Penghuni Alas Waringin

“Ya Lama lah hampir dua jam, mimpi apa sih kamu gak bangun-bangun?” tanya Sisil balik.

“Mimpi? Ga ada mimpi apa-apa, cuma kadang dengar suara mu sayup-sayup tapi mau buka mata gak bisa. Lama juga ya, padahal kan kamu tahu aku gak pernah pingsan, jadi orang pingsan tu seperti ini  rasa nya.”

Duukk!

sebuah pukulan mendarat di punggung Abi.

“Aduh sakit Sil, kenapa kamu malah memukul sih?” kata Abi meringgis.

“Biar kamu pingsan lagi, biar merasakan, dasar bocah edan, gak tau apa temennya itu khawatir tingkat dewa karna kamu gak banggun-bangun, malah ngomong begitu.”  ucap Sisil sewot.

“Maaf maaf, jangan marah aku gak lagi aku kan juga gak berharap pingsan Sil, ini aja masih lemes beneran malah kamu pukul lagi,” jawab Abi sembari meringis.

“Ya sudah aku ambil kan makan dan minum biar kamu ga lemes lagi,” ucap Sisil.

Ia beranjak pergi meninggalkan kamar itu tak lama Krisna dan Doni malah yang masuk ke kamar karna tahu Sisil keluar.

“Sudah sadar Bi? kok bisa pingsan tadi, kenapa?” tanya Krisna.

“Ga tau Kris, aku juga binggung kok bisa pingsan,” jawab Abi.

“Trus kata bapak-bapak tadi apa?” tanya Krisna.

“Aku juga ga tau, begitu aku sadar beliau pergi tanpa ngomong apa-apa sama aku.”

“Yah gimana sih, itu orang kok gak ngomong maen pergi aja jadi gak tahu kan kenapa dan karena apa pingsan nya kamu,” eluh Doni.

“Ya mungkin dia sibuk Kris atau sudah ngomong sama pak Wawan,” sahut Doni. 

“Bisa jadi itu, kamu benar juga Don,” ucap Krisna.

Tidak berselang kama Sisil pun datang membawa piring berisi makanan.

“Mau sekalian aku suapin?” tanya Sisil.

“Ga usah, aku makan sendiri aja masih bisa kok, kamu makan sana gih kamu kan pasti juga belum makan,” kata Abi mengambil piring dan gelas dari tangan Sisil.

“Bi, yakin kalian tidak berpacaran?” tanya Krisna.

“Gak!” kata Sisil dan Abi serempak

“Sampe jawaban pun kompak gitu.” ledek Krisna.

“Terserah kalian mikirnya apa,” ucap Sisil berlalu pergi.

Hal itu membuat Krisna dan Doni tertawa terbahak Sisil pun menuju meja makan di sana sudah ada bu Sarah yang sedang makan, pak Wawan yang baru tiba mengantar mbah Suroso pulang masuk menghampiri mereka.

“Makan dulu pak Wawan?” kata bu Sarah mempersilahkan pak Wawan makan.

“Iya terimakasih Bu, nanti saja silahkan bu sarah makan ada yang mau saya bicarakan,” kata pak Wawan.

“iya silahkan pak, bapak mau bicara apa?” tanya bu Sarah.

pak Wawan melirik Sisil yang sedang makan bu sarah pun paham dan berdiri memgajak pak wawan perhi ke luar.

“Mari pak kita bicarakan di luar,” kata bu Sarah.

Pak Wawan pun mengikuti langkah bu Sarah keluar dan membukakan pintu mobil, bu Sarah pun paham dan masuk, mereka pun sudah berada di dalam mobil.

“Coba bapak jelaskan apa masalah nya, apa menyangkut Abi pingsan tadi?” tanya bu Sarah.

“Iya Bu. Saya tahu ibu dan anak-anak lainnya berasal dari kota, dan mungkin tidak terlalu percaya dengan hal gaib, tapi percaya atau tidak  saya harus tetap sampaikan kepada bu Sarah karna ini berhubungan dengan hal tersebut.”

“Maksud bapak?” kata bu Sarah yang belum begitu paham.

“Begini bu Sarah Abi pingsan karna ada yang mengganggu dan membawa rohnya ke alam goib, jadi sebisa mungkin jangan biarkan Abi melamun, atau kalian ke arah timur dekat dengan alas waringin, di sebelah sana, kata mbah Suroso  entah kenapa tadi ada yang berani mengikuti Abi dan di takutkan kalau nanti mahluk yang sama kembali lagi dan membawa Abi kembali, jadi bahaya,” tuturnya. 

Mendengar hal tersebut bu Sarah hanya melongo seakan tidak percaya dengam hal tersebut.

“Lalu kami harus bagaimana pak Wawan?” tanya bu Sarah yang masih binggung.

“Kalo bisa sih sebaiknya kalian pulang, karna kata mbah Suroso tadi, entah kenapa ada magnet jahat yang keluar dari Alas waringin, padahal biasanya tidak pernah seperti ini, entah kenapa mbah Suroso juga tidak tau penyebab nya.”

“Wah … kalo pulang kayaknya gak bisa pak Wawan mereka walaupun magang mereka juga sudah teken kontrak jadi gak bisa pulang begitu saja sebelum magang mereka selesai,” kata bu Sarah.

“Ya sudah nanti saya tkan pada mbah Suroso lagi gimana baik nya, yang jelas besok jangan biarkan Abi bekerja dulu biar di rumah saja.”

“Baiklah pak nanti saya bicarakan sama pak Darno tentang masalah ini, terimakasih banyak pak atas bantuan nya,” ucap bu Sarah. 

“kalau begitu saya kembali bekerja,”

Bu Sarah mengangguk dan turun dari mobil dan kembali di lihatnya kamar Abi sudah sepi

‘mungkin mereka sudah tidur,' batin bu sarah dan langsung menuju kekamarnya di lihat nya sisil masih asik bermain dengan ponselnya.

“Bu?”

“Ya sil.”

“Apa yang pak Wawan katakan?” tanya Sisil penasaran.

“Beliau cuma bilang Abi besok jangan kerja dulu suruh istirahat, ibu boleh Tanya tentang abi Sil?” kata bu Sarah membuat Sisil menghentikan bermain Hp nya dan duduk.

“Boleh, memang ada apa dengan Abi bu?”

“Apa Abi lemah bulu?”

“Lemah bulu? Lemah bulu itu apa ya Bu? Tanya Sisil balik karna tak tau

“Itu sil, seperti gampang merinding atau sering lihat yang tak bisa orang lain lihat?”

“Setan maksud bu Sarah?

“Ya bukan setan juga Sil.”

“setahu Sisil ga sih Bu, pingsan juga baru kali ini dia, memang Abi kenapa sih Bu?” tanya Sisil dengan sangat penasaran.

“Gak apa-apa, pak Wawan tadi bilang kalo ada yang lemah bulu jangan suka melamun, takutnya Abi lemah bulu, gitu karna nanti takut nya bisa kesurupan,” Kata bu Sarah berdalih.

“Oh.. ok..ok paham Bu. Kata Sisil mengangguk angguk tanda ngerti bu sarah pun tersenyum sambil mikir apa yang di alami tempo dulu di kamar mandi kerjaan mereka juga, bu Sarah jadi merinding bila menginggat nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!