambar siapa?” tanya Sisil.

Abi pun membuka mata dan  melihat Sisil sudah berada di hadapannya.

“Kamu lagi ngelantur ya? Bangun Bi, makan dulu sudah jam dua gimana sudah baikan?” tanyanya sembari meraba kening Abi.

“Sudah gak demam, sukurlah,” vung Sisil.

Abi pun bangun dan duduk di atas kasur, saat bangun ia merasakan tubuhnya begitu enteng tidak merasa lemas seperti sebelumnya.

“Iya sil, badan ku sudah sehat seperti biasanya, mungkin karna ramuan yang di berikan Ambar pada ku.”

“Ambar? Siapa dia, tadi waktu kamu bangun juga memanggil namanya.” ucap Sisil.

“Itu, gadis yang gantiin bu Siti kesini, dia yang bikinin ramuan buat aku, tuh gelas nya masih di meja.” Sisil pun mengambil gelas itu di lihat nya di dalam gelas cuma ada sisa air putih sedikit.

“Kamu mimpi ya Bi?”

“Mimpi apa?” tanya Abi.

“Ini kan cuma air putih, kamu bilang ramuan, ramuan dari hongkong.,” kata Sisil memperlihatkan isi dalam gelas itu.

Abi pun terkejut saat melihat jika dalam gelas tersebut benar-benar hanya bekas air putih yang ada dalam gelas itu.

“Beneran Sil, aku gak mimpi  gadis itu sama yang aku lihat pertama kali waktu kita berhenti di pasar aku saja masih bisa mencium aroma wangi tubuh nya, dan lembut jemari nya menyentuh pipi ku.” ucapku meyakinkan Sisil.

“Kalian ga ngapa-ngapain kan? Tanyanya.

“Buset dah kamu Sil, mikirnya jauh banget, dia di hadapan ku aja aku serasa tidak bisa ngapa – ngapain nurut aja yang di katakana dia.”

“Trus?”

“Trus apa? Aku tertidur dan kamu bangunin aku.”

“Yakin?”

“Yakin lah, emang kamu fikir aku cowok apaan.” sisil tertawa terbahak mendengar ucapan Abi.

“Malah tertawa, kok kamu sendiri mana yang lain?” tanya Abi.

“Mereka masih di belakang aku pulang duluan, ikut truknya pak Hasan, takut kamu ga bisa ngambil sendiri makan, eh gak tahunya malah berduan ama cewek. Ya sudh makan aku sudah kelaparan ga sempat tadi mau makan di kantin lahan,” Sisil menarik lengan Abi.

Abi pun bangkit dan berjalan mengikuti langkah Sisil menuju meja makan, masih terfikir oleh Abi kata-kata Ambar yang akan selalu menjaganya Abi sendiri bingung dengan ucapan Ambar tersebut.

“Bi. ayo makan,” Kata Sisil sudah mengambilkannya makanan.

“Oh, makasih Sil.” ucap Abi.

Mereka pun makan dengan lahap apalagi Sisil yang sudah kelaparan makannya sampai tersedak-sedak Abi pun mengambilkan minum untuknya.

“Makanya kalo makan pelan-pelan, gak ada yang minta juga Sil.” ucap Abi. 

Mendengar hal tersebut, Sisil hanya tertawa, meliht reaksi Sisil Abi hbya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya.

Malam harinya Abi, Krisna dan Doni pergi ke mesnya pak Wawan yang letaknya terhalang satu rumah dari Mes yang mereka tempati.

“Ayo.. sini- sini duduk rame-rame,” ucap pak Wawan menyambut Abi, begitu tau Abi dan kawan-kawan ada di depan mes mereka .

“Terima kasih pak wawan,” ucap Abi duduk di teras yang beralaskan tikar itu di sana sudah rame ada pak Rusdi, pak Ipul dan pak Bagas.

“Bagaimana Bi, sudah sehat?” tanya pak Wawan.

“Sudah pak, sudah sehat,” jawab Abi sembari tersenyum.

“Ya syukurlah kalau begitu jadi besok bisa kelahan lagi,” kata pak Wawan tertawa.

“Bagaimana kalian betah di sini?” tanya pak Bagas.

“Ya betah ga betah Pak, di betah betahin aja namanya juga magang, demi masa depan,” jawab Krisna tertawa.

“Ya saya paham aja, kaliank kan belum terbiasa, nanti kalo kalian sudah terbiasa pasti betah karna cuan nya banyak, bahkan mungkin kalian akan balik lagi kesini bukan sekedar magang tapi jadi pekerja tetap, Tanya tu sama pak Wawan sudah berapa lama beliau kerja di perusahaan ini,” tutur pak Ipul.

“Yah kalo kerja nya sih memang lumayan berat harus kuat tenaga dan mental nya juga apa lagi kalo sudah kena sip malam, jarang tidur dan kadang lihat yang enggak-enggak,” kata pak Rusdi.

“Yang enggak-enggak gimana?” tanya Doni penasaran.

“Yah sejenih mahluk halus kasarnya, seperti denger orang menangis, kadang alat seerti ekskavator gak mau jalan, malah kadang jalan sendiri, yah yang begitu-gitu itu sudah jadi makan kami sehari hari dek, udah biasa nama nya juga di hutan,” kata pak Rusdi panjang lebar menjelas kan.

“Wes ga usah bahas yang kayak gitu Rus, nanti mereka takut dan minta pulang, kasian mereka magang disini,” ucap pak Ipul.

“Alah mereka hanya bercanda aja jangan di dengar kan,” ucap pak Wawan.

“Tenang aja pak kami ga percaya hal-hal yang seperti itu tenang saja,” sahut Krisna.

“Gak percaya juga gak boleh Kris bukti nya mereka ada,” jawabku.

“Benar itu yang di katakan Abi, yang penting kita tidak ada niat saling menganggu gitu aja,” sambung pak Ipul.

“Kadang nih ya kita gak ganggu mereka, mereka yang ganggu kita makanya harus bisa jaga diri kalo di tengah hutan begini,” kata pak Bagas mengingatkan.

“Sudah- sudah kalian malah bahas yang begituan, yang jelas kalian jangan sampai ke Alas waringin di sebelah timur itu, karna kita tidak akan tau apa yang akan terjadi bila ada yang sampai masuk kesana.”

“Memang ada apa sih di sana pak?” tanya Doni lagi.

“Bapak juga tidak tau, itu sudah larangan turun temurun dari desa yang ada di sini, kalo ada yang sampai masuk kesana tidak akan ada yang bisa kembali, begitu kata nya.” ucap pak Wawan menjelas kan.

Mereka pun akhirnya manggut- manggut tanda mengerti mereka pun asik berbincang sampai tak terasa sudah larut malam mereka pun pamit pulang takut besok kesiangan berangkat ke tambang.

Terpopuler

Comments

Xia LingLing

Xia LingLing

salam kenal thor, semangat berkarya 💪

2023-09-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!