Wanita Berbaju Merah

Waktu menunjuk kan pukul 04.00 ponsel Abi berdering sangat nyaring hingga membuat Abi tergelagap kaget. tangannya meraba meja kecil yang ada di samping kasurnya mencari –cari ponsel tersebut dengan mata masih terpejam.

Hingga akhirnya ia dapat meraihnya, ponsel itu pun sudah berada di tangannya saat ia melihat layar ponselnya tersebut dan terlihat  nama kontak Sisil yang sedang menelepon nya.

“Hallo,” ucapnya sambil mengangkat telepon dengan masih bermalas-malasan.

“Abi kamu belum bangun nanti kita telat loh kamu sudah siap-siap apa belum?” tanya Sesil dengan suara yang cukup membuat Abi membuka matanya.

“Sisil ini masih jam empat pagi, kamu gak lagi ngigau kan?” tanya Abi sambil sesekali menguap.

“Habis aku sudah gak bisa tidur Bi, sudah gak sabar mau berangkat.”

“Setidaknya jangan bagunkan aku, aku masih ngantuk tadi malam aku tidur begitu larut karna beres- beres baju, malah sekarang kamu bangunin,” ucap Abi mencoba merajuk.

“Iya iya, maaf ketemu disana aja langsung ya aku diantar sama papa kamu bawa mobil apa di antar?”

“Ya di antar aja  Sil, kalo bawa mobil buat apa mobil nya nganggur di sana, oh iya, bawa kan jaketku yang uketinggalan di tempat mu kemarin ya.”

“Siap bos.” jawaab Sisil

“Sudah aku mau tidur lagi, ganggu aja kamu ini.”

Abi pun langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Sisil dan langsung mematikan ponselnya agar tidak kembali diganggu oleh Sisil.

‘Gimana sih Abi, kok malah sudah di tutup aku kan belum selesai ngomong, aku ga bisa tidur lagi enaknyanya ngapain ya.’  Sisil bermonolog.

Sisil duduk sembari membuka laptopnya dan berselancar ria di internet, tanpa sadar dia membuka tentang desa Rejo Sari, dia terus membaca artikel tentang hutan- hutan yang ada disana dan sampai dia menemukan tulisan Alas Waringin.

Tiba-tiba seketika angin berembus agak kencang membuat Sisil terkejut.

“Kok ada angin masuk perasaan semua jendela sudah aku tutup,” ucap Sisil  sembari bangkit dan melihat semua jendela.

‘Gak ada yang kebuka, dari mana angin tadi masuk?’ batin Sisil 

Sisil pun kembali duduk di ranjangnya dan melihat ke arah kopernya yang masih berantakan, ia pun segera membereskannya.

*** 

Di halaman kantor WK sudah begitu banyak orang berkumpul, Abi  melambaikan tangannya ke arah Sisil yang sudah datang lebih dulu bersama Krisna dan Doni.

“Jam kamu macet ya?” tanya Sisil begitu Abi sampai di hadapan nya sedangkan Abi hanya tertawa.

“Apakah sudah kumpul semua?” tanya seorang laki-laki paruh baya kepada seorang wanita yang masih muda dan cantik itu.

“Kayaknya sudah pak.” 

“Baik, kalau sudah kumpul semua perkenal kan nama saya Darno mandor lapangan yang bertugas di sana dan ini Bu Sarah mentor kalian selama kalian berada di sana nanti, kalian boleh tanya-tanya atau apa pun kepada beliau, kecuali masalah makan ya hahaha. kalian yang magang satu mobil dengan Bu Sarah saya bersama anak buah saya baik, mari kita berangkat,” kata pak Darno yang langsung masuk ke dalam mobil Strada 4x4 berwarna putih itu.

sedangkan Abi dan yang lainnya masuk ke dalam mobil Ranger berwarna hitam, ketiga mobil itu meluncur meninggalkan halaman  kantor itu dengan cepat.

“Abi.”

“Hmm,” sahut Abi mendeham.

“Mana tangan mu,” kata Sisil meraih tangan Abi.

“Apa an sih Sil?” 

Tanpa basa- basi Sisil langsung mengikat kan gelang berwarna biru tua itu di pergelangan tangan Abi.

“Sil apa sih ini, jangan kayak anak kecil deh.”

“Sudah jangan protes ini gelang persahabatan kita awas kalo sampai kamu lepas,” ucap Sisil sambil melotot membuat Bu Sarah dan yang lainnya tertawa cekikikan.

“Sudah  lah Bi terima saja itu kan bentuk kasih sayangnya dia ke kamu.” ucap Doni dengan aksen khas padangnya sambil tertawa.

Abi hanya bisa pasrah  menerimanya tanpa protes lagi, mobil itu terus meluncur dengan kecepatan tinggi semakin lama keramaian jalan semakin berkurang dan tinggal pohon-pohon yang mulai ada di kiri kanan jalan tak lama mereka pun memasuki sebuah desa yang terlihat agak sepi, rumah-rumah mereka masih banyak yang terbuat dari kayu dan bentuk bagunan rumah mereka hampir sama.

“Abi, kok sepi banget sih desanya?” tanya Sisil sembari memegang tangan Abi.

“Namanya juga desa Sil, kalo rame ya di kota, mungkin orang nya pada keladang.” Jawab Abi menenangkan Sisil.

Di tikungan jalan pertama dari jarak seratus meter terlihat keramaian, ternyata setelah mobil kami mendekat itu adalah sebuah pasar.

“Ternyata pada ke pasar Sil, maka nya agak sepi,” ucap Abi.

“Ya sudah kita turun dulu siapa tau ada yang kalian mau beli mumpung kita disini,” kata Bu Sarah yang ternyata turun terlebih dulu.

Mereka pun turun dari mobil, pasar itu begitu ramai hingga tiba-tiba ada seorang kakek menghampiri mereka dan bertanya.

“Kalian mau kemana?”

“Oh kami mau magang di area tambang yang tak jauh dari sini kek,” jawab Abi

“Bukan kah itu di dekat Alas waringin?”

“Mungkin kek kami juga belum tahu.”

“Berhati-hatilah di sana angker, sebaiknya kalian kembali saja,” kata kakek itu dan berlalu pergi.

“Dasar kakek aneh masih saja percaya sama yang begituan.” kata Krisna ketus.

“Iya dia hanya menakut- nakuti kita sajo,” balas Doni.

“Hus ... kalian gak boleh ngomong begitu kita inikan tinggal di negara yang masih banyak hal-hal mistisnya percaya tidak percaya kita harus menghormatinya iya kan Bi?” tanya  Sisil kepada Abi.

Namun Abi tak menjawab pandangannya terbentur ke sosok perempuan berbaju merah berambut panjang, gadis itu hanya terdiam entah apa yang sedang di lihatnya dan tak berapa lama tatapan mata mereka beradu dan saling memandang, Abi semakin terdiam terpaku saat gadis itu tersenyum suara berisik orang- orang yang ada di pasar itu serasa menghilang tak terdengar sama sekali.

Tatapan dan wajah cantiknya itu serasa menghipnotis, membuat Abi tak bisa berkata-kata, jangankan berkata dia bahkan serasa tak mampu menggerak kan tangannya.

“Abi ... Abi! Abi!” Sisil mengguncang nguncang lengan Abi dengan sangat kencang.

Abi sontak tersadar dan langsung memandang ke arah Sisil.

“Kamu lihat apa kok bengong aja dari tadi?”

“Ada gadis cantik disana,” kata Abi menunjuk ke arah gadis itu berdiri.

Tapi ternyata gadis itu sudah tidak ada di sana, Abi celingukan mencari keberadaanya.

“Mana gadis nya, kamu ngelantur ya dari tadi di sana gak ada siapa- siapa, kamu lihat gak Kris?” tanya Sisil kepada Krisna.

“Eh ... aku gak lihat, seperti apa gadis itu? Cantik gak Bi?” tanya Krisna balik

“Cantik dia pakai baju  merah.” jawab Abi masih mencari keberadaannya.

‘Cepat sekali dia pergi,' gumamnya.

“Mimpi kali kamu. Makanya kalo mimpi jangan kesiangan,” kata Krisna tertawa.

Bu Sarah berlari lari kecil menghampiri mereka

“Loh kalian tidak beli apa-apa?” tanyanya.

“Gak Bu soal nya ado yang mimpi di siang bolong,” jawab Doni menahan tawa.

“Kalian ini ya sudah kalo begitu kita lanjut ke base camp,” kata bu Sarah masuk kedalam mobil di ikuti mereka.

Terpopuler

Comments

Park Kyung Na

Park Kyung Na

like 😊

2023-04-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!