Bang Sanca menendang kursi di paviliun dengan kasar, ia pun kemudian masuk ke dalam kamar. Tak menyangka di dalam kamar Dinda Hemas sudah duduk menunduk. Ia yang sebenarnya tidak memperhatikan wajah Hemas dengan tamat, kini bisa melihatnya dengan jelas.
"Hai Hemas.. Eehh.. Assalamu'alaikum Dinda..!!"
"Wa'alaikumsalam Mm.. Abang..!!" Jawab Hemas ragu.
"Senyamannya Dinda saja." Bang Sanca pun duduk di samping sang istri. "Hmm.. Dinda mau khan ikut Abang?"
"Iya Bang, Dinda mau." suara lembut itu membuat desir darah Bang Sanca naik turun tidak karuan.
"Terima kasih Dinda."
"Bang.."
"Dinda.." sapa mereka bersamaan. "Dinda dulu..!!" Kata Bang Sanca.
"Bang, jujur Dinda tidak berani menghadapi Bang Bara, Dinda juga terlanjur sakit hati dengan keputusan Bang Bara." Hemas mengambil ponselnya lalu menunjukkan pesan singkat dari Mama Ruji juga Bang Bara. Isinya meminta agar pernikahan itu di batalkan terutama Mama yang meminta karena menyesal sudah merendahkan Hemas.
Bang Sanca menyingkirkan ponsel itu. Belum ada jawaban dari Bang Sanca.
"Bang.. Dinda harus bagaimana?"
"Abang akan bicara sama Bara sebagai sesama laki-laki. Tidak ada alasan apapun, kamu memang istri Abang." Kata Bang Sanca.
"Dinda takut jadi janda." Hemas menunduk dengan wajah sedihnya.
Bang Sanca memberanikan diri untuk menyentuh dagu Hemas dan mengarahkan agar dapat menatapnya juga. "Itu tidak akan pernah terjadi Dinda..!!" Saat itulah untuk pertama kalinya Bang Sanca menyentuh kulit Hemas. "Jangan nangis Dinda.. Abang belum lihat wajah cantikmu..!!"
"Apa Dinda cantik??" Tanya Hemas.
"Istri Abang yang tercantik." Bang Sanca mencoba mengecup bibir Hemas tapi istrinya itu masih menghindarinya.
"Ma_af Bang. Dinda gugup"
"Nggak apa-apa Dinda. Abang yang terlalu terburu-buru." Bang Sanca menjauhkan diri namun Hemas memegangi pakaian Bang Sanca.
"Jangan marah Bang..!!"
Bang Sanca tersenyum meskipun tiba-tiba ada rasa nyeri menghujam ulu hati. "Abang nggak marah Dinda..!!"
***
Bang Sanca memilih tidur di sofa ruang tamu. Ia sudah menyadari kelemahannya, maka ia tidak mau kelemahannya akan menjadi masalah pada hubungan rumah tangganya yang baru saja memulai lembaran baru.
Pagi ini ia mengerjab dan terbangun melihat Hemas masih rapi dengan pakaian jawabnya. Baju basahan yang membuat kulit mulus Hemas menjadi semakin menawan. Beberapa saat memandang, Hemas nampak kebingungan melepas segala yang melekat dalam dirinya.
"Ada apa Dinda?" Bang Sanca menghampiri Hemas sembari menenteng kaos yang membuatnya bertelanjang dada.
"Ini Bang, Dinda susah melepasnya. Dinda takut si mbok sepuh melapor. Mungkin sebentar lagi akan kesini." Jawab Hemas.
"Melapor apa? Soal kain putih?" Tanya Bang Sanca.
"Iya Bang, aduuuhh susah sekali di bukanya." Hemas semakin terburu-buru membuka kainnya.
"Abang bantu..!!" Dengan cepat Bang Sanca melepas pernak pernik di kepala hingga tusuk pentul yang ada di riasan kepala Hemas. "Ternyata bisa ya perempuan tidur dengan konde seperti ini." Gumam Bang Sanca. Tak berapa lama akhirnya rambut panjang Hemas terurai. Aroma pandan nan wangi masih menguar hingga hidung Bang Sanca.
"Lupa Bang, semalam sudah ngantuk."
Bang Sanca menarik pengait kain di belakang punggung Hemas. "Jangan Bang..!!!!" Kain itu merosot begitu saja, tangan Bang Sanca langsung menyambar kain itu dan menutup tubuh belakang Hemas. Kini posisi mereka setengah berpelukan karena Hemas juga menutup bagian dadanya.
Seakan ada dorongan, Bang Sanca meraba punggung Hemas. Perlahan ia memeluk gadis yang telah sah menjadi istrinya itu dan bagai gayung bersambut, Hemas pun bersandar di dada Bang Sanca.
"Ikhlaskah Dinda menjadi istri Abang?" Tanya Bang Sanca, sungguh di dalam hatinya ada gejolak yang tidak ia pahami.
Hemas mengangguk. "Dinda ikut apa kata Abang." Ucapnya menyadari kini dirinya sudah menjadi istri Bang Sanca.
"Insya Allah Abang tidak akan mengecewakan hatimu Dinda..!!" Jawab Bang Sanca hingga menyentuh bibir Hemas. Satu kecupan basah, sang istri tidak menolak, Bang Sanca pun mencobanya sekali lagi. Ada rasa tak tertahan menyerang sekujur tubuhnya.
"Sanca.. kamu kembali hari.........." Seketika Bang Wilang berbalik badan. "Astagfirullah.. kalian ini ceroboh sekali..!!!!!" Secepatnya Bang Wilang menutup pintu kamar paviliun. "Wuuurr.. ngawuurr..!!!!"
Beberapa detik kemudian Bang Sanca dan Hemas tersadar. Mereka berdua sedikit menjauh dan salah tingkah. "Nanti Abang boleh nyolek lagi nggak?" Tanya Bang Sanca melupakan rasa sungkan.
Pipi Hemas memerah. "Boleh Bang."
Bang Sanca menggaruk kepalanya dengan malu-malu karena sudah mendapat lampu hijau dari sang istri. "Kapan malamnya ya Dinda?"
"Ini masih subuh Bang."
"Serangan fajar aja ya Dinda?" Bisik Bang Sanca.
"Abang mau nyerang apa?"
jlllbb..
Hati Bang Sanca langsung berantakan, harapannya pupus karena sang istri agaknya belum begitu memahami keinginannya.
"Kalian berdua lagi apa???? Abang mau bicara..!!!!" Tegur Bang Wilang yang terlupakan di luar kamar.
"Astagaaa Bang Wilang. Ada apa sih subuh-subuh merapat?" Gerutu Bang Sanca.
"Siap Bang, sebentar..!!"
~
"Langsung berangkat hari ini Bang. Ada pancaran?"
"Saya mau berangkat pakai penerbangan sipil paling pagi. Saya bawakan kamu surat keterangan agar bisa bawa Hemas. Masuk rumdis nggak apa-apa. Minta anggotamu siapkan..!!" Arahan Bang Wilang.
"Siap..!!"
Bang Wilang setengah melirik ke dalam kamar, agaknya ada rasa penasaran dengan kejadian yang tidak sengaja si lihatnya tadi.
"Belum sempat Bang..!!" Kata Bang Sanca yang seakan paham rasa penasaran Abangnya.
"Memangnya saya pikir apa??" Bang Wilang langsung mengambil langkah pergi
:
"Sebelum pergi, Raden Wilang meminta si mbok buatkan minuman ini agar gusti ayu merasa hangat di jalan."
Tanpa berpikir panjang, Hemas menegak seluruh isi di gelas dan langsung berjalan mengikuti langkah Bang Sanca.
...
"Bang.. jangan jauh donk duduknya..!!"
Bang Sanca ternganga melihat perubahan sikap Hemas. Pasalnya tingkah sang istri sudah tidak sewajarnya, jauh lebih agresif dan di luar dugaan.
"Ini kenapa sih Ya Allah, kalau di rumah sih aman. Ini di pesawat militer. Aku harus gimanaaa?? Salah makan obat apa bagaimana nih????" Gumam Bang Sanca kebingungan.
"Mohon ijin Dan, kita nge round dulu. Mesin pesawat dan cuaca sedang kurang kondusif."
"Okee.. tolong cepat antar saya ke mess transit, istri saya sedang tidak enak badan..!!" Pinta Bang Sanca.
"Siap Dan.."
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
hahaha 🤣🤣🤣
jujur mamat kamu bang sanca
lagian bang Will ngapain kepoo 😲🤭🤭🤭🙈🙈🙈
2023-07-04
0
Ratu Tety Haryati
Jangan2 ...🤔
2023-03-12
2
Ratu Tety Haryati
Getun to... Bang Bara...????
2023-03-12
1