Abi Tidak Sadarkan Diri

“Bi! Kata pak Hasan sudah selesai yuk balik!” teriak Sisil.

Abi pun mencoba melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah walaupun sangat berat.

“Lho kok muka mu pucat Bi, kamu sakit?” tanya Sisil cemas.

Abi hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Beneran pucat Bi, badan kamu dingin sekali. Pak Hasan tolong bantu Abi naik kayak nya dia sakit,” ucap Sisil.

Pak Hasan pun membantu Abi naik ke dalam truk itu dan barulah Sisil ikut naik, pak Hasan langsung menginjak pedal gasnya itu.

Pak Hasan cemas melihat Abi yang semakin pucat, walau truk itu tidak bisa berjalan cepat karna muatan nya yang penuh.

Bukannya Abi yang sesak nafas tapi malah Sisil yang tarik nafas terus melihat medan jalan yang sangat terjal itu dan  akhirnya mereka pun sampai Sisil pun turun begitupun Abi yang di bantu pak Hasan untuk turun.

“Makasih pak,” ucap Sisil kepada pak Hasan laki-laki itu hanya menggangguk.

“Bi. Ayo istirahat dulu,” kata Sisil membawa Abi ke pos jaga.

“Aku ga apa-apa Sil.”

“Trus kenapa badan kamu lemes gini?”

“Entahlah aku juga tidak tahu kenapa badanku jadi lemas gini seperti tidak bertenaga,” ucap Abi.

Terlihat bu Sarah dan yang lain nya berlari-lari kearah mereka berdua.

“Kata pak Hasan tadi  Abi sakit?” tanya bu Sarah begitu sampai menghampiri mereka.

“Gak tahu nih bu, tiba-tiba Abi lemes ga tau kenapa, tadi baik-baik saja,” sahut Sisil masih dengan cemas.

“Halah Bi. Baru setengah hari di lahan sudah lemes anak mama bener,” kata Krisna.

“Krisna jaga ngomong kamu ya, siapa emang yang mau sakit,” kata Sisil dengan nada emosi

“Jangan marah Sil, aku cuam becanda,” sahut Krisna.

“Iya kamu itu Kris, becanda tahu situasi dulu dong,” ucap doni membela Sisil.

“Sudah-sudah jangan berantem ini sudah siang kita pulang saja, Doni panggil pak Wawan suruh antar kita pulang,” pinta bu Sarah.

“Baik Bu.”

Doni pun langsung beranjak pergi menyusul pak Wawan yang berada di kantin lahan itu, Abi memegang kepalanya yang semakin berat.

Ia merasakan suara di sekitarnya mulai mengecil lambat laun suara itu tidak terdengar lagi hingga pandangan Abi semakin kabur dan gelap.

“Abi!” teriak Sisil begitu melihat tubuh Abi jatuh ke tanah.

“Aduuuh … mana pak Wawan ni kok lama sekali,” kata bu Sarah sembari melihat jalanan.

“Bi, kamu kenapa sih, kamu tadi kan baik-baik saja,” kata Sisil sangat panik sembari menaruh kepala Abi di pangkuan nya dan menyeka keringat yang terus keluar dari keningnya.

“Bagaimana ini Bu,” ucap Sisil masih dengan kepanikannya.

“Tenang Sil gak apa-apa, Kris ibu minta tolong susul doni,” pinta bu Sarah.

Krisan berlati untuk menyusuk Doni, tidak jauh ia berlari terlihat sebuah mobil datang dan mendekat saat mengetahui pak Wawan sudah dekat Kris berbalik arah dan kembali menghampiri bu Sarah.

“Apa yang terjadi bu Sarah?” tanya pak Wawan yang melihat Abi yang sudah tak sadarkan diri di pangkuan Sisil.

“Gak tahu nih pak tiba-tiba pingsan,” kata bu Sarah.

“Ayo cepat Kris bantu bapak naik kan ke mobil,” pinta pak Wawan. 

Krisna dan Doni pun langsung membantu mengangkat tubuh Abi dan memasukkannya ke dalam mobil dan mereka pun bergegas ikut masuk. Pak  Wawan melajukan mobil dengan terburu-buru tak perduli dengan jalanan yang penuh batu serta berlubang.

“Sil tolong panggil terus Abi!” kata pak Wawan.

“Memang kenapa pak?”

“Sudah panggil saja terus namanya gak usah banyak tanya,” ucap pak Wawan dengan nada tinggi membuat Sisil langsung menurut.

Sisil mulai mendekatkan bibirnya di telinga Abi dan terus memanggil nama Abian sampai mobil itu berhenti di depan rumah pak Wawan langsung menurun kan tubuh Abi dan mengangkat nya sendiri menuju kamar depan dan membaringkan tubuh Abi di ranjang itu, Sisil pun mengikuti langkah pak Wawan.

“Trus panggil namanya sampai bapak kembali! bapak mau panggil mbah Suroso dulu,” ucap pak wawan langsung berlari keluar.

Mobil pak Wawan pun menjauh dari rumahnya dan mepaju menuju sebuah desa yang lokasinya tidak begitu jauh.

“Abi.. Abian….” 

Sisil terus memanggil nama Abi, tapi yang di panggil tak bergeming dan tak juga membuka matanya malah keringat dingin terus keluar dari keningnya.

“Bagaimana ni Bu apa tidak kita panggil dokter aja kalau Abi kenapa-kenapa bagaimana?” kata Doni.

“Tenang Don, pak Wawan pasti sudah tau kenapa dan bagaimananya situasi ini, beliau kan sudah lama tinggal di sini,” kata bu Sarah menenangkan doni dan yang lainnya termasuk sisil.

“Iya Don. Gak  apa-apa paling Abi cuma pingsan biasa, kecapean mungkin, atau ….” Krisna menghentikan kalimatnya.

“Atau apa?” tanya Doni langsung.

“Atau dia lihat setan.. hahaha,” kata Krisna tertawa cekikikan.

“Mana ada setan siang-siang bolong, kalo pun ada kamu setannya,” ucap Doni memukul pundak Krisna.

“Kalian itu bisa diam gak sih! Berisik tau gak, kalian gak tahu apa ada orang sakit kalian malah bercanda, keluar sana!” bentak Sisil.

Bagaimana ia tidak marah Abi belum sadarkan diri bisa-bisanya mereka bercanda.

“Sudah-sudah kalian keluar biar ibu dan Sisil yang di sini,” ucap bu Sarah. 

Mereka pun keluar dan menuju meja makan, terdengar deru mobil pak Wawan datang tak lama beliau pun masuk kekamar bersama seorang laki-laki yang cukup berumur berjanggut dan berwarna mulai memutih itu, memakai pakaian serba warna hitam, Sisil pun berdiri dan beralih ke samping bu Sarah. 

“Silahkan mbah Suroso,” ucap pak Wawan mempersilahkan agar mbah Suroso melihat keadaan Abi.

Laki-laki itu pun berjongkok mendekat di mana kepala Abi berada, di pegangnya kepala Abi sambil memejamkan matanya.

“Nama nya siapa?”  tanya mbah Suroso.

“Sil nama Abi lengkap nya siapa?” senggol bu Sarah kelengan Sisil yang bengong.

“Oh … Abian Permana pak,” ucap Sisil.

Mbah Suroso pun kembali memejam kan mata mulutnya mulai komat kamit membaca sesuatu yang tak di mengerti oleh Sisil, tak lama pak Suroso mengusap wajah Abian tiga kali, dan secara ajaib Abi membuka matanya Sisil pun bernafas lega begitu pun dengan bu Sarah.

“Abi.” 

panggilan dari Sisil itu membuatnya menoleh dan Abi pun binggung karna ia sudah berada di kamar dan terlihat di sampingnya terdapat seorang laki-laki duduk sambil tersenyum.

“Gak apa-apa. Dia sudah baik-baik saja,” ucapnya sambil berdiri dan mendatangi pak Wawan lalu mengajaknya keluar.

“Syukurlah kamu tidak apa-apa,” kata sisil mendekati Abi.

“Ada apa sih ini Sil, siapa orang itu tadi kok aku sudah ada di sini?” tanya Abi penasaran.

“Gak apa-apa kamu tadi pingsan jadi di bawa pulang, pak Wawan yang bawa bapak-bapak itu kesini untuk bisa membuat kamu sadarkan diri.”

“Beneran kamu tidak papa Bi? Atau ada yang sakit?” tanya bu Sarah Abi pun hanya menganggukkan kepalanya.

“Yakin?” tanya bu Sarah lagi.

“Iya bu yakin, saya tidak apa-apa, tadi itu saya merasa kepala saya sangat berat sekali dan setelah itu saya tidak ingat apa apa lagi, maaf ya bu saya merepot kan kalian semua,” ucap Abi karena ia benar-benar tidak ingat sama sekali.

“Tidak papa Bi, sudah tanggung jawab Ibu, kalo kamu sudah tidak apa-apa ibu tinggal dulu kekamar, Sisil nanti kalo Abi butuh sesuatu tolong di ambilkan, kamu jaga dia,” pinta bu Sarah.

“Baik bu, tenang saja Sisil ada di sini,” jawab Sisil tersenyum bu Sarah pun pergi meninggalkan kamar itu.

“Sil sebenarnya apa yang terjadi padaku, lama ya aku pingsan?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!