Jatuh Cinta kepada Ambar

“Ayo kita makan bareng,” ajak Krisna.

“Kalian makan saja aku mau istirahat, makasih ya adikku,” kata Abi memegang kepala Sisil.

“Abi, tapi kamu belum makan dari siang.”

“Aku bener-bener gak bisa makan Sil, jangan paksa aku, aku juga tidak akan mati kalo ga makan sehari.” 

Mendengar ucapan Abi itu Sisil langsung memukul pundaknya dengan keras.  

“Jangan ngomong begitu, kamu gak tahu betapa khawatirnya aku tentang kejadian ini,” ucapnya  lalu berlari masuk kekamar.

“ Sil, bukan begitu, Sisil!” panggil Abi.

“Sudah Bi gak apa-apa, istirahatlah nanti Ibu yang akan ngasih penjelasan padanya, maklumi saja kejadian ini juga bikin dia syok.”

“Terima kasih Bu karena sudan mau membantu saya,” ucap Abi sambil berjalan menuju kamar.

Sedangkan Krisna dan Doni langsung duduk di meja makan.

Abi membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia masih terbayang kejadian tadi siang di benaknya suara rintihan kesakitan serta kedinginan, darah yang tercecer di mana-mana membuat dadanya sesak bila mengingatnya.

Abi menarik nafas dalam-dalam dan melepasnya perlahan, ia mengulanginya beberapa kali agar dadanya tidak terasa sesak lagi, selang beberapa menit  hampir matanya terpejam saat ia mendengar suara orang bercakap-cakap diluar.

“Bagaimana ini Pak, anak-anak masih syok dengan kejadian tadi siang.” 

“Liburkan saja untuk besok Bu, besok kan ada pasar di desa ajaklah mereka kesana agar mereka tidak setegang saat ini,” jawabnya.

Ternyata itu suara bu Sarah dan pak Darno yang sedang mengobrol di luar.

“Saya juga heran Bu, tak penah kejadian seperti ini terjadi, kalau pun ada kecelakaan juga tidak sampai memakan korban, apa mungkin yang di katakana mbah Suroso benar bahwa penghuni Alas Waringin sedang jahil dan menganggu kita.”

“Mungkin gak ada kaitannya dengan itu Pak, kita harus berfikir positif saja, tidak ada yang ingin kejadian ini terjadi Pak, begitu pun kita, tapi mau gimana lagi semua sudah terjadi dan itu di luar kendali kita.”

“Bu Sarah benar, mungkin saya terlalu terbawa suasana, itu saja yang bisa saya bantu kalau begitu saya permisi sudah larut, selamat malam bu Sarah.”

“ Selamat malam Pak.”

Percakapan mereka terhenti sampai di situ.

‘Besok aku ikut gak ya, siapa tau aku bisa bertemu Ambar,’batin Abi.

Bayangan wajah Ambar langsung menghiasi pelupuk mata Abi ‘apakah aku jatuh cinta padanya? kenapa setiap mengingat nya jantung ini berdegup kencang tak beraturan,’ pikirnya.

Abi pun tersenyum sendiri dan tak lama pun Abian tertidur.

Keesokan harinya, saat Abi baru membuka matanya terdengar suara Krisna serta oni yang gaduh.

“Bangun tukang tidur, kamu mau ikut gak? bu Sarah ngajak kita ke desa hari ini ada pasar disana,” ucapnya.

‘Walau tak kamu beritahu aku juga sudah tahu duluan,’ batin Abi.

“Kayaknya gak ikut deh, badan ku sakit semua rasanya, aku mau istirahat saja kalian aja berangkat,” ucap Abi yang tiba-tiba merasakan sakit di di seluruh badannya.

“Bener nih? nanti nyesel gak ikut,” ucap Krisna lagi.

“ Iya Bi, itung-itung refresing,” uap Doni.

Abi hanya menggelengkan kepalanya dan menyambar handuk lalu berjalan menuju kamar mandi.

“Abi.” 

Langkah Abi terhenti mendengar panggilan Sisil ia pun menoleh ke arah Sisil, terlihat wajahnya sudah kembali seperti biasanya Abi pun tersenyum lega.

“Cepetan kalo mandi nanti keburu habis pasar nya.”

“Aku gak ikut Sil, di rumah saja badan ku terasa capek semua, bawain oleh-oleh saja ya.”

“Yah gak seru gak ada kamu,” ucapnya sambil cemberut.

“Sudah gak usah cemberut nanti cantiknya hilang sudah dandan gitu,” ledek Abi dan langsung kabur ke kamar mandi dengan tertatih karna kakinya masih sakit.

Mobil pak Wawan pun terdengar meninggalkan mes, Abi pun dengan cepat menyelesaikan mandinya saat masuk ke dalam melewati dapur rumah dia pun langsung terhenti dan diam mematung begitu tau siapa yang ada di dapur.

“Ambar,” ucapnya terkejut.

Gadis itu hanya tersenyum dan menarik lengan Abi untuk duduk sedangkan Abi hanya menurut saja, entah kenapa setiap berhadapan dengan Ambar ia tak mampu menolak apa pun yang diinginkan gadis ini.

Ambar pun kembali kedapur dan memasak sesuatu dan tak lama Ambar pun kembali dan menghidang kan makanan itu untuk Abi, Abi sangat terkejut dengan makanan  yang ada di hadapannya, nasi goreng udang kesukaan nya.

Kembali di tatapnya Ambar yang duduk tak jauh darinya, gadis itu hanya kembali mengulas senyum indahnya, dan siapa pun akan yang melihat nya pasti akan meleleh dan akan jatuh hati melihat senyum itu.

‘Bagaimana dia bisa tau makanan kesukaan ku?’ batin Abi sangat heran.

“Makanlah kamu pasti sangat lapar, aku bikin itu karna aku sangat suka dengan nasi goreng, mudahan kamu suka,” ucapnya dan berdiri kembali kedapur.

Abi mulai menyuap nasi yang ada di hadapannya, ‘gila masakannya sangat enak, ini nasi goreng terenak yang pernah aku rasakan,’ batin Abi.

Tepat  sendokkan terakhir ia kembali muncul dengan membawa secangkir teh hangat dan meletakkannya di hadapan Abi, ia pun meminumnya seteguk demi seteguk.

“ Ambar ….”

“ Hmmm?” sahutnya mendeham.

“Rumah kamu di mana?” tanya Abi.

“Tidak jauh dari sini,” jawabnya sembari berjongkok.

“Geserlah,” ucapnya memegang kaki Abi.

Abi pun bergeser dari tempat duduknya dan  menghadap ke arah Ambar, diraihnya lutut Abi dan ia pun mengeluarkan perban yang entah sejak kapan dia membawanya bahkan Abi tidak melihatnya.

‘dari mana perban itu? Apa mungkin karena aku selalu terpesona bila memandang nya, tapi dari mana lagi dia tau lutut ku luka? dia selalu tau apa pun tentangku sedangkan aku belum tau tentang nya,’ batin Abi.

“Ambar?” panggil Abi.

“Hmmm ....” dan dia memberikan jawaban yang sama lagi.

“Bagaimana kamu tau kalau lututku terluka?”

Dia pun mendongakkan wajahnya menatap ke arah Abi.

‘hah rasanya ingin kucubit hidung mancung nya dengan gemas, kenapa dia begitu sempurna matanya yang berbinar sangat indah, bibirnya yang begitu merah merekah, kulitnya putih bersih, dan rambutnya yang hitam legam seperti tidak pernah terkena sinar mentari, untuk gadis desa seperti dia, dia mengalahkan gadis-gadis yang ada di kota,’ batin Abi.

Abi hanya bisa berkata dalam hatinya karena ia malu serta tak kuasa berbicara panjang lebar seperti itu di hadapan Ambar.

Terpopuler

Comments

Indri Wulandari

Indri Wulandari

bukannya istighfar bi

2023-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!