Kejadian di Kamar Mandi

mobil itu pun kembali melaju dan kini melewati jalan berlumpur dan hanya ada pohon dan semak-semak belukar di sisi kiri kanan jalan tak ada lgi rumah- rumah penduduk.

Terdengar sayup-sayup suara bising seperti kendaraan bermotor yang sedang meraung- raung, suara itu semakin dekat dan ternyata itu suara mesin pemotong kayu.

“berisik banget suaranya,” teriak Sisil karna suara nya hampir tak terdengar kalah dengan suara mesin itu.

Sisil pun menutup telinga dengan kedua telapak tangannya, sedangkan Abi hanya mengangguk –anggukan kepalanya.

Mobil itu pun tak lama sampai di sebuah rumah yang berukuran lumayan besar serta berjejer rapi  sebagian bangunan masih belum selesai di bangun.

“Baik, kita sampai,” bu Sarah pun turun dari mobil.

“Sisil nanti kamu sekamar dengan saya ya, kalau mereka bertiga biar satu kamar karena rumah ini cuma punya dua kamar,” kata bu Sarah.

Begitu Sisil sudah turun dari mobil Sisil pun hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum simpul.

“Bagaimana anak-anak lokasinya ?” kata seorang pria yang tiba –tiba datang dari belakang mereka.

“Saya Darno. Kalian jangan merasa takut di sini untungnya tidak ada binatang buas yang ada paling juga ular, jadi kalau kalian nanti berangkat kerja jangan lupa pakai perlengkapan yang komplit, baju kerja, helm dan sepatu bot, tambang batu baranya tidak jauh dari sini paling hanya lima belas menit kearah barat sana, diingat jangan keluar area ini saat malam apalagi ke arah timur, abaikan suara-suara yang tidak penting dan jangan di dengarkan, fokus bekerja saja, paham?” kata pak Darno panjang lebar.

“Paham pak,” sahut mereka serempak.

“Kalo sudah paham kalian bisa istirahat atau lihat-lihat sekitar sini tapi jangan jauh-jauh,” kata pak Darno lagi sambil beranjak pergi.

“Apa yang mau di lihat, semua sama hanya pohon-pohon yang ada,” ucap Sisil.

“Abi.”

“Hmm ...,” Abi mendeham.

“Tempatnya serem begini, kukira bakalan ada pemandangan yang indah.”

“Aduh - aduh Sisil yang cerewet jadi penakut. Namanya juga hutan ya memang begini, kamu mau mengharap apa, seperti di rumah  mimpi aja dulu,” kata Abi mencubit pipi Sisil  sembari berjalan masuk menuju rumah itu.

“Dasar Abi jahat awas kamu ya!” kata Sisil yang ingin berlari mengejar tapi ia teringat tas yang di bawanya banyak.

Sisil hanya mengerutu saja Krisna dan Doni  tersenyum mengikuti langkah kaki Sisil masuk kedalam rumah mereka pun masuk menuju kamar masing-masing.

Tidak terasa langit biru kini berubah menjadi jingga, pertanda jika sebentar lagi akan gelap.

“Gila, aku laper banget,” kata Krisna sembari duduk di ruang makan.

“Apa lagi aku Kris, cacing yang ada di perutku sudah menari - nari,” timpal Doni  sembari membuka  tudung makanan yang ada di depaannya.

“Makan saja duluan, yang lain nanti kan bisa makan sendiri,” kata bu Sarah 

“Ibu gak makan? “ tanya doni.

“Nanti saja ibu mau mandi dulu, nanti kalo kemalaman ibu gak berani kamar mandinya kan di luar, sudah makan saja dulu,” kata bu Sarah.

Ia pun berjalan sembari berlalu menuju pintu belakang yang tersambung dengan kamar mandi di luar bu Sarah pun masuk kedalam kamar  mandi itu, baru saja bu Sarah menguyur kepalanya dengan air, ia mencium aroma yang begitu  wangi dan suara gemericik air dari ruang sebelah.

‘Ah , mungkin sisil yang mandi,’ gumam bu Sarah meneruskan mandinya.

Saat ia sudah selesai mandi serta berpakaian, tiba-tiba suara air itu masih terdengar.

“Sil? Sisil?” ucapnya namun tak ada jawaban.

‘Mungkin  aku salah orang,' gumam bu Sarah.

lagi terdengar suara orang mandi itu semakin cepat, saat bu Sarah akan keluar ia memutar gagang pintu tersebut lalu mendorongnya. 

Namun, pintu itu sama sekali tidak bisa terbuka lalu ia mencobanya berkali-kali tapi tetap tidak bisa terbuka juga, jantungnya mulai berdegup kencang karna aroma wangi  itu semakin kuat tercium, bu Sarah pun mulai mengedor-ngedor pintu  sambil berteriak hingga Abi dan yang lainnya terkejut mendengar gedoran pintu dan teriakan dari  kamar mandi di luar mereka pun langsung berlari keluar.

“Bu  Sarah ada apa?” tanya Abi panik.  

“Abi pintunya tak mau terbuka,” teriak bu  Sarah dari dalam.

Abi pun mencoba menarik pintu itu dengan keras tapi ternyata pintu itu terbuka dengan sangat mudah.

“Ibu tidak apa-apa?” tanya Sisil yang berada di belakang Abi.

Ia ikut khawatir melihat bu Sarah keluar dengan muka sedikit pucat

“Iya tidak apa-apa, apa ada yang keluar dari kamar mandi sebelah?” tanya bu Sarah agak sedikit terbata-bata.

“Kayaknya gak ada bu.” sahut Krisna dan  membuka pintu kamar mandi sebelahnya. 

“Tidak ada siapa- siapa bu juga gak ada orang yang kelihatannya  baru mandi. Soalnya lantainya masih kering apa ada yang mengganggu ibu?” tanya Krisna.

“Oh ti-tidak, hanya ...,” bu sarah menghentikan  kata-kata nya dia tak mau mereka juga ikut panik.

“Ya sudah ayo masuk mungkin tadi hanya macet saja pintu nya jadi ibu panik.” sambung bu Sarah.

“Syukurlah kalau ibu tidak apa-apa,” ucap Sisil.

“Ya sudah kalian duluan saja aku mau sekalian cuci tangan mau makan,” ucap Abi.

Mereka pun masuk ke dalam  rumah, Abi mencoba menutup lalu kemudia membukanya lagi.

‘Tidak ada yang rusak, kenapa tadi kata nya gak bisa terbuka ya? padahal tadi aku juga dengan mudah membuka nya, tapi kalo bu Sarah berbohong gak mungkin wajahnya setakut itu,' gumam Abi.

Abi pun mencuci tangannya di keran yang ada di depan kamar mandi dan kembali masuk ke dalam rumah tersebut.

Saat Abi kembali, terlihat Sisil berada di meja makan juga, Abi pun duduk di sebelahnya.

“Mau ku ambil kan makan  Bi?”

“Iya sedikit aja.”

“Kok lama kamu cuci  tangan,” tanya Sisil sembari mengambil kan makanan untuk Abi.

“Yah, sambil lihat sekitar,” kata Abi begitu piring yang berisi nasi dan lauk nya berada di hadapannya.

“Sil, kalo kamu mau  mandi cepet mandi nanti keburu malam,” ucap Abi.

Dengan penuh heran Sisil menatap Abi. “Memang kenapa, ada hantunya ya Bi? Tanya Sisil.

“Bukan, nanti kalo bareng-bareng sama yang lain gimana kamu kan cewek.” 

“Alah, iya- iya aku mandi dulu kalo gitu,” ucap Sisil beranjak masuk ke dalam kamar dan tak lama dia keluar membawa peralatan mandi.

“Bi. jangan kemana - mana di situ aja,” ucap Sisil.

“Iya cerewet, lagian aku juga masih makan di sini tenang aja,” kata Abi.

Tidak lama bu Sarah menghampiri Abi yang tengah berada di meja makan.

“Sudah selesai Bi makan nya?” Tanya bu Sarah.

“Belum Bu, tuh sambil nunguin si cerewet mandi,” kata Abi.

“Oh ...,” kata bu Sarah sambil mengambil nasi dan lauk yang ada di meja makan.

“Bu, Ibu tidak apa- apa?” tanya Abi lagi karna ia masih penasaran dengan apa yang terjadi tadi.

“Enggak apa-apa Bi, Ibu baik-baik aja,” sahutnya.

“Habisnya tadi ibu terlihat panik,” ucap Abi yang merasa penasaran.

“Gak kok, tadi pintunya tiba-tiba gak bisa terbuka, dan ibu dengar ada orang lagi mandi di samping, ibu kira Sisil habis wangi banget setelah Ibu panggil  tak ada sahutan jadi ibu panik. Mungkin ibu hanya terlalu panik karna pintu nya ga mau terbuka.” 

“Benarkah? Mungkin juga, ngomong-ngomong ibu sudah berkeluarga belum?” tanya Abi.

Ia merasa penasaran karena wajah bu Sarah masih terlihat sangat muda mungkin hanya beda empat atau lima tahun saja dari Abi.

“Balum. Tapi sudah ada calonnya,” ucapnya sambil memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

“Selamat  Bu mudahan sampai hari H nya berjalan lancar.” kata Abi.

“Amiin, terima kasih rencana nya  selesai dari sini kami akan mengadakan resepsi nya, kamu sendiri sudah punya pacar?”

“Belum, Bunda sangat ingin aku menikah tapi kan saya masih belum selesai kuliah.”

“Sisil?”

“Dia sudah aku anggap adik bu, kami murni hanya berteman,” ucap  Abi.

“Benar bu, kami hanya berteman, mana mungkin saya mau  sama dia, si kepala batu.”

“Enak saja. kamu yang kepala batu suka nggeyel kalo di bilangin.” jawab Abi.

Sisil hanya  tersenyum dan langsung berlari masuk ke dalam kamar.

“Kalian selalu seperti itu ya?”

“Seperti apa  bu?”

“seperti  tom & jery,” kata bu Sarah tertawa.

Brak!

Tiba-tiba pintu belakang terbuka dengan sendirinya padahal tidak ada angin yang bertiup kencang. Hal itu membuat Abi dan bu Sarah kaget dan saling berpandangan.

Abi pun bangkit dan menuju pintu belakang saat dia mau menutup pintu itu angin berhembus agak kencang dan sekelebat bayangan melintas di hadapannya

“Astaga,” ucap Abi yang dengan spontan mundur.

“Ada apa Bi?” tanya bu Sarah langsung yang melihat Abi bukannya menutup pintu tapi malah mundur.

“Bukan apa-apa bu hanya angin,” jawab Abi sembari menutup  pintu.

Abi pun kembali duduk, ia sangat ingat apa yang ia lihat tadi mungkin hanya bayangan pohon saja.

Abi merasa ada yang aneh sekarang ini, ia menoleh dan mendengar suara beberapa mobil datang serta suara para lelaki terdengar sangat ramai, terlihat  pak Darno  masuk ke dalam rumah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!