Galexia meradang saat beberapa orang pria berpakaian hitam membawanya secara paksa menuju sebuah ruangan sempit yang memiliki banyak sel.
Bukan kantor polisi atau pun rumah tahanan yang Galexia datangi saat ini, entah gedung dan ruangan apa dirinya pun tidak tahu, yang jelas tidak jauh darinya saat ini banyak ruang sel penjara yang penuh dengan orang orang yang berlari bersamanya tadi.
Beruntung dirinya tidak terkena timah panas saat berlari tadi, padahal Galexia bisa mendengar dengan jelas bagaimana suara letupan senjata api dari arah belakang tubuhnya dan sampai saat ini masih membekas di dalam otaknya.
"Kenapa kau ada disana? Sedang apa kau disana? Apa kau salah satu anggota komplotan itu? Atau malah kau berperan sebagai pemakai dan penikmat barang haram itu? Ah- bagaimana bisa seorang cicit dari Alpha terku-,"
Braak!
Tanpa aba aba Galexia memukul meja dengan kencang, dia memutus ucapan pria berpakaian hitam dan berwajah cukup seram. Gadis itu menumpukan kedua tangannya menumpu di meja, matanya menatap tajam pada orang orang yang saat ini tengah menginterogasinya.
"Jangan berani sebut nama Eyang gue tanpa izin, atau lo Terima akibatnya. Udah gue bilang, gue gak tau apa apa! Tapi kalian maen tangkap dan langsung bawa gue ke tempat ini, maksudnya apa?!" Galexia kian meradang, dia tidak suka di perlakukan seperti ini tanpa tahu kesalahannya. Apa lagi orang orang ini membawa nama Eyang buyutnya, Galexia benar benar tidak terima.
Dia tidak suka dan tidak akan rela kalau nama besar Sang Eyang buruk hanya karena kesalahpahaman semata.
"Terus kalau kau memang tidak ada kaitannya dengan salah satu kelompok kriminal itu, untuk apa kau ada disana?! Bukannya tempat itu sudah steril dan tidak akan bisa dimasukin oleh orang dari luar, kecuali orang itu memiliki akses untuk memasukinya. Jadi, jangan mengelak lagi- biar pun kau adalah cicit atau pun anak dari Sang Alpha terdahulu, kami tidak peduli. Keadilan harus tetap diteg-,"
"Lo pikir gue tau kalo tempat itu bakalan jadi tempat transaksi narkoba, kalo gue tau gue juga gak bakalan mau berhenti di sana. Dan lagi gak ada tuh tulisan orang luar dilarang masuk ke dalam dermaga karena sedang ada penggerebekan bandar narkoba, harusnya salah satu dari kalian jadi palang gerbang biar orang dari luar gak bisa masuk sembarangan, bukan malah nyalahin gue. Itu namanya ngajak war, kalian pikir gue suka di wawancara kayak gini? Kagak, buang buang waktu tau gak!" pekiknya di akhir kalimat.
Semua orang tersentak, bahkan ada yang reflek mengusap dadanya saat Galexia menaikan oktaf suaranya di akhir kalimat. Gadis itu mulai murka, suaranya bahkan terdengar hingga keluar ruangan dan di tangkap langsung oleh seseorang yang tengah berjalan cepat ke arah ruang introgasi.
Pria berpakaian hitam dengan masker yang menutupi separuh wajahnya, jangan lupa dengan topi hitam yang selalu dia pakai saat bertugas semakin membuat penampilannya tidak di kenali oleh orang orang yang memang tidak pernah berinteraksi dengannya dalam mode bertugas seperti ini.
Langkah kakinya kian memelan, dia memasang kedua telinganya baik baik, kedua matanya menatap lekat pada seorang gadis yang terlihat sangat berapi api didalam sana. Posisi mereka yang terhalang dinding kaca membuat sang pria bisa leluasa melihat interaksi antara sang gadis dan rekannya.
"Bagaimana tes urinenya?" tanyanya dengan nada serius.
"Negatif, dia bebas dari narkoba atau pun minuman keras. Sepertinya memang benar, gadis itu tidak sengaja datang ke dermaga." sahut sang rekan.
Pria bermasker hitam itu terdiam, kedua matanya terus saja terarah pada ruang interogasi. Helaan napasnya terdengar berat kala kedua mata kepalanya melihat sang gadis menaiki meja agar bisa meraih kerah baju rekannya. Entah apa yang sedang terjadi di dalam sana, yang jelas pria itu tahu kalau gadis berwajah bule itu tengah kesal bahkan murka saat ini.
"Suruh Sigit keluar, biar aku yang akan menanganinya! Aku khawatir kalau Sigit tidak akan bisa menghadiri acara pernikahannya bulan depan kalau tetap di biarkan!"
Pria bermasker dan bertopi hitam itu terlihat bersiap, dia merapihkan penampilannya sebelum masuk dan menggantikan sang rekan didalam sana. Dia hanya berharap kalau sang gadis tidak akan mengenalinya walaupun sudah tertutup seperti ini.
"Anda yakin, Ndan? Apa sebaiknya- SIAP LAKSANAKAN!" pria yang berdiri di belakangnya reflek mengangkat kelima jarinya dan segera melaksanakan perintah.
Tidak lama pria yang mengintrogasi Galexia tadi keluar, sang gadis pun terlihat heran di buatnya tapi memilih untuk diam. Dia menatap ke arah dinding kaca, sampai akhirnya kedua mata abu abunya bertemu dengan netra hitam milik seseorang yang masih terhalang topi tapi Galexia tahu kalau sang pemilik netra itu tengah mengarah padanya.
"Komandan tim kami ingin berbicara dengan mu, jadi tolong bersikap baik dan tahan ke bar bar'an mu Nona!" cetus pria yang baru saja masuk kedalam ruang interogasi.
Galexia tidak menjawab, dia tidak menggubris ucapan sang pria- kedua matanya lebih memilih untuk memindai seseorang yang mulai mendekat dan masuk kedalam ruangan yang sama dengannya.
YAKIN GAK KALAU GALEXIA GAK BAKAL NGENALIN MAS DIVTA NANTI PAS KETEMU DI DALAM🙈🙈🙈🙈🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Abie Mas
ngenalin ga ya
2023-12-02
3
flowers city
🤣😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣😂😂
2023-12-01
0
Ersa
🙈
2023-09-14
0