Kembali melihat Ambar

“Ambar,” ucap Abi lirih.

Ia pun menoleh seakan mendengar, Abi melihat Ambar tersenyum ke      arahnya dan kembali berjalan menuju warung yang di tuju oleh pak Hendri, kebetulan pak Hendri pun keluar dari warung itu.

‘Bagaimana dia bisa mendengar ku, aku tadi kan menyebut nama nya pelan sekali, apa kebetulan dia menoleh dan melihat ku makanya dia tersenyum,’ batin Abi.

“Yuk jalan pak.” Kata pak Hendri.

Saat Abi kembali melihat ke dalam warung itu Ambar sudah tidak ada.

“Kenapa Bi? Kamu mau beli sesuatuu?” tanya pak Hendri yang melihat Abi celingukan.

“Oh ... gak pak tadi seperti melihat orang yang saya kenal.”

“Siapa kamu kan baru disini?”

“Pasti itu cewek pak, maka nya sampe celingukan begitu,” sahut pak Yusuf.

“Bener Bi cewek?” tanya pak Erik lagi.

“Iya pak yang masuk warung tadi bapak ga lihat?”

“Cewek? Gak ada cewek bapak tidak lihat. Kamu lihat gak pak Yusuf? tanya pak Hendri balik kepada sopirnya.

“Perasaan gak lihat pak,” jawab pak Yusuf mengingat ingat.

“Mimpi mungkin kamu Bi?” ucap pak Hendri mengoda.

“Gak pak, beneran wong dia aja tersenyum lihat aku.,” jawab Abi.

“Wah, pak Yusuf kayaknya cewek ini cantik sampe bikin Abi salah tingkah ini,  mungkin karna kami buru-buru Bi maka nya gak lihat,” ucap pak Hendri.

Abi pun hanya tersenyum mobil itu pun sampe di mes yang di tempati oleh Abi.

“Makasih ya Bi sudah bantu Bapak,” kata pak Hendri begitu Abi turun dari mobil.

“Sama-sama pak, Abi masuk dulu,” ucap Abi berpamitan.

pak Hendri pun mengangguk dan mobil itu pun pergi menuju mes yang di tempati mereka, begitu melihat Abi datang Sisil langsung berlari menghampiri.

“Gimana Bi, orang tadi selamat kan?” tanyanya.

Belum sempat Abi menjawab dia sudah ngomong lagi.

“Bi kamu berdarah,” ucapnya.

“Aku tidak papa ini bekas darah Asep tadi.”

“Bukan Bi, lutut mu,” ucap Sisil menunjuk lutut Abi.

Abi pun melihat darah keluar dari sana ternyata celana itu sobek dan ia tidak merasa sama sekali, dan baru sekarang terasa perih nya, 

“mungkin luka ini terkena kayu saat aku membantu membopong tubuh Asep tadi”.

“Gimana Bi tadi keadaannya?” tanya Krisna.

“Iya gimana Bi, aku sampe deg-degan melihatnya,” ucap Doni.

Terlihat bu Sarah keluar dari kamar dan menghampiri Abi, Abi hanya bisa menggelengkan kepalanya sebagai tanda jika Asep telah tiada.

“Tak selamat?” ucap Krisna kaget dan Abi pun mengangguk.

“Ya tuhan.” Sisil langsung terduduk lemas di ruang tamu begitu pun Krisna dan juga Doni.

“Sudah - sudah kamu mandi dulu Bi,” pinta bu Sarah.

Abi pun mengangguk dan bergegas kekamar untuk mengambil handuk dan keluar rumah untuk mandi.

“Bagaimana ini Bu?” tanya Sisil.

“Bagaimana apa nya Sil?”

“Bagaimana kalo itu terjadi sama kita?”

“Sil, ini hanya kecelakaan, dan semua itu wajar di tempat kerja.”

“Tapi Bu itu sangat mengerikan, kami melihat kejadian nya dari dekat dan itu benar – benar mengerikan dan kejadian itu setelah aku minta turun dari Ekskafator karna aku seperti melihat ada orang  yang ada di sana tadi, kamu ingat gak Don?” tutur Krisna. 

“Iya aku ingat, dan kami masih membicarakan tentangnya, bener-bener tak masuk akal.”

“Aku juga pernah ngalami hal yang sama Kris, waktu itu aku juga melihat ada orang melambaikan tangan nya memanggil ku dan aku pun mendekat, tiba-tiba Abi menarik ku karna aku mau masuk kelubang tambang, gila ga aku tidak melihat lubang tambang yang begitu lebar nya, kalo ga ada Abi pasti aku sudah mati,”  tutur Sisil dengan raut  wajah yang  takut bila mengingatnya.

“Kalian ini, jangan mengait ngaitkan kejadian yang kalian alami dengan kecelakaan yang di alami oleh Asepp hari ini, semua itu bener-bener musibah.”

“Tapi Bu, Asep tadi seperti tidak mendengar kita panggil-panggil, lagian ngapain dia ketengah lahan yang tengah di Ekskavator, kan gak masuk akal Bu,” seru Krisna lagi bu Sarah hanya terdiam.

“Sudahlah gak usah di bahas lagi, lagian kamu kan gak percaya takhayul Kris,” sahut Abi begitu ia mendengar perdebatan mereka setelah ia dari kamar mandi.

“Bukan begitu juga,” sahut Krisna.

“Sudah yang terpenting kita tidak apa-apa lebih baik kita doa kan Asep supaya arwah nya tenang di sana,” sahut bu Sarah akhirnya biar tidak bertambah panjang obrolan mereka dan jadi kemana mana.

“Amiiin ...,” jawab mereka serempak.

“Aku ambilkan kotak obat dulu, duduklah,”  ucap Sisil berdiri dan berlari mengambil kotak obat dalam kamarnya dan secepat kilat juga ia kembali, di bersihkannya luka yang ada di lutut Abi.

“Apakah dalam luka nya Sil?” tanya bu Sarah.

“Lumayan Bu, tapi gak perlu di jahit kok,” jawabnya membuat Abi melotot padanya.

“Emang kamu bisa menjahitnya, kalo emang perlu di jahit?”

“Bisa dong Abi sayang aku jahit seperti aku menjahit baju,” Ucap Sisil enteng membuat seisi ruangan tertawa mendengar jawabannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!